Bab 5; Perkara Monyet

5K 335 7
                                    

Pagi itu Thabi hanya sempat memasak nasi goreng omelet sebagai menu sarapan untuk mereka berdua. Sarapan untuknya dan Pras kalau ingin diperjelas. Mbok Inah memang bekerja untuknya di rumah ini, tapi untuk urusan memasak, Thabi ingin ia yang memegang itu sepenuhnya. Jadi Mbok Inah hanya mengurus kebersihan dan perawatan luar dan dalam rumah seperti menyiram bunga dan yang lainnya. Pokoknya untuk urusan dapur, Thabi yang akan memegangnya secara penuh.

"PRASODJOOOOO ... " Teriak Thabi memanggil Pras yang tak kunjung keluar dari kamarnya. Pria itu benar-benar ya ... Sudah seperti perempuan saja, dandan nya lama. Padahal ini sudah mepet ke waktu jam kerja seharusnya. Tapi Thabi masih berusaha untuk menyiapkan sarapan Pras seperti biasanya. Meski malam kemarin pria itu membuat dirinya kesal sekalipun.

"Teriak-teriak mulu kayak lagi di kebun binatang." Gumam Pras keluar dari kamarnya dan turun menghampiri meja makan. Kemudian pria itu memilih kursi yang berhadapan dengan Thabi.

"Emang lagi di kebun binatang, kan kamu monyet nya." Balas Thabi meledek sambil mendelik tapi tangannya menyodorkan nasi goreng omelet milik Pras.

"Monyet kok ngomong monyet."

"Dih merasa ya kamu mirip monyet?"

"Kamu yang mirip monyet."

"Kamu monyet."

"Kam—"

"Dah ... Aku pergi duluan, bye. Lagi males ngeladenin monyet soalnya." Thabi bergegas pergi dari sana sembari menenteng tas selempangnya di pundak, sedangkan tangan kanan nya menjinjing flatshoes merah cabai yang kemarin malam ia pakai untuk mengusir Pras dari kamar nya.

"Loh kam—" Pras hendak merespon tapi tidak jadi karena ucapannya di potong oleh Thabi hingga membuat Pras cengo sedetik kemudian.

"Bye monyet."

Bye monyet. Bye monyet. Bye monyet. Ucapan Thabi pagi tadi terus terngiang di kepala Pras. Bahkan saat dirinya sudah berada di dalam lift kantor yang akan membawa nya menuju ke lantai 29 Gedung Wardoyo's Tower. Lantai 29 itu adalah lantai tempat ruangan kerja nya berada sebagai CEO PT. Shopdis International.

Kleandra Jonathan atau yang lebih akrab disapa Jo memandang aneh Pras, karena sedari tadi pria itu terus diam dan tak merespon ucapannya. Padahal Jo sudah bercerita panjang lebar, tapi Jo yakin Pras tidak akan mengingat satupun kata yang keluar dari bibir Jo sejak dari lantai 1 Gedung Wardoyo's Tower tadi.

"Gue denger GWT (re; Gedung Wardoyo's Tower) banyak hantu nya, Pras. Banyak yang kesurupan juga. Biasanya nyerang orang-orang yang lagi bengong kayak lo sih setan nya." Jo berbisik dekat telinga Pras.

Pras berdecak, setengah kaget tapi tak sampai terlihat di depan Jo. "Gue nggak bengong."

Jo menghela napas, mengalihkan pandangannya ke arah angka 15 diatas lift. Menandakan kalau lift mereka masih berjalan di lantai 15 saat ini. "Nggak bengong gimana. Lo aja nggak dengerin gue daritadi cerita soal apaan, kan?"

"Emang lo cerita apaan?"

"TUHKAN!"

Plak!

Jo menepuk pundak Pras sedikit keras hingga menimbulkan suara cukup nyaring dari desisan mengaduh dari sang pemilik pundak.

"Monyet, sakit. Gila lo, tenaga apaan tuh, keras banget kayak didikan orang tua." Respon Pras sambil tangannya fokus mengusap-usap pundak yang barusan ditepuk keras oleh Jo.

Jo merespon dengan tawaan, lawak juga nih pak CEO.

"Kenapa sih lo? Bengong mulu kayak lagi mikirin hutang negara." Tanya Jo.

Let's End This MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang