Let's End This Marriage

Bab 14; yang tidak pernah diterima

Terbawa lagi langkahku kesana
Mantra apa entah yang istimewa
Ku percaya selalu ada Sesuatu di Jogja

Lagu Sesuatu di Jogja dari Adhitia Sofyan terdengar melantun indah di dalam mobil yang berasal dari head unit mobil milik Pras.

Perjalanan mereka ke rumah Yangti di Jogja dimulai pagi hari sekali. Sekitar jam enam pagi mereka sudah berangkat dari Jakarta supaya sampai di Jogja tidak terlalu sore dan mereka jadi tidak terlambat untuk menghadiri acara arisan keluarga yang biasa diadakan setiap tiga bulan sekali di rumah Yangti. Selalu di rumah Yangti. Katanya dengan diadakannya acara arisan keluarga inilah yang akhirnya bisa membuat anak-anak sekaligus cucu atau seluruh anggota keluarga Yangti memiliki alasan untuk mengunjungi Yangti di Jogja. Termasuk mereka-Thabi dan Pras maksudnya.

Dulu waktu mereka masih pacaran sampai di tahun pertama pernikahan, Thabi dan Pras selalu mengunjungi Yangti melalui jalur darat. Alias mengendarai mobil sendiri dari Jakarta sampai ke Jogja dengan durasi waktu yang lumayan lama, sekitar kurang lebih delapan jam perjalanan untuk sampai di Jogja dari Jakarta. Selalu begitu. Tidak ada yang tidak suka dengan perjalanan lama ini. Karena Pras suka dengan perjalanan lama itu sebab dia bisa lebih lama berduaan dengan Thabi. Begitu pula dengan Thabi. Perempuan itu sedari kecil memang suka sekali dengan perjalanan darat, karena ia bisa merasakan kenangan di setiap kota yang dilaluinya. Kenangan dari orang-orang yang pernah singgah di kota-kota tersebut.

Bahkan perjalanan ke Jogja untuk mengunjungi Yangti menjadi perjalanan yang paling dinanti oleh mereka berdua. Terutama oleh Thabi, perempuan yang keinginan terbesarnya adalah tinggal di Jogja.

Seperti lirik lagu yang barusan terdengar di telinga nya dari head unit mobil milik Pras. Selalu ada sesuatu di Jogja. Itu benar. Jika orang-orang di sekitarnya seperti Daniar dan teman-temannya yang lain mengatakan kalau Bali selalu memiliki cara untuk membuat para pengunjungnya kembali lagi ke kota itu maka itu juga berlaku untuk Jogja bagi Thabita. Kota dengan segala suasana baik nya selalu berhasil membuat Thabi ingin kembali ke sana bahkan saat kakinya baru satu jam menginjak Ibu Kota.

Dan ya ... Akhirnya Thabi bisa kembali ke kota ini. Thabi bisa kembali ke Jogja bersama dengan seseorang yang selama ini menemaninya setiap pergi ke kota ini. Setelah sempat beberapa kali Thabi absen dari acara arisan keluarga Pras. Thabi dan Pras akhirnya memberanikan diri untuk hadir lagi di acara arisan keluarga mereka.

Thabi pikir Pras akan memilih untuk pergi ke Jogja melalui jalur udara alias pergi dengan pesawat daripada harus mengendarai mobil selama delapan jam bersamanya setelah beberapa kali dia absen juga dari acara arisan keluarga ini. Tapi rupanya tidak. Dia tetap memilih mengendarai mobil selama delapan jam karena perjalanan lama itu disukai oleh Thabi. Padahal Thabi sendiri mengira Pras tidak akan mau meluangkan waktunya untuk bisa menikmati perjalanan lama itu bersamanya.

Semalam Pras menghampiri Thabi ke kamar. Dengan pakaian kaos singlet putih dan celana training panjang nya alias setelan khas Pras saat akan pergi tidur, pria itu mengetuk pintu kamar Thabi. Hubungan mereka sedikit membaik setelah afeksi Pras diberikan kepada Thabi saat di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Itu loh yang romantis-romantisan di ruangan kerja Thabi maksudnya. Cie.

Thabi yang sedang memeriksa data pasien beserta perkembangan kesehatan dari hari ke hari menengok ke arah pintu kamar. Mau ngapain jam segini Pras mengetuk pintu kamarnya? Thabi sempat melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam tetapi pria itu masih saja mengetuk pintu kamarnya dan mengganggu konsentrasinya dalam bekerja.

Dengan langkah gontai karena malas sebenarnya menghampiri pria itu, Thabi membenarkan posisi kacamatanya yang sedari tadi sudah bertengger di pangkal hidung nya hampir jatuh jika saja hidung Thabi tidak mancung seperti itu.