26. the puzzle piece that lost long time ago

32 8 4
                                    

Daisy terbangun karena suara wajan yang beradu dengan sodet kayu. Ia dengan cepat berdiri walaupun kepalanya sedikit berputar karena tindakannya yang barusan. Hari ini ialah hari Sabtu, karena itu Jasmine dan dirinya memang sengaja bangun sedikit siang, tidak seperti biasanya yang harus menyentuh air dingin pada pagi buta.

Tangannya dengan cekatan meraih tongkat pramuka milik adiknya sembari dengan perlahan membuka pintu kamarnya yang terkunci. Matahari masih bersembunyi di balik awan dan ayahnya yang selalu mabuk itu mungkin tidak akan menyadari bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam rumah mereka.

Tetapi, apa yang hendak di curi? Tidak- pertanyaannya seharusnya adalah, benda apa yang bisa di curi dari kontrakan sepetak yang dihuni oleh mereka?

Tatkala pintu kamarnya sudah terbuka. Seketika bau bawang putih menyeruak, menyerbu hidungnya.

Brengsek, maling mana yang memasak di rumah target pencuriannya?

Namun hal itu tak membuat kewaspadaannya menurun. Selepas menutup kembali pintu kamarnya, ia dengan perlahan melangkahkan kaki ke arah dapur dengan tongkat kayu teracung, hendak memukul siapapun yang masuk tanpa izin di dalam rumahnya saat ini.

Tetapi, ia terdiam tatkala mengenali seseorang yang kini dengan kikuk menumis bawang putih itu seraya dengan tergesa memasukkan dua piring nasi di dalam wajan dan mengaduknya.

"Ayah?" serunya dengan kaget.

"Daisy?! Ayah kira kalian berdua masih tidur..." balasnya dengan intonasi yang jernih.

Indera penciumannya tidak dapat membaui bau alkohol yang biasanya tertinggal pada badan kurus kering milik ayahnya itu

"Aku- maksudnya, ayah ngapain? Ayah laper?" tanyanya dengan terkejut.

Tangannya yang semua masih mengacungkan tongkat pramuka itu kini sudah kembali rileks, namun keterkejutan tidak nampak surut dari ekspresinya.

"Aduh, ayah! Itu ayah masukin apa ke nasinya? Ayah mau bikin apa sih?!" tanyanya dengan sebal karena ayahnya tidak kunjung menjawab.

"Ayah mau bikin nasi goreng buat kita sarapan. Tadi, ayah juga sudah beli telur. Sisa telurnya, ayah simpan di plastik di atas baskom sana... kamu biasanya nyimpan telur di situ, kan?" tanya ayahnya dengan ragu.

Daisy masih terpaku melihat ayahnya yang kini sibuk mengaduk-ngaduk dan meratakan bumbu nasi goreng instan pada nasi putih yang kini sudah mulai berubah warna.

"Ayah, mau meninggal ya? Ayah sakit apa?!" tanyanya dengan panik.

Sekarang, giliran ayahnya lah yang ikut panik mendengar vonis yang dijatuhkan oleh anak perempuan pertamanya itu "Hush! Ayah belum mau mati sebelum lihat kalian berdua pakai topi toga! Bisa bangunkan Jasmine? Sarapannya sebentar lagi sudah siap. Tinggal menggoreng telur ceploknya saja..." pinta ayahnya yang ia balas dengan anggukan kaku serta kembali meragukan penglihatannya sendiri.

Adiknya masih bergelung dengan bantal tatkala Daisy membangunkannya, "Jasmine, bangun! Ayo ikut kakak ke dapur sambil baca ayat kursi." bisiknya.

Jasmine terbangun dengan kaget, "Hah?! Ada setan di dapur?! Ih, takut! Kita mendingan keluar aja terus lari ke masjid!"

Daisy menggelengkan kepalanya kuat-kuat, "Nggak bisa, Jasmine!" bisiknya sekali lagi.

"Ayah biasanya udah pulang kan?! Kita bangunin aja! Urusan dimarahin, di pikir nanti terus kita lari bareng-bareng"

"Nggak bisa! Masalahnya kakak curiga setannya udah masuk ke badannya ayah!" sentaknya "Sana, kamu ambil Al-Qur'an terus baca ayat kursi keras-keras barengan sama kakak!" sentaknya sementara Jasmine masih terus merengek.

How To Get: A+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang