Bab 20; Menemukan Tenang

3.8K 303 36
                                    

Sekarang Thabi mengerti mengapa tiba-tiba saja muncul perasaan ragu saat Pras melamarnya padahal hubungan pacaran mereka sudah terbilang cukup lama. Rupanya karena setiap perlakuan Pras yang diberikan untuknya, setiap afeksi Pras yang diberikan untuknya dan setiap hal yang Pras korbankan untuknya tak mampu menjamin Thabi memenangkan hati Pras, sepenuhnya.

Siapa yang akan mengira kalau hubungan lama yang terjalin diantara mereka tidak mampu membangun sebuah bahtera rumah tangga yang sempurna. Paling tidak seharusnya salah satu dari mereka tidak merasa feeling lonely, karena jelas itu akan terasa miris untuk di dengar, bukan?

Muak kalau terus harus merasa seperti ini, dibiarkan sendiri seolah dia tidak memerlukan kehadiran pria itu, adalah sesuatu yang munafik untuk di dengar. Thabi tahu, karena jelas jauh di lubuk hati yang paling dalam, ingin rasanya Pras selalu ada di sampingnya. Selayaknya pasangan yang saling membersamai. Karena itu memang tujuan dari adanya sebuah pernikahan yang terjalin sejak dua tahun yang lalu, kan?

Dan seharusnya ada berbagai macam keputusan yang bisa Thabi ambil atas perlakuan Pras yang semakin menjadi-jadi seperti sekarang. Karena tanpa ia sadari sejak dulu ... Sejak mereka berpacaran ... Pras selalu membiarkan Thabi sendiri. Sehingga satu-satunya alasan yang membuat ia ragu saat Pras melamarnya waktu itu adalah perihal ini.

Thabi sangat ingat dengan jelas bagaimana Pras lebih memilih untuk pergi ke London daripada menghadiri wisuda spesialis nya saat itu. Padahal acara wisuda spesialis Thabi saat itu tepat di satu tahun pernikahan mereka.

Apa yang Pras lakukan di London sana? Thabi tidak tahu, sebab Pras selalu menjadikan pekerjaan sebagai alasan supaya Thabi tidak perlu tahu alasan sebenarnya. Alasan sebenarnya kalau Pras pergi menemui Sharina di London setelah selama ini Thabi memberikan cinta tulus nya pada pria itu.

Thabi bukanlah tipikal perempuan bucin. Tapi ia akan memberikan perasaan tulus nya pada seseorang yang ia rasa tepat. Meski selalu ada kesalahan dalam setiap dugaan. Thabi menduga Pras adalah orang yang tepat saat itu, tapi lagi-lagi ekspektasi itu tidak selalu sesuai dengan realita. Nyata nya sekarang, semuanya terasa menyakitkan untuk bisa ia simpan sendirian.

Jika terus saja merasa dibiarkan seperti ini, apakah tindakan selanjutnya adalah sebuah keputusan yang tepat untuk Thabi ambil? Keputusan yang selama ini ia tahan-tahan karena ia sempat mengira Pras pasti bisa berubah. Padahal kenyataannya ... lihat saja sekarang, waktu sudah kembali berada di siang hari tapi tidak ada satupun pesan dari Pras yang bisa dijadikan sebagai kabar untuk nya.

Ya sudah ... Hidup Thabi sekarang penuh dengan kalimat ya sudah. Ya sudah tidak apa-apa. Begitu terus sampai kemudian kalimat ya sudah berganti akhirnya. Akhirnya semua berakhir misalnya?

Thabi memilih untuk makan siang di kantin rumah sakit. Setelah sebelumnya ia sempat berpikir untuk menyantap makan siang nya di dalam ruangan saja. Tapi karena ajakan dengan sedikit paksaan dari Amita membuat Thabi akhirnya mau mengikuti segerombolan dokter poli anak lainnya untuk makan siang di kantin.

Tentu saja Thabi akan memilih untuk makan siang pecel lele Mas Kumis yang sekarang lagi dikerubungi oleh para staf rumah sakit yang perutnya sudah keroncongan minta diberi asupan.

"Mas, pecel lele tempe tahu satu porsi ya!" Thabi memesan diantara kerumunan staf rumah sakit yang lainnya.

Begitu Mas Kumis melihat Thabi, lelaki itu langsung mengacungkan kedua jempol tangannya. "Oke bu dok, lima menit." Katanya.

Thabi terkekeh kemudian menghampiri Amita yang sudah lebih dulu duduk di salah satu meja pojok dekat dengan jendela yang langsung mengarah pada jalanan ibukota yang siang ini lagi macet-macetnya. Jam istirahat kantor, soalnya.

"Lo tahu program dokter desa nggak, Tha?" Baru saja duduk, sudah ada pertanyaan dari Amita.

Dokter desa? Salah satu pengabdian dari rumah sakit Hawar kan?

Let's End This MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang