Bab 13; Afeksi dan Kupu-kupu

4.6K 312 36
                                    

Tadinya Thabi baru akan pulang ke rumah saat malam hari dengan harapan Pras sudah lebih dulu terlelap. Maksudnya setelah selesai bertugas di rumah sakit, dia akan kembali dan mengistirahatkan dirinya di apartemen lagi sebentar. Baru setelahnya dia akan pulang ke rumah. Rumah nya dengan Pras. Ralat. Maksudnya rumah Pras saja. Sebab rumah itu memang milik Pras dan tidak ada ikut campur tangan Thabi dalam pembelian rumah itu.

Thabi sengaja menunda pertemuannya dengan Pras setelah ia beralasan menginap di rumah Daniar yang padahal pada kenyataannya Thabi memang sedang tidak ingin berpapasan dengan Pras di rumah. Tak bisa di pungkiri juga kejadian di resto kemarin masih terus terbayang-bayang di kepalanya. Apalagi saat dia mendengar anak kecil itu memanggil Pras dengan sebutan papi. Hei, yang boleh memanggil Pras dengan sebutan papi itu hanyalah anak nya. Bukan dia. Apalagi anak orang lain. Thabi lebih membenci Sharina sebab mengapa ia dengan gampang nya membiarkan anak nya memanggil Pras dengan sebutan papi. Padahal mereka bukanlah pasangan suami istri kan? Apalagi Pras bukan ayah dari anak Sharina juga. Jadi mengapa Sharina membiarkan anak nya memanggil 'orang lain' dengan sebutan papi?

Tetapi rencananya untuk pulang ke rumah saat malam hari menjadi gagal karena Pras menghampirinya ke rumah sakit. Pras menjemputnya. Untuk yang pertama kalinya setelah hubungan mereka sejauh langit dan bumi.

Pria dengan balutan jas hitam formal dan dasi yang sudah tidak melekat di lehernya—entah ada di mana tiba-tiba datang ke ruangannya. Untungnya Pras sempat mengetuk pintu ruangan Thabi sebelum akhirnya suster Nadine lah yang membuka pintu ruangan.

"Dokter Thab—" Baru saja Pras ingin bertanya mengenai keberadaan Thabi, suster Nadine sudah lebih dulu memotong pembicaraannya.

"Ada pak. Tunggu sebentar ya dokter Thabi sedang ada pasien." Jawab suster Nadine dengan senyum ramahnya yang ia tampilkan di depan Pras.

Pras menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Spontan ia memeriksa jam tangannya. Pukul tiga sore. Pantas saja masih ada pasien. Karena jam operasional dokter di Hawar Hospital ini baru berakhir di jam tiga sore. Mungkin pasien yang sedang ditangani oleh Thabi di dalam menjadi pasien terakhir sebelum Thabi bersiap-siap untuk pulang.

Pras mengangguk, "Oke. Saya tunggu di sini saja." Kemudian menghampiri kursi panjang yang ada di depan ruangan Thabi. Ruangan poli anak dengan nama Thabi tertempel di depan pintu. dr. Thabita Calline Hartono, Sp.A. Tanpa sadar Pras tersenyum kecil ketika ia membaca nama dan gelar spesialis anak tertera pada nama panjang istrinya. Kegigihan akan keinginan nya untuk menjadi dokter anak sejak Pras mengenal Thabi, memang patut dibanggakan ketika Thabi akhirnya berhasil meraih mimpinya menjadi dokter anak seperti sekarang ini. Apalagi saat menyadari kalau Pras tidak bisa seperti dia.

Saat semua keluarga nya memiliki gelar dokter, termasuk Hari Wardoyo—ayah sekaligus pemilik rumah sakit tempat Thabi bekerja sekarang, hanya Pras yang memiliki gelar berbeda. Sebab dia memang tidak memiliki minat untuk bekerja dalam bidang kesehatan sejak dulu. Mimpi nya adalah menjadi pebisnis hebat yang turun dari Yangta (re; Eyang Putra) yang juga merupakan seorang pebisnis dulunya sebelum akhirnya memilih untuk pensiun dan menurunkan kepengurusan perusahaannya kepada Hari Wardoyo—anak nya.

Maka dari itu Pras tidak perlu kebingungan untuk memilih bekerja di mana setelah ia selesai menempuh pendidikan magister nya. Sebab Hari Wardoyo tentu akan memberikan perusahaan Shopdis—perusahaan turun temurun untuk dibesarkan oleh tangan Pras sebagai penerus perusahaan selanjutnya.

Tidak mudah untuk Pras bisa mengambil keputusan dan mimpi yang berbeda dari seluruh anggota keluarganya. Saat semua anggota keluarga nya termasuk kembarannya yaitu Pram dan kakak nya Adeline Wardoyo bergelar sebagai dokter. Pras lah yang kemudian mendapatkan beban paling berat sebab dia harus berusaha mempertahankan perusahaan turun temurun milik keluarganya. Apalagi selama ini, segala usaha yang dilakukan oleh Pras untuk membesarkan nama perusahaan Shopdis selalu tak dinilai baik oleh Hari Wardoyo sebagai pimpinan paling atas diatas nya.

Let's End This MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang