Bab 17; Sweet Ramen (2017)

2.9K 181 14
                                    

Jakarta, 2017.

-Lo nyadar nggak sih, Tha?
-Kalau kita udah lama nggak hangout bareng semenjak lo sibuk coass :(
-Kebetulan malam minggu nih sekarang, hangout ke blok M gimana? -Katanya ada tempat ramen baru yang enak di sana.
-Gue jemput jam 5 sore ya, lo biasa bubaran jam segitu kan? Lagi nggak ada jaga malam kan? Ya kan? Oke. Gue jemput jam segitu ya ke RS.
-Jangan ngerasa nggak enak please, karena ini sekalian gue abis dari kantor cabang searah sama RS lo.
-Diem, Tha. Gue nggak nerima penolakan.

Kira-kira itulah isi dari notifikasi ponsel Thabi yang sedari tadi terus berbunyi ting ting ting tanpa henti dan membuat rekan dokternya menoleh ke arahnya dengan kening berkerut. Pasalnya sekarang mereka sedang berkumpul bersama sembari mengistirahatkan diri setelah beberapa menit yang lalu mereka baru saja menyelesaikan tugas menjadi tim operasi salah satu pasien anak yang terkena sakit usus buntu.

Thabi memberikan cengiran kepada mereka meminta maklum sembari membuka notifikasi pesan tersebut dan membacanya satu persatu.

Ajakan hangout dari Daniar, rupanya. Untung bukan chat dari ibuk yang terus menyuruhnya untuk segera menikah. Padahal Thabi sedang sibuk-sibuknya dengan coass. Mana ada kepikiran untuk menikah apalagi mencari pasangan.

Sebelum membalas pesan dari Daniar, Thabi sempat-sempatnya menerawang dan memikirkan kapan terakhir kali ia dan Daniar sebagai satu-satunya sahabat yang dekat dengannya pergi hangout bersama? Terakhir kalau tidak salah 3 bulan yang lalu? Sejak Daniar pindah ke kantor baru yang jaraknya menjadi lebih jauh dari tempat Thabi coass sehingga berakibat pada jarangnya mereka pulang dan sesekali menyempatkan untuk pergi hangout bareng after work.

Yah ... gambaran hidup sebagai orang dewasa terlihat jelas bukan?

-Oke.

Thabi memilih untuk menjawab begitu saja. Ia tidak mau membalas panjang lebar sebab Daniar bilang ia tidak menerima penolakan atas ajakannya. Kalau gitu ya sudah ... Menerima ajakannya mungkin jawaban yang paling tepat untuk saat ini. Ya kan?

Setelah itu tepat di pukul lima sore, seluruh aktifitas Thabi pada hari itu, selesai. Syukurnya sabtu ini Thabi tidak kebagian jadwal untuk jaga malam karena minggu kemarin ia sudah mendapatkan jadwal tersebut. Jadi malam ini Thabi akan menikmati waktu malam minggu dengan keluar dari rutinitasnya sebagai dokter coass. Lagipula ia harus menyempatkan diri untuk menikmati nya setelah seharian pekerjaan membuatnya lelah.

Thabi berpisah dengan teman-temannya sesama dokter coass di parkiran dan juga di depan rumah sakit. Sebagian dari mereka ada yang pergi bekerja dengan menggunakan transportasi pribadi juga sebagian dari mereka ada yang pergi bekerja dengan menggunakan transportasi umum seperti Thabi. Jadi mereka—Thabi dan teman-temannya berpisah di depan rumah sakit karena Thabi harus menunggu Daniar datang menjemputnya.

Lalu lintas jalanan sore itu tidak seramai yang Thabi pikirkan. Mungkin orang-orang akan keluar dan memadati jalanan ketika waktu hampir mendekati gelap kali ya? Padahal sekarang saja sorot matahari senja cukup membuat Ibu Kota terlihat cantik bagi seseorang yang menyukai warna oranye khas senja di sore hari.

Thabi berdiri tepat di depan pintu masuk rumah sakit. Di dekat plang drop off yang dipergunakan untuk gocar menurunkan pasien atau orang-orang yang memiliki kepentingan di rumah sakit. Sore itu Thabi tidak memiliki waktu untuk mengganti baju sebab ia memang tidak membawa baju ganti. Tapi dengan keyakinan yang tidak seratus persen, Thabi mempercayai pakaian yang ia gunakan dari pagi sebagai pakaian terbaiknya yang bisa ia gunakan untuk hangout hari ini. Toh cuma hangout makan di tempat ramen yang baru dan hanya bersama Daniar saja kan? Jadi Thabi rasa sudah cukup hanya perlu sedikit semprotan parfum saja untuk membuatnya tampak layak.

Let's End This MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang