Bab 4; Pria Menyebalkan

5.2K 362 3
                                    

Siapa yang menyangka ternyata di hari sabtu malam Pras benar-benar pergi berkencan dengan perempuan bernama 'Gayatri' yang sempat diberitahu kepada Thabi beberapa hari yang lalu. Prediksi nya semakin kuat saat Thabi tidak melihat mobil BMW hitam milik Pras terparkir di garasi rumah.

Biasanya, setiap pulang dari rumah sakit, hal pertama yang ditangkap oleh penglihatan Thabi begitu ia sampai di depan rumah adalah mobil BMW hitam milik suaminya itu. Tapi kali ini, tidak ada. Jadi Thabi menduga bahwa Pras benar-benar sedang pergi berkencan di sabtu malam kali ini.

Thabi memarkirkan honda jazz kesayangannya di garasi rumah. Ada banyak pertanyaan yang berkecamuk di dalam pikirannya. Terkhusus tentang acara kencan yang sekarang lagi dilakukan oleh Pras.

Ini adalah sabtu malam yang ketiga kalinya yang dipakai oleh Pras untuk berkencan. Tentu bukan dengan dirinya, tetapi dengan perempuan lain yang secara khusus dipilihkan oleh Kawita Widarma alias mertua nya sendiri.

Thabi tidak pernah bisa menolak apa-apa yang di suruh oleh Mami Kawita. Termasuk suruhan untuk menerima dengan ikhlas supaya Pras bisa berkencan dengan perempuan pilihan wanita paruh baya itu. Meski pada akhirnya, Thabi selalu mendengar kencan yang dilakukan oleh Pras dengan perempuan-perempuan pilihan Mami Kawita tidak pernah ada yang berhasil. Thabi tidak tahu mengapa dan apa alasannya. Hanya saja, hatinya sedikit lega saat mendengar kencan Pras selalu gagal dan tidak ada yang berhasil satupun sejauh ini.

"Tapi sebelum itu gue harus ke JP (re; Jeruk Purut) dulu, Dan. Besok tanggal 25." Thabi keluar dari mobil dengan bahu mengapit ponsel nya di telinga. Ia sedang menerima telepon dari Daniar Dantiara - teman sekaligus sahabatnya sejak mereka masih duduk di bangku kuliah sampai sekarang.

"Oh iya. Lupa gue. Ya udah, berarti nanti gue mampir dulu ke toko lo ya, Dan." Thabi berbicara lagi sembari tangan satunya sibuk membuka pintu rumah yang terkunci.

"Iya, bunga aster yang biasa ya. Oke. Iya, nanti gue mampir ke rumah lo. See you and Thank you, momi!"

Panggilan berakhir.

Thabi memasukan kembali ponsel nya ke dalam tas selempangnya diikuti dengan ia masuk ke dalam rumah setelah pintu berhasil dibuka yang ternyata tidak terkunci. Sedikit curiga sebenarnya, tapi Thabi mencoba untuk berpikir positif, mungkin saja Mbok Inah belum pulang dari rumahnya karena beberapa pekerjaan yang masih belum selesai.

Mbok Inah adalah asisten rumah tangga Thabi dan Pras sejak menikah dan tinggal bersama di rumah ini. Mbok Inah di boyong oleh Pras dari rumah keluarganya di Kelapa Gading untuk berpindah tugas menjadi asisten rumah tangga di rumah mereka berdua.

Mbok Inah bekerja dari pagi hingga sore saja. Tidak sampai menginap, karena Thabi merasa masih mampu untuk mengurus rumah selepas ia pulang kerja. Lagipula Mbok Inah sudah terlalu tua untuk full mengabdi pada Thabi dan Pras yang notabenenya masih muda jauh dibawah Mbok Inah. Sudah cukup selama ini Mbok Inah mengabdi pada Wardoyo's Family bahkan sejak Pras belum lahir ke dunia. Bisa dibayangkan sudah se-sepuh apa Mbok Inah kan saat ini?

Tetapi Thabi hanya merasakan sepi dan sunyi saat ia sudah berada di dalam rumah. Dan selalu seperti ini setiap ia selesai kerja lalu pulang ke rumah. Kadangkala Thabi sedikit merindukan masa-masa saat ia masih menjadi seorang istri di awal-awal pernikahannya. Saat Pras masih terasa dekat dengannya. Saat Pras masih ada di genggamannya. Dan saat semua cinta dari dirinya masih tersedia untuk Pras. Sekarang ... Sepertinya sudah hampir menipis dan kemudian bisa saja ... Menghilang.

"Ada ya dokter jam segini baru pulang?"

Astaga! Thabi kaget setengah mati saat suara Pras terdengar di telinganya. Bahkan ekspresinya sudah tidak terkontrol sekarang saking kagetnya.

Eh? Suara Pras? Tunggu ...

"Ngapain mangap begitu? Serangga masuk ke mulut kamu berabe nanti." Katanya lagi saat melihat ekspresi Thabi yang masih shock dengan mulut yang sedikit terbuka. Thabi menghela napas kasar dan mengusap dada nya berusaha untuk menetralkan kembali jantungnya. Sudah mengagetkan, menyebalkan pula. Ada ya suami semenyebalkan ini? Ada lah, Tha. Tuh, suami lo sendiri buktinya.

Pras sudah ada di depannya dengan tangan bersedekap dada dan menyender pada dinding ruang tamu
- memperhatikan Thabi yang sekarang lagi buka flatshoes.

"Apaan sih, nggak jelas." Thabi melengos pergi meninggalkan Pras yang sedari tadi memperhatikannya. Sembari menjinjing flatshoes merah cabai-warna dan sepatu favoritnya.

Tidak ada adegan di cekal tangannya seperti apa yang sering muncul di dalam drama. Karena Pras hanya terus memperhatikan Thabi meski perempuan itu hampir
menghilang di balik pintu kamar nya.

Tanpa sadar sudut bibir Pras terangkat membentuk senyuman kecil.

---

Thabi menaruh tas diatas meja rias dan duduk di kursi meja rias tersebut sambil menghadap ke arah cermin di depannya.

Kok Pras ada di rumah sih? Katanya beberapa hari lalu dia bilang dia ada kencan sama Gayatri sabtu malam ini? Tapi kok sekarang dia ada di rumah sih? Pertanyaan itu terus berputar di kepala Thabi. Apakah kencan yang kali ini juga kembali gagal? Atau ...

"Bi, bikinin kopi." Suara Pras yang memerintahnya dari luar pintu kamar membuat Thabi menghela napas kasar lagi.

Pras tahu nggak sih kalau dia baru saja pulang kerja? Pras tahu nggak sih kalau dia lagi capek sekarang? Pras tahu nggak sih kalau nyuruh-nyuruh itu juga harus lihat situasi dan kondisi?

"BIKIN SENDIRI BISA KAN?! AKU YAKIN KAMU NGGAK BUTA UNTUK LIHAT KALAU AKU BARU PULANG KERJA SEKARANG PRAS!" Thabi menjawab dengan suara keras dan sedikit emosi, karena ia terlalu mager (re; males gerak) untuk membuka pintu lalu berhadapan dengan manusia paling menyebalkan di balik pintu kamarnya itu.

"Padahal bikin kopi nggak ngabisin waktu sampai lima menit." Gumam Pras dengan pelan, tapi sialnya Thabi mendengar itu.

Karena kesal akhirnya Thabi melempar flatshoes merah cabai nya ke arah pintu sampai terdengar bunyi DUGH! Dan Thabi kemudian mendengar langkah kaki yang ia yakini kalau itu langkah kaki milik Pras sedikit berlari menjauh dari pintu kamarnya dan turun ke lantai bawah. Giliran digituin aja langsung kocar-kacir kan lo. Gumam Thabi sambil mendelik dan menghela napas. Sehari saja tidak membuat ia kesal, Pras sawan kayaknya.

Ya beginilah kehidupan pernikahan yang dulu sempat di idam-idamkan oleh nya. Oleh Thabi terutama. Ia pikir menikahi Pras adalah salah satu keberuntungan yang akhirnya bisa ia dapatkan dengan mudah. Tapi ternyata menjalani kehidupan pernikahan nya semakin lama semakin 'mudah-mudahan kuat.'

Pria yang dahulu sempat ia bucin kan mati-matian ternyata menjadi menyebalkan seiring berjalannya waktu. Terlebih semua ini terasa menyebalkan bagi Thabi saat ia mengingat kejadian itu. Kejadian satu tahun lalu yang membuat Thabi semakin memandang Pras sebagai pria menyebalkan yang pernah ia kenal.

———————
©augustmyfav

Give me a feedback, please. Thank you!

Let's End This MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang