Bab 26; Mengakhiri

5K 391 58
                                    

Cinta itu menyebalkan ya. Sudah tahu bikin sakit, tapi masih banyak orang yang bertahan karenanya.

Mungkin kalau sakit yang dihasilkan oleh cinta bisa berbentuk luka fisik, saat ini sudah ada banyak ribuan orang yang pergi ke rumah sakit hanya untuk menyembuhkan luka karena cinta.

Tapi ya untungnya nggak begitu. Tapi tetap saja luka bukan fisik jauh lebih terasa sakit karena dia nggak tahu obat yang benar nya harus seperti apa. Karena tetap ada beberapa perasaaan baik yang dapat mengalahkan perasaan buruk atas perlakuan orang itu terhadap cinta mereka.

Ngomong-ngomong bicara soal cinta, Thabi hanya belum bisa mengambil langkah untuk mengakhiri semuanya dengan Pras. Karena ... perceraian mereka akan berdampak pada kehidupan Pras setelahnya.

Thabi bisa saja bercerai lalu resign dari Hawar Hospital dan mencari pekerjaan baru di rumah sakit lain. Tapi Pras ... nggak bisa seperti itu. Dia akan kehilangan reputasinya sebagai penerus Wardoyo's Group. Karena hidup sebagai konglomerat itu jauh lebih susah sebab harus tampil sempurna dan wibawa di depan mereka yang nggak tahu belakangnya seperti apa.

Terakhir Thabi melihat Pras bonyok gara-gara berantem sama orang lain itu adalah tiga tahun yang lalu. Kejadian Pras di tonjok oleh Hari Wardoyo di rumah sakit waktu itu, bukan apa-apa dibanding 'luka' Pras tiga tahun yang lalu tepat satu hari setelah selesai melakukan prosesi pemakaman Pram yang dia dapatkan lagi-lagi dari Hari Wardoyo.

Saat itu Pras datang secara tiba-tiba ke kost Thabi, tanpa mengabarinya terlebih dahulu. Thabi kaget, apalagi di tambah dengan penampilan Pras yang sudah nggak karuan. Di ujung matanya sudah lebam biru keunguan, di kedua pipinya terdapat goresan dan darah, seperti habis terkena pecahan kaca, lalu bagaimana dengan tangannya? Jangan di tanya. Bahkan Pras datang dengan kondisi yang sangat sangat buruk. Jari-jari tangannya terluka, bahkan pergelangan tangannya sudah dihiasi dengan merah darah. Karena luka lebam di ujung matanya, Pras sampai kesulitan untuk membuka matanya. Untung saja, dia masih bisa selamat sampai ke kost Thabi dengan keadaannya yang seperti ini.

Thabi ternganga ketika melihat kondisi Pras usai dia membuka pintu kamar kost. Jelas panik, lagipula siapa yang nggak panik melihat kondisi pacarnya sudah se hancur ini?

"Kamu kenapa? Hei? Are you ok?" Thabi memegang kedua pundak Pras. Pria itu tidak menjawab, sedetik kemudian tubuhnya ambruk dan Thabi sedikit kewalahan menahannya.

Pras nggak sadarkan diri. Dengan bantuan tetangga kost nya, Thabi akhirnya bisa menempatkan Pras di tempat tidur nya yang hanya berbahan kasur busa saja.

Segala cara dia lakukan untuk membuat Pras sadar, sembari menangis sebab dia nggak tega melihat kondisi Pras sekarang.

Saat itu Thabi jadi tahu kalau beban Pras ternyata jauh lebih berat daripada dia. Terlahir sebagai anak konglomerat yang otomatis akan menjadi penerus perusahaan keluarganya, Pras harus dituntut untuk tampil sempurna dan wibawa. Harus bisa memutuskan kesepakatan, harus bisa menyelesaikan masalah sebelum semakin berdampak pada reputasi perusahaan. Saat itu, luka lebam yang diterima oleh Pras dari ayah nya adalah sebab akibat dari Pras telat mengetahui bahwa manager keuangan di perusahaan Shopdis ternyata telah melakukan korupsi pendapatan bulanan mereka dari e-commerce.

Pras dikatai tidak becus mengurus perusahaan dan hampir saja reputasi perusahaan turun karena adanya kejadian ini juga kalau nggak dengan cepat ditangani oleh ayah nya lebih dulu.

Padahal mereka baru saja berduka kemarin atas meninggalnya Pram-putra mereka. Tapi reputasi keluarga dan perusahaan rupanya jauh lebih penting untuk mereka.

Beginilah kehidupan konglomerat yang hartanya bejibun dan kata orang hidupnya enak.

Padahal, nggak ada empati di sana, di antara harta banyak dan hidup yang enak seperti yang orang lain bayangkan.

Let's End This MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang