30. mengapa?

54 7 7
                                    

"Bumi, lo beneran suka sama gue?" tanya Daisy dengan lirih "Kenapa?"

Bumi mematung sejenak sebelum kembali menutup pintu mobilnya "Kenapa apanya? Gue memang suka sama lo, Day. Memangnya semua butuh alasan?" pertanyaan itu kembali kepada Daisy.

"Keluarga lo, sempurna. Dari situ aja lo punya banyak alasan buat suka sama cewek lain yang keluarganya lebih baik, at least yang setara sama lo.

Erina cantik, keluarganya baik-baik, kalian berteman sejak kecil. Kenapa lo malah suka sama gue yang-"

"Yang apa? Yang cerdas? Bisa diandalkan? Mandiri? Yang sayang sama adiknya? Sama ayahnya? Yang sampai sekarang masih sayang sama ibunya?

Kalau lo memaknai kata 'setara' hanya dari segi finansial dan hal eksternal lainnya, kayaknya gue bakalan kecewa sama lo."

Perempuan itu menatap tajam netra milik Bumi "Keluarga gue berantakan, gue miskin, gue nggak punya apa-apa selain otak gue yang mungkin aja bakal berubah dan melambat dalam beberapa tahun ke depan."

Bumi tersenyum, "I'm in love with your mind. Cewek mana lagi yang bisa gue ajak debat soal kelaparan yang ada di dunia? Atau tentang bobroknya sistem beasiswa sekolah kita? Cuma lo, Daisy.

Gue tahu keluarga lo berantakan tapi, apa lo pernah lihat gue ragu atau mundur? Isn't that enough to show that I really serious about us?"

Ada jeda panjang yang melingkupi kedua mereka. Helaan nafas dari Daisy menandakan perempuan itu sedang berpikir dengan keras sebelum akhirnya ia membuka pintu mobil milik Bumi dan beranjak pergi, meninggalkan Bumi dengan hati yang kalut karena ia merasa harapannya sudah pupus saat Daisy memutuskan untuk pergi walaupun ia sudah berusaha untuk menjelaskan perihal perasaannya.

Suara ketukan pada jendela mobilnya membuat Bumi terlonjak dan kaget setengah mati.

"Woi! Lo nggak mau turun? Kalau nggak mau, yaudah. Gue bakalan dansa sama Kevin aja." ucap Daisy setengah berteriak.

Dengan gelagapan, lelaki itu membuka pintunya serta memandangi Daisy dengan ekspresi terkejut. Tanpa banyak ucapan, Daisy menggandeng pergelangan tangannya menuju lantai atas ballroom.

"So, what are we now?" tanya Bumi dengan bersemangat "Kita balik temenan lagi? Atau musuhan?" ucapnya dengan sangsi.

Daisy mendecakkan lidahnya dengan kesal, "Oh, lo mau temenan doang ya berarti? Yaudah-"

"Nggak lah!" tukas Bumi dengan cepat "Jadi, kita pacaran nih?" tanyanya dengan nada ceria, kelewat ceria.

Perempuan itu mengangguk sembari memalingkan wajahnya tetapi, Bumi dapat merasakan genggaman tangan milik gadis itu menguat, seolah meng-iyakan pertanyaannya.

"Hmm"

"Hmm apa?"

"Ah, males. Batal aja lah!"

"Mana bisa?! Yaudah iya, kita beneran pacaran" ucap Bumi dengan cengiran lebar.

●●●•●●●•●●●

Ballroom hotel itu di hias dengan tema berwarna beige serta merah muda lembut. Ada puluhan meja bundar yang di letakkan pada pinggir ruangan luas itu, menyisakan area untuk para murid yang ingin berdansa nanti.

Pada meja-meja bundar itu, di letakkan sebuah vas bening dengan rumpun bunga mawar yang berwarna merah muda. Ada beberapa keranjang kecil yang ternyata berisi cupcake dengan frosting yang juga berwarna merah muda, sesuai dengan dekorasi ruangannya.

"Daisy? Gila! Lo cantik banget!" puji Kevin dengan bertepuk tangan "Lo ntar mau dansa sama gue nggak?"

Bumi yang mendengarnya langsung meringsak maju dengan alis yang bertaut "Maaf ya bro soalnya Daisy bakalan dansa bareng gue sebagai PACAR nya." lelaki itu menekankan kata 'pacar' di dalam kalimatnya "Maaf juga ya bro, gue sama PACAR gue mau ke sana sebentar"

"Buset, galak amat bang!" tukas Kevin setengah tertawa.

"Yaiyalah! Lo tahu kalau gue suka sama Daisy tapi, lo malah ngajak dia ke prom. Masih untung ban mobil lo nggak gue kempesin tiap hari! Gimana kalau Daisy nerima ajakan lo?! Traitor!"

Kevin tertawa terpingkal-pingkal, "Nggak bakalan Daisy nerima ajakan gue!"

Bumi berdecak kesal, "Ya kalau dia tiba-tiba ternyata suka sama lo?!"

"Nggak bakal! Gue berani sumpah! Ini tuh biar kalian sama-sama sadar dan gercep! Yang satunya denial, satunya pasrah. Gemes tahu, nggak! Kalian tuh saling suka tapi gengsinya segede gaban!"

"Dih! Enak aje! Gue mah nggak gengsi ya!" seloroh Daisy dengan cepat.

"Iya dah, suka-suka lo aja lah!" tukas Kevin "Selamat ya buat kalian berdua, semoga langgeng dah. Gue ke Erina dulu, bye!" ucapnya seraya melambaikan tangan dengan senyuman lebar.

●●●•●●●•●●●

"How does it feel?"

"Ternyata berat ya, tapi gue seneng kalau lihat Daisy bahagia. Tiga tahun sekelas, gue nggak pernah lihat senyum Daisy selebar itu..."

"You did good. It's okay..."

"Mau dansa bareng nggak? Gue lagi patah hati nih"

"Nyembuhin lo pun gue juga bisa" ucap perempuan itu dengan cengiran lebar.


G'Note:

Kevin Candrakumara

Kevin Candrakumara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






How To Get: A+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang