•05

32.2K 1.6K 19
                                    

H A P P Y   R E A D I N G

Sagita X Libra
_______________________________

-GENDERUWO-

.

.

.

"ama smarta baby smartaa, smarta baby smarta, nanananananaa."

Di dalam kamar mandi kini Libra tengah menggeol geolkan pinggulnya menikmati alunan random yang keluar dari bibirnya. Di bawah shower tangannya sibuk menggosok kulit kepalanya dengan shampo beraroma bayi.

Setelah selesai ia menyalakan air shower ingin membilas buih shampo di kepalanya. Libra memejamkan mata agar busa-busa itu tidak masuk, dan saat di rasa cukup bersih Libra kembali membuka matanya. Namun,

Hanya ada gelap yang tertangkap oleh pengelihatannya!

Libra panik dia terus mengedip kedipkan mata berharap ada sedikit cahaya yang dapat ia lihat.

"Ugh kenapa gelap!? Bundaa Lili takutt." Libra meraba-raba tangannya di sekitar tempatnya berdiri, sambil mengingat-ingat di mana letak handuk yang ia taruh tadi. Setelah menemukannya Libra segera melilitkan handuk itu di pinggangnya.

"OMAA, MAS SAGII!" Teriak Libra, tapi sayang tak ada sahutan dari keduanya.

"Hwaaa, mas Sagii, Omaaa Libra takutt. hiks kalo ada hantu gimanaa aaa Bundaa." Tangis Libra semakin menjadi dia memilih untuk berjongkok di dalam kamar mandi, memejamkan mata dan menyembunyikan wajahnya diantara lutut. Lalu...

Brak!

Sebuah dobrakan pintu terdengar tiba-tiba, dan hal itu membuatnya terkejut dan merasa semakin takut.

Libra jadi over thinking, dia membayangkan jika hal buruk akan menimpanya sebentar lagi.

"S-siapa yang masuk?! Bukan genderuwo kan?!!!" Seru Libra di selingi isakan dari tangisnya. Namun lagi-lagi tak ada sahutan, Libra pun berdiri perlahan membuka pintu kamar mandi.

Dan ia kembali di kejutkan, oleh sebuah siluet samar dari seseorang yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

Tubuh Libra semakin bergetar, suaranya tercekat. Ia hanya bisa memejamkan mata kuat sambil berdoa agar seseorang segera datang membantunya.

"Sshutt, ini mas, jangan nangis."

Ternyata orang itu adalah Sagi, tanpa pikir panjang Libra melangkahkan kakinya ke depan dan mendekap tubuh kakaknya erat.

"H-huhh, hh-uhh mas, Li-libra takut." Isak Libra yang wajahnya kini ia benamkan di dada Sagita.

"Shhuut udah, ada mas di sini, ada Oma juga." Sagi menepuk punggung Libra yang masih terasa basah.

"Libra ndak apa-apa?" Tanya Oma.

"Ini masih nangis anaknya." Jawab Sagi sambil menunjukkan posisi Libra yang tengah memeluknya.

"Udah to le, udah ada mas mu jangan takut..." Oma mengusap sayang rambut basah Libra.

"... Itu Libra belum bersih bilas shampo nya, kamu bantu bilasin, Oma mau cari lilin dulu." Ujar Oma pada Sagi.

"Oma gak papa cari lilin sendiri?" Tanya Sagi dan di iyakan oleh sang Oma.

"Li, ayo di bersihin dulu shampo nya." Ajaknya namun tak kunjung mendapat balasan dari sang adik.

Alhasil karena tak ingin berlama-lama Sagita langsung saja menggendong tubuh Libra seperti koala, yang melingkarkan kakinya di pinggang Sagita.

"Ugh, b-biar aku sendiri aja yang bilas." Pinta Libra dan akhirnya setelah sampai di dalam kamar mandi Sagita menurunkan tubuhnya.

Saat hendak memutar kran shower tangan Libra di tahan.

"Lepas dulu handuknya nanti basah." Ucap Sagi.

Dalam gelapnya malam pipi Libra diam-diam memerah.

"M-malu lah ada mas Sagi."

"Gak usah malu toh gue gak liat kan gelap. Udah lepas aja."

Mengetahui itu Libra pun menurut dan perlahan melepaskan lilitan handuk di pinggangnya.

"Nih pegangin." Libra menyerahkan handuknya pada Sagita.

"Mas munduran lagi nanti basah kena air."

Sagita pun bergeser memilih berdiri di belakang adiknya.

Ketika tadi Sagita berujar tentang situasi gelap di sini membuatnya tak bisa melihat apapun, itu sebenarnya bohong. Karena pada kenyataannya Sagi bisa melihat dengan jelas lekuk tubuh itu, sampai tiap tetes air yang melewati kulit putihnya.

Seakan terhipnotis netra kelamnya tak henti-henti menelisik tiap jengkal kulit putih halus itu, yang sialnya adalah milik adiknya sendiri.

Sagita menatap tajam dari ujung rambut hitam Libra, perlahan turun ke leher kemudian punggungnya, tak terlewat pinggang kecil milik sang adik. Lalu, di sinilah tempat dimana maniknya terpaku lama, saat memandang dua bongkahan kenyal milik Libra yang sangat menggiurkan baginya.

Tidak munafik, karena semua laki-laki itu sama, mereka penuh nafsu. Tapi beruntungnya akal, iman, dan hati nurani Sagi berjalan sangat baik dan membuatnya bisa menahan diri untuk tidak menerkam mangsa empuk di hadapannya ini.

Perlahan Sagi melangkah maju saat Libra telah menghentikan pancuran air di atas kepalanya.

"Eh?" Kaget Libra saat tubuh kakaknya bersentuhan dengan tubuhnya.

"Munduran dikit mas nanti bajunya basah."

"Gakpapa dari tadi juga udah basah pas di peluk kamu."

Mendengar ucapan Sagi Libra sedikit merinding terlihat dari bulu kuduknya yang berdiri. Kenapa?

Iya karena ini kali pertama Libra mendengar Sagi menyebutnya dengan panggilan 'kamu'.

"N-nanti tambah basah, sana munduran!" Libra membalik badannya dan mencoba mendorong tubuh Sagi agar menjauh darinya.

Sagi pun menuruti dan sedikit melangkah mundur, diikuti lirikan matanya yang menuju ke bawah pusar Libra, dimana terlihat belalai kecil adeknya yang masih tertidur lemas.

Sagi bergumam sambil tersenyum. "Lucu."

"Hah?" Samar Libra mendengar gumaman dari Sagita.

"Kamu lucu, rambutnya basah jadi kayak tikus kecebur got."

.__________.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sagita anjir bisa aja lo modusnya, curi kesempatan dalam kegelapan!🌚

Follow meee...

luCigaratte–

Komen
Click Vote

My Libra [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang