Bumi, lelaki itu berbohong. Ternyata bukan hanya bu Erika yang datang ke kontrakan kumuhnya itu, melainkan wanita paruh baya yang menjabat sebagai salah satu dewan sekolah rupanya mengajak wali kelasnya juga, pak Frans. Selama ia bersekolah di tempat elit itu, Daisy rasa hanya pak Frans yang benar-benar memperhatikannya dan membantunya ketika ia sedang kesulitan baik di dalam pelajaran maupun mengenai administrasi sekolah.
Jasmine yang tidak tahu apa-apa itu juga merasa gugup merasakan atmosfir aneh yang ada di rumahnya. Tangan kecilnya hampir menyenggol toples berisi wafer yang waktu itu di belikan oleh Bumi. Berusaha memecah ketegangan, wali kelasnya itu berkata,
"Saya makan ya, mari Day, Bum, bu Erika... hehehe" kalimat yang tidak pernah ada di dalam ekspetasinya mengenai pertemuan itu. "Jadi begini Day, kamu kan sudah terdaftar di olimpiade matematika dan sains di Singapore nanti bulan Maret. Pastinya tahu dong kalau olimpiade sebesar itu butuh persiapan yang sangat matang dan tidak mungkin bisa digantikan posisinya karena sekolah kita sudah memasukkan data jauh-jauh hari"
"Kakak mau ke Singapore?!" teriakan melengking milik Jasmine membuat semua orang terkejut, Daisy melirik adiknya sekilas lalu menempelkan telunjuk dibibirnya. "Maaf kak, silahkan dilanjut bapak-ibu gurunya kak Daisy..."
Pak Frans mengacungkan jempolnya "Di maafkan" kemudian ia mengeluarkan sebuah amplop cokelat besar persis seperti surat pengeluaran dirinya waktu itu. "Jadi, para donatur sepakat kalau mereka ingin memberikan satu kesempatan lagi dan menjamin bahwa pelaku tidak akan berada di sekitarmu kalau kamu memenangkan olimpiade ini. Bagaimana? Ah! Dan kami juga ingin bertemu dengan kedua orangtuamu." tanyanya sembari mengeluarkan selembar kertas beserta materai.
"Jasmine, bisa masuk ke kamar dulu?" gadis itu membungkuk hormat kepada dua orang berpakaikan necis di hadapan kakaknya itu lalu berlari masuk menuruti perintah kakaknya. "Kalau perkara orangtua mungkin bapak dan ibu belum bisa bertemu karena ada suatu hal yang tidak bisa saya jelaskan namun, saya ingin bertanya sesuatu. Saya sudah dikeluarkan dari sekolah, kalau saya mengikuti olimpiade ini nanti, apakah saya akan membawa nama pribadi?"
Perempuan dengan gelungan rambut rapi itu berdeham sejenak, "Proses pengeluaran dirimu masih diperdebatkan, oleh karena itu jika kamu mengikuti olimpiadenya, kamu akan tetap membawa nama SMA Pembangunan Bangsa. Karena ini adalah olimpiade bertaraf internasional, posisi ke-3 masih akan tetap diakui jadi, kau masih akan tetap mendapatkan beasiswa penuh."
"Tetapi, ada hal yang perlu diperhatikan dengan baik, Daisy. Jika kamu tidak berhasil-"
"Saya akan membawa pulang medalinya."
Kedua orang itu tersenyum, lalu menunjuk kertas yang ada di atas meja kecil itu, "Kamu resmi menjadi siswi sekolah SMA Pembangunan Bangsa setelah menandatangani itu."
Matanya menelisik lalu alisnya berkerut mendapati tidak adanya daftar nama donatur pada lampiran lembar ke empat. "Mengapa nama-nama donaturnya tidak ada?"
"Hmm, untuk hal itu-donatur secara pribadi meminta untuk merahasiakan namanya..."
Tidak peduli dengan urusan ornag kaya yang akan mendanai sekolahnya, tanpa berpikir lagi ia menorehkan tanda tangannya diatas kertas berlapis materai itu. Akan ia buktikan kepada para dewan bahwa keputusan mereka untuk mengeluarkannya dari sekolah adalah sebuah kesalahan yang besar.
"Kalau boleh saya tahu, adikmu itu kelas berapa?" tanya wali kelasnya sembari sekali lagi mencoba membuka tutup toples.
"Kelas enam, sebentar lagi akan menjalani ujian nasional."
"Jika tidak menyinggung, apakah dia juga sama-uhm-cerdasnya denganmu? Kalau iya, mungkin saya bisa merekomendasikan namanya..." tukas bu Erika yang membuat Daisy sedikit kesal.
Kelakuan adiknya memang seperti lumba-lumba sirkus yang berisik namun, bukan berarti ia bukan anak yang pintar dan cerdas! Lagipula dibanding dirinya, adiknya itu lebih pintar menggambar. Selama ini tugas seninya terbantu oleh tangan lihai milik Jasmine. Belum lagi kemampuan bersosialisasinya yang sangat baik itu? Sebagai seseorang yang tidak memiliki teman, ia sangat iri dengan kelebihan adiknya yang mampu dikenal seluruh angkatannya karena sifatnya yang ceria dan menyenangkan.
"Dia memiliki berbagai kelebihan yang saya yakini pasti akan melebihi kakaknya ini. Tetapi, saya sudah dengan mantap akan menyekolahkannya ke sekolah negeri atau sekolah kejuruan biasa saja. Saya ingin dia memiliki masa SMA yang indah dan menyenangkan" ucapnya diakhiri dengan sebuah senyuman.
[●●●●●]
Bumi menduduki motor tua milik Daisy yang sepertinya tidak hanya mesinnya yang diperbaiki, melainkan bagian luarnya juga. Nampak sepekbor yang patah karena ia pernah secara tidak sengaja bersenggolan dengan pengendara motor lainnya juga diganti. Kedua roda yang sudah aus berganti dengan roda baru yang masih mulus.
Terperangah dengan kondisi motor tuanya itu, ia menepuk lengan milik Bumi dan tertawa kecil. Ia baru menyadari kalau kaca spion kirinya yang retak itupun juga diganti. Tawanya tidak bertahan lama karena ia mulai menghitung berapa banyak uang yang ia keluarkan untuk perbaikan motornya ini.
"Bum... ini habis berapa ratus ribu?! Jangan-jangan sampai jutaan ya?!"
Bumi menggaruk rambutnya dengan cengiran, "Dua ratus ribu kok! Kan udah gue bilang, dia tuh buka bengkel gara-gara gabut aja"
Mata perempuan itu menatap tajam, membuat Bumi tersenyum tegang "Jangan bohong." ucapnya. "Manusia gila mana yang buka bengkel gara-gara gabut?"
"Ada! Abian namanya! Lo nggak percaya sama gue? Mau ketemu orangnya secara langsung?!" tanyanya menantang.
Daisy menaikkan sebelah alisnya "Iya, mau ngucapin terimakasih." jawaban perempuan itu mau tak mau membuat Bumi meneguk ludahnya dengan gugup.
•••
Bian, ketemuan di bengkel lo ya? Gue bawa doi
Abian
Si Babi, mau pamer lo?Kagak anjeng! Kalau lo di tanyain berapa harga servis motor yang gue bawa kemarin, tolong bilang aja harganya cuma dua ratus ribu
Dan alasan lo buka bengkel itu cuma gara-gara gabut.
Abian
...Lo kok bisa nebak alasan gue buat buka nih bengkel sih?Anjing?! Beneran lo buka bengkel gara-gara gabut?! Dasar orgil!
Abian
Nih anak ditolongin malah ngelunjak ya! Gue kabarin yang lainYoi! Thanks, Bin!
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get: A+
Fanfiction"Apaan banget deh! Annoying!" dengusnya tak suka tatkala mendengar orang yang menempati ranking satu bukanlah dirinya lagi, melainkan anak pindahan super menyebalkan yang sayangnya mempunyai lesung pipi manis seperti idolanya. "Kesal sama gue, Dais...