23. Menggemaskan

37 11 2
                                    

"Uhm... kakak yang pilih aja deh! Aku bingung!" keluh Jasmine tatkala melihat ada begitu banyak piring bertumpuk yang ditutupi oleh plastik bening tipis dihadapannya.

Tangan kecilnya begitu berhati-sati tatkala berusaha untuk membenarkan posisi tangannya yang berada di atas meja, takut kalau menyenggol piring-piring itu dan kakaknya tidak punya uang untuk menggantinya.

"Katanya kamu pengen rendang gara-gara cobain bekalnya Eri. Nih, sekarang udah ada! Ayo pilih, kakak yang bayar!" desaknya yang membuat Jasmine semakin merengut.

"Tapi kan bekalnya Eri nggak sebanyak ini, kakaakk! Aku jadi bingung yang mana yang rendang" jawabnya.

Bumi terkikik dan lantas menyodorkan salah satu piring yang berisi sepotong daging dengan bumbu rempah medok berwarna coklat kehitaman di dalamnya. Walaupun tertutupi oleh plastik, baunya masih tetap menggiurkan bagi siapapun yang menciumnya.

"Ini rendang, mau makan yang ini?" tanyanya dengan sabar sementara Jasmine masih mengamatinya dengan seksama.

Alisnya berkerut, "Seingetku, warnanya nggak segelap ini..." protesnya yang membuat Bumi akhirnya memindahkan kursinya di sebelah bocah itu.

"Justru kalau makin gelap warnanya, artinya santan dan rempah-rempahnya makin berasa. Cobain deh, tempat ini langganannya keluarga kak Bumi. Pasti enak!" bujuknya.

Daisy yang melihat interaksi itu lantas tersenyum tipis dan ikut meyakinkan adilnya itu, "Masa kita udah di sini malah nggak makan apa-apa?"

"Ini- nggak mahal kan?" seketika Daisy memggelengkan kepalanya kuat-kuat "Oke, deh. Aku coba..."

Jemari milik Jasmine dengan perlahan membuka plastik bening itu dan kemudian menuangkan daging beserta bumbunya di atas sepiring nasi yang sebelumnya sudah dikucuri oleh kuah kental dan sayur daun singkong khas rumah makan Padang. Sebelum Jasmine memakannya, ia menepikan sambal cabai hijau dan sambal merah itu ke pinggir piringnya supaya adiknya nanti tidak kepedasan.

"Huh?! Kok lebih enak daripada punyanya Eri?" tanya Jasmine penasaran sementara ia secara teratur memyuapkan sendok demi sendok nasi itu ke dalam mulutnya.

Daisy setengah merasa bersalah tatkala melihat ekspresi bingung serta takjub milik adiknya ketika ia memakan sepiring nasi Padang itu. Seharusnya ia lebih memperhatikan gizi adiknya supaya ia tumbuh dengan baik.

"Mau coba yang lain? Tambah lagi! Kamu makan sampai kenyang! Lo juga makan dong, Bum!" ucapnya dengan antusias sementara Bumi kembali merekomendasikan lauk pauk lainnya ke arah Jasmine.

"Ini namanya gulai tambusu. Dari usus sapi yang di isi pakai campuran telur sama tahu. Kalau ini kesukaannya teman kakak, mungkin Jasmine ingat dengan kak Bayu. Ini menu favoritnya dia..."

Jasmine mengernyit tatkala mendengar kata usus sapi. Bentuknya tidak terlalu meyakinkan tetapi, menilik dari warna kuahnya serta baunya yang nikmat mengalahkan rasa jijiknya terhadap kata usus.

"Ih! Kok enak sih! Makanku jadi banyak deh hari ini! Kalau aku gendut, gimana?" protesnya dengan sebal namun ekspresinya yang menggemaskan itu membuat Daisy serta Bumi ingin mencubit pipinya kalau saja tangannya tidak kotor.

"Kamu tuh nggak perlu mikir gendut atau nggak. Makan saja yang banyak!" tukas Daisy sembari menyuapkan sesuap nasi dengan lauk ayam pop ke mulut Jasmine "Cobain punya kakak, ini namanya ayam pop! Enak?"

Kepala bocah itu kembali mengangguk dengan semangat. Ketiga orang itu terus bercengkerama dan sesekali tertawa.

Bumi sudah terlebih dahulu mencuci bersih tangannya sementara Daisy dan Jasmine baru menyuapkan suapan terakhir. Kedua orang itu nampak terkapar karena terlalu kenyang yang membuat Bumi terkikik geli.

Selepas mencuci tangan, Daisy menjumpai penjual itu dan lantas bertanya keseluruhan harga dari makanan yang sudah mereka makan.

Wanita itu tampak sesekali melirik ke arah meja yang masih belum dibersihkan itu dan menghitungnya pada kalkulator, "Ayam pop nya satu, telur barendo dua, gulai otak satu, rendang satu, gulai tambusu satu, ayam pop satu di bungkus. Totalnya jadi tujuh puluh enam ribu. Oh, sama es teh tawarnya tiga ya, jadi totalnya delapan puluh lima ribu."

"Nggak salah bu? Kok murah banget?" tanyanya dengan terkejut seraya mengernyitkan dahinya dengan heran.

Sementara itu, penjual itu nampak sedikit gugup, "Oh itu- ada diskon! Kucing saya sudah ketemu" imbuhnya dengan terburu-buru "Maksudnya begini, kucing saya waktu itu hilang terus sekarang sudah ketemu. Ini semacam janji saya sama Allah kalau kucing saya ketemu, hari itu saya bakalan kasih diskon. Nah! Kebetulan uni sama uda Bumi datang hari ini" ucapnya dengan perlahan.

Daisy menggaruk-garuk kepalanya dengan bingung, "Begitu ya..." ia menyerahkan selebar uang berwarna merah itu ke tangan penjualnya "Apa nggak rugi, bu?" tanyanya penasaran.

"Ah, ini kan saya sudah janji, masa saya ingkari?" tukasnya

Daisy menghampiri Bumi masih dengan ekspresi bingungnya, "Kenapa, Day? Kok lama? Ada masalah ya?" tanyanya yang dijawab oleh gelengan kepala dari Daisy.

"Nggak. Heran aja, kok murah banget ya?"

[●●●●●]

Satu hal yang tidak Daisy ketahui ialah pada saat ia mengantarkan adiknya untuk mencuci tangan sebelum makan di wastafel, Bumi mendekati si penjual yang sudah sangat ia kenal itu.

"Uni, nanti kalau sudah selesai, totalnya jangan sampai lebih dari seratus ribu ya. Di bawah seratus ribu malah lebih bagus. Nanti saya balik lagi kesini buat bayar kekurangannya."

Ucapannya tak ayal membuat si wanita yang memakai sarung tangan serta celemek itu mengernyit heran "Itu pacarnya? Elok sekali. Kenapa tidak uda traktir sajo? Kan lebih enak..."

"Dia hari ini pengen traktir kita, Bisa ya?" jelasnya sembari memohon.

Penjual itupun mengangguk, "Untung uda yang minta. Kalau orang lain sudah saya sikat." jawabnya

Bumi pun lantas tersenyum dan mengerlingkan matanya kepada penjual yang sudah sangat ia dan keluarganya kenal itu.

Ia tahu bahwa Daisy ingin mentraktirnya hari ini tetapi, ia tidak sampai hati membiarkan tabungan yang sudah gadis itu kumpulkan dengan susah payah apalagi ia tahu sendiri bagaimana gadis itu berupaya untuk membagi waktu belajarnya dengan bekerja bahkan di akhir pekan pun ia tidak beristirahat.

Bumi tahu betul bahwa Daisy tidak suka di bantu atau dikasihani secara terang-terangan. Oleh karena itu, dengan cara-cara seperti inilah Bumi dapat membantunya tanpa menjadikan Daisy merasa minder terhadap kondisinya.








G'Note:

4 chapter ke depan bakalan bahas lebih lanjut tentang keluarganya Bumi sama Daisy yaa, stay tune~

Love, Ann🤍


How To Get: A+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang