Sang surya perlahan telah lengser dari kedudukannya, digantikan oleh bulan. Bumi sudah lama pulang kerumahnya selepas mengantarkan kedua kakak beradik itu. Sedikit khawatir mengingat ia lagi-lagi melihat ayah mereka pulang dengan keadaan mabuk. Namun seperti biasa, Daisy tidak menampilkan ekspresi apapun selain senyum simpul dan sekelibat rasa malu yang terlintas di matanya.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga itu? Batinnya. Jasmine yang di rundung karena masalah ibunya dan Daisy yang menggantikan figur orang tua bagi adiknya. Hal itu nampak membingungkan.
Ia dapat mendengar suara sandal rumah milik ibunya yang akan menghampirinya, Bumi tersenyum lalu menerima uluran tangan ibunya yang menggendong seekor kucing berwarna oranye "Soonie daritadi nyariin kamu tuh, ngeoongg terus" ucap ibunya.
"Yang lain mana, Ma?" tanyanya ketika tidak melihat kedua kucingnya yang lain.
"Lagi tidur di sofa, uyel-uyelan. Lucu deh!" jawabnya "Ada yang lagi dipikirin ya?"
Bumi mengelus buntalan bulu yang ada di dalam dekapannya "Manusia mah selalu mikir, Ma. Nggak bakalan mikir lagi kalau udah di surga" tukasnya yang menghasilkan cubitan di bahunya "Kan beneerrr?"
Wanita itu berkacak pinggang, "Ini Mama serius nanya, Bumiii! Raut mukamu kayak lagi ada masalah. Apa ada sesuatu yang terjadi sama Daisy? Kalau ada apa-apa, udah pasti kamu yang bikin ulah."
Bumi lantas menggelengkan kepalanya dengan ekspresi dramatis sembari mengelus dadanya, "Astaga! Tega nian ibunda berkata seperti itu terhadap putra ibunda sendiri?!" kali ini, kepalanya yang terkena jitakan "Aduh! Iya-iya ampun! Nggak lagi deh!"
Lelaki itu lantas menundukkan kepalanya ke arah kucing berbulu yang sedang ada di dalam pangkuannya, "Ma, anak-anak yang tumbuh dengan orangtua pemabuk tuh pasti berimbas ke sisi psikologisnya kan?" tanyanya.
"Iya dong. Anak yang tumbuh dengan orangtua pemabuk biasanya rentan terkena depresi terus stereotip orang di sekitarnya juga bisa bikin anak itu gampang untuk di bully."
"Hmm, gitu ya... ayahnya Daisy kayaknya pecandu alkohol. Hari ini juga aku lihat sendiri kalau adiknya Daisy di rundung gara-gara nggak punya ibu tapi, dia nggak mau cerita tentang apapun..." Bumi dapat melihat kening ibunya mengerut lalu mengangguk-anggukkan kepalanya, sebuah gestur tanda memahami.
Tangan perempuan itu lantas mengelus rambut putranya, "Daisy mungkin belum siap terbuka sama kamu, Bum. Mungkin dia memang punya banyak masalah yang nggak bisa dia ceritakan... santai saja. Sebagai teman, tugasmu cuma mendampingi dia. Nanti kalau dia sudah benar-benar nyaman, secara tidak sadar, Daisy bakalan cerita ke kamu. Nggak perlu di paksa, cukup kasih dia waktu, oke? Kapan-kapan kalau ada waktu, ajak mereka makan bareng di rumah."
Bumi lantas tersenyum lalu mengacungkan jempolnya dengan semangat yang membuat ibunya tertawa "Kamu naksir ya sama Daisy? Hm? Lucu banget kisah anak muda, Mama jadi berasa balik lagi ke masa putih-abu." tukas perempuan itu sembari menyentil hidung bangir anaknya "Daisy anak baik, pintar pula... kamu temani dia, ya?"
...
Daisy sedang membuka buku latihan soalnya ketika Jasmine meletakkan secangkir teh hangat di atas meja lipat kecil itu. Dengan segera, Daisy menutup buku-bukunya lalu tersenyum.
"Makasih Jasmine... kakak minta tolong kalau ada kejadian yang seperti itu lagi di sekolah, jangan lupa kasih tau kakak ya?"
Mata milik Daisy dapat dengan jelas menangkap gestur gugup dari adiknya yang sedang menekuk-nekuk jemarinya "Maaf... Jasmine kasihan lihat kakak, nggak mau ngerepotin lagi. Akhir-akhir ini Jasmine sering lihat kakak ketiduran sambil ngerjain soal. Jadi, Jasmine mau lebih mandiri lagi apalagi Jasmine nggak sengaja lihat list universitas luar negeri yang ada notes kakak...
Kalau kakak saja bisa ngurus Jasmine waktu masih SMP, harusnya aku juga bisa lebih mandiri lagi dong kalau kakak kuliah di luar negeri? Hehehe" ucapnya sembari tertawa "Nanti Jasmine bakalan pamer ke semua orang kalau Jasmine punya kakak yang sekolah di luar negeri!" balasnya dengan riang.
Hal ini membuat Daisy memikirkan ulang seluruh rencana studinya di masa depan. Ia benar-benar tidak ingin adiknya merasakan apa yang telah ia lalui dahulu. Daisy ingin adiknya bahagia dan bermain-main dengan teman-temannya, hal yang tidak bisa ia dapatkan waktu itu.
"Soal itu, di pikir nanti aja. Jasmine rencananya nanti mau sekolah di mana? Sebentar lagi kan lulus, tinggal 1 semester lagi"
"Di mana aja, pokoknya yang nggak bikin kak Daisy pusing"
G'Note:
MC's biodata y'all~
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get: A+
Fanfiction"Apaan banget deh! Annoying!" dengusnya tak suka tatkala mendengar orang yang menempati ranking satu bukanlah dirinya lagi, melainkan anak pindahan super menyebalkan yang sayangnya mempunyai lesung pipi manis seperti idolanya. "Kesal sama gue, Dais...