Siara riuh rendah yang ada di deretan bangku penonton pada lapangan indoor basket kali ini sungguh memekakkan telinganya. Selama hampir tiga tahun Daisy bersekolah di sini, ia hanya pernah sekali menginjakkan kaki di acara classmeet. Itu pun karena terpaksa.
Alih-alih sebagai penonton seperti pada waktu itu. Saat ini ia malah mengenakan setelan rok pendek berwarna merah muda dengan rambit terkuncir sebagian dan sepasang pom-pom di tangan.
Berkali-kali ia ke kamar mandi untuk menetralkan debar jantungnya karena ia takut membuat kesalahan pada koreo yang tim mereka persiapkan. Tangannya berubah dingin karena perasaan gugup walaupun tidak nampak ada raut keraguan pada wajahnya karena ia khawatir teman-temannya ikut takut dan gugup.
"Aduh, gue kebelet!" ucap Tiara sembari mencampakkan pom-pom nya yang di tahan oleh Erina "Janji, ini yang terakhir!" tukasnya memelas karena tangan Erina yang menahannya sebab sebentar lagi giliran mereka untuk maju dan bertanding.
"Biarin aja, masih delapan menit lagi. Tapi, cepetan balik!" bela Daisy yang di sambut oleh pelukan dari teman sekelas nya yang mungil itu.
Selepas membenarkan ikatan rambut serta pita, ke sembilan gadis-gadis itu kini menunggu di antara deretan bangku penonton.
Tak begitu lama Daisy duduk tetapi, lensa matanya kini telah sepenuhnya terfokus pada Bumi yang kini berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Mengungguli kelas Sosial-1 dengan skor 45:42 dengan three point shots nya pada detik-detik terakhir.
Euforia senang menyelimuti kelas mereka, Daisy hanya bisa tersenyum lega serta bertepuk tangan merayakan kemenangan kelas mereka kali ini. Seperti bertukar pikiran, lelaki itu kini melambaikan tangannya dengan bersemangat sembari melompat-lompat kecil kepada Daisy dengan senyum lebarnya.
"Kelas kita menang!" teriak lelaki itu yang ia balas dengan tawa kecil seraya mengacungkan kedua jari jempolnya.
"Good game!"
••• ••• •••
Dan disinilah Daisy berada, di tengah-tengah lapangan sembari mengatur formasi sebelum memulai chants. Dari deret bangku penonton, dapat ia lihat Bumi yang telah berganti baju tersenyum lebar kepadanya sembari mengepalkan kedua tangannya, sebuah gestur untuk menyemangati dirinya.
Selepas memberi pertanda supaya lagu yang mereka siapkan di putar oleh operator, Daisy menyempatkan diri untuk melihat Bumi yang sampai saat ini meneriaki namanya dengan semangat dan entah karena alasan apa, rasa gugupnya perlahan menghilang. Menyisakan kepercayaan dirinya.
Tim mereka memang tidak mempunyai flyers yang andal tetapi, mereka memanfaatkan detail koreografi serta penguasaan panggung dengan membagi diri menjadi beberapa kelompok kecil pada pojok kanan, kiri, dan tengah lapangan.
Dan saat ini ialah empat menit terpanjang di dalam hidup Daisy. Ia tidak pernah merasakan namanya diteriakkan sekeras itu, bahkan pada saat ia memenangkan berbagai macam olimpiade dahulu. Reaksi Bumi saat ini membuat kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, mengulas sebuah senyum lebar-sangat riang hingga matanya membentuk seperti bulan sabit.
Bagi Bumi, senyum Daisy kali ini adalah senyum tercantik yang pernah ia lihat di sepanjang eksistensinya.
Selepas menandaskan botol air mineral dengan tiga kali tegukan, Daisy mendudukkan dirinya dengan lemas namun, tubuhnya masih merasakan suasana menyenangkan tatkala ia tampil tadi. Senyumnya masih tercetak walaupun tidak selebar beberapa menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get: A+
Fiksi Penggemar"Apaan banget deh! Annoying!" dengusnya tak suka tatkala mendengar orang yang menempati ranking satu bukanlah dirinya lagi, melainkan anak pindahan super menyebalkan yang sayangnya mempunyai lesung pipi manis seperti idolanya. "Kesal sama gue, Dais...