Bab 11; Anggap Saja Kebetulan (2014)

3.8K 205 6
                                    

Jakarta, University of Indonesia, 2014.

Thabi bukan lah mahasiswi hits yang selalu nongkrong di sekitar kampus sepulang kuliah dan hadir di setiap event kampus.

Sebagai mahasiswi kedokteran, setiap harinya Thabi selalu disibukkan oleh urusan akademik seperti laporan dan praktikum dan terkadang hal itu membuat jengkel Daniar alias sahabat nya yang dari jurusan Psikologi itu karena sulitnya mengajak Thabi keluar dari rutinitasnya sebagai mahasiswi kedokteran. Ketimbang nongkrong di kafe depan kampus sepulang kuliah saja, susah nya minta ampun. Apalagi di ajak pergi nonton event-event yang diselenggarakan  di kampus nya.

Art and music fair adalah acara tahunan yang diadakan oleh kampus. Dan selama menjadi mahasiswi di kampus ini, Thabi belum pernah sekalipun datang ke event kampus hanya untuk menikmati keseruan acaranya. Tentu bukan karena tidak ada yang mengajak. Tapi lagi-lagi karena Thabi menganggap pergi ke event-event kampus adalah sebuah kegiatan yang dengan sengaja menghabiskan waktunya secara sia-sia. Daripada menonton event-event kampus bukankah lebih baik ia mengerjakan tugas mata kuliah Kardiovaskular yang dosennya terkenal super killer itu?

Yah begitulah kehidupan seorang mahasiswi teladan versi Thabi. Daniar sampai greget sendiri saking susahnya mengajak Thabi pergi ke acara kampus.

Tapi bukan Daniar namanya kalau semua keinginan nya tidak bisa ia penuhi bahkan oleh dirinya sendiri. Salah satu wishlist dalam hidup Daniar adalah mengajak Thabi menikmati acara kampus, paling tidak satu kali saja. Cukup satu kali.

Jadi di sini lah Daniar berada, di lobby gedung fakultas kedokteran—gedung yang berhasil membuat siapa saja yang masuk ke dalamnya merasa kecil, sebab untuk bisa menjadi bagian dari penghuni gedung tersebut harus mau mengeluarkan biaya yang tak murah sebagai mahasiswa kedokteran. Daniar saja merasa begitu ketika masuk ke gedung fakultas itu, apalagi orang lain. Lihat saja mobil-mobil yang terparkir di depan gedung fakultas ini kebanyakan bukan mobil milik para dosen FK tetapi milik mahasiswa kedokteran itu sendiri.

Ia sengaja pergi ke gedung fakultas ini sampai rela menenangkan diri supaya tidak terlihat beda dari mahasiswa kedokteran lainnya yang ada di dalam gedung fakultas karena ia harus menemui Thabi. Daniar akan berusaha sekali lagi untuk membuat Thabi mau menemaninya pergi ke acara kampus di malam minggu besok. Ke acara University of Indonesia Art and Music Fair.

"Gue nggak mau." Thabi yang baru saja datang tiba-tiba berucap seperti itu saat menghampiri Daniar yang sedang duduk di salah satu kursi yang ada di lobby gedung FK. Apa nya yang nggak mau? Daniar saja belum bilang apa-apa tuh.

"Gue nggak mau, Daniar. Please, stop ngajakin gue ke acara kampus yang nggak jelas itu. Cuma ngabisin waktu gue doang tahu nggak." Lanjut Thabi lalu duduk di samping Daniar.

Daniar memandang Thabi dengan alis terangkat. Apaan sih ni anak? Gue aja belum ngomong apa-apa bahkan?

"Gue belum ngomong apa-apa, Tha." Ucap Daniar kemudian.

"Tapi gue tahu tujuan lo nyamperin gue ke sini, Dan. Masih tetap minta gue buat nemenin lo pergi ke acara kampus kan? Nggak cukup emang di chat gue udah nolak ajakan lo yang itu berkali-kali?" Thabi bersedekap dada sembari menyender pada kursi.

Hari ini cukup melelahkan untuknya. Mata kuliah hari ini cukup menguras energi dan pikirannya karena selama perkuliahan berlangsung Thabi selalu menajamkan fokus dan pikirannya untuk berusaha memahami materi yang diberikan oleh dosen di kelas. Imbas nya ya sekarang. Energi dan pikirannya terkuras sampai ia merasa lelah. Selalu begini setiap selesai kelas. Jadi mana bisa dia pergi nongkrong-nongkrong cantik di kafe sekitar kampus kalau energi nya saja sudah terkuras habis saat mata kuliah berlangsung.

Let's End This MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang