4. Examination

54 9 2
                                    

Jemari gadis itu menelusuri kertas ujian akhir semester yang ada di hadapannya. Ia dengan cepat menghitung, dan menuliskan semua rumus yang sudah ia hafal di luar kepala itu. Di dalam beberapa hal, Daisy lebih menyukai soal hitungan ketimbang materi atau hal-hal yang berhubungan dengan bahasa.

Seperti di jam kedua ujian kali ini, ia dihadapkan oleh soal-soal bahasa Inggris. Ia tidak payah, tentu saja tidak. Namun selama ini, nilai bahasa Indonesia dan Inggrisnya memang lebih rendah ketimbang mata pelajaran yang lainnya. Namun teman-temannya selalu mengatakan bahwa ia sudah pintar di dalam ke dua mata pelajaran itu walupun ia tidak pernah mencicipi bangku les formal seperti teman-temannya yang lain. Di dalam bahasa Inggris, Ia belajar secara otodidak melalui lagu dan film yang ia tonton menggunakan komputer sekolah. Grammarnya tidak begitu bagus, namun setidaknya ia dapat mengerti susunan bahasanya.

Tetapi, sepertinya hidupnya sedang bercanda kali ini. Karena pada saat ia melihat mading yang mengumumkan sepuluh besar ranking paralel, namanya tidak bertengger di sebelah nomor satu, melainkan nomor dua.

1. Ranu Bumi Mandala
2. Sandyaloka Daisy Btari
...
...

"Apaan banget deh! Annoying!" dengusnya tak suka tatkala melihat orang yang menempati ranking satu bukanlah dirinya lagi, melainkan anak pindahan super menyebalkan yang sayangnya mempunyai lesung pipi manis seperti idolanya.

"Kesal sama gue, Daisy?" ucapnya sembari menyeringai, memamerkan sisi wajahnya yang atraktif namun sangat menjengkelkan untuk gadis itu.

Dengan langkah terhentak, Daisy menuju kelas yang saat ini pastilah masih sepi karena semuanya sedang beristirahat makan siang.

Ia mencengkeram buku latihan soalnya lalu hendak membantingnya kalau saja ia tidak ingat bahwa jilid an buku bekas itu sudah rapuh. Jika ia banting, kertas-kertanya akan berhamburan. Ia bisa melihat dirinya berada di ruang dewan sekolah, menunduk dan risau akan nasib beasiswa penuhnya itu.

SMA Pembangunan Bangsa adalah sebuah sekolah swasta yayasan elit yang tiap tahunnya menerima lima murid berprestasi untuk diberikan beasiswa. Tiga diantaranya adalah half founded yang berarti mereka masih diwajibkan membayar uang seragam, buku, dan kegiatan di luar pembelajaran. Dan sisanya adalah beasiswa fully founded. Daisy tidak perlu membayar apapun berkat sertifikat olimpiade nasional yang ia dapatkan di bangku SMP dahulu. Selama ini ia menerima banyak sekali bantuan dari yayasan, bahkan ia tidak perlu membeli sepatu dan tas sekolah karena sumbangan dari para petinggi itu.

Namun semua itu tentulah tidak gratis. Ia tidak boleh keluar dari 3 ranking teratas paralel, ia juga setidaknya harus membawa pulang medali ataupun sertifikat kejuaraan setiap tahunnya. Dan bagi Daisy yang benar-benar tidak mendapatkan les tambahan, hal itu sangat berat karena walau bagaimanapun, anak-anak kaya disekitarnya sudah pasti memiliki tentor pribadi untuk mengontrol nilai mereka di sekolah. Dan namanya yang bersanding dengan angka dua merupakan ancaman untuk beasiswanya.

Daisy bisa saja memasuki SMA negeri manapun yang ada di Jakarta tetapi setiap bulannya pasti ia harus mengeluarkan uang untuk SPP dan mungkin kegiatan studi lapangan di akhir tahun. Sedangkan di sini, bahkan ia tidak perlu membayar uang kegiatan karyawisata yang selalu diadakan di akhir semester. Semuanya gratis, dan sangat terjamin walaupun ia harus belajar mati-matian.

Benar saja, ia dipanggil untuk menghadap dengan dewan sekolah sore ini. Suara pantofel mahalnya yang beradu dengan marmer terdengar memekakkan telinga di ruangan yang sepi ini. Meja setengah lingkaran yang mirip dengan kursi dewan DPR itu membuatnya terintimidasi. Dari sudut matanya ia melihat Rayya yang sama tegangnya.

"Evaluasi semester untuk Rayya Herdiansyah kelas Sosial A-11. Pada semester dua ini, anda mendapat ranking 3 dengan nilai yang tak jauh berbeda dari ranking dibawah anda. Hanya memiliki selisih 0,43 saja. Dan perlombaan debat nasional yang baru saja selesai bulan lalu, mendapatkan hasil yang cukup memuaskan, di peringkat ke dua.

Perlombaan memanglah penting namun, ranking paralel juga tak kalah penting. Ingat itu baik-baik." Ia dapat mendengar nafas tercekat milik lelaki itu. "Saya tidak ingin lagi melihat nama Rayya Herdiansyah ada di peringkat 3 paralel."

"Evaluasi semester untuk Sandyaloka Daisy Btari. Sedari awal anda sudah menduduki ranking 1 sampai kami semua berekspetasi bahwa sampai lulus nanti, nama Daisy akan selalu bersanding dengan angka satu tetapi sepertinya hari ini sudah berubah. Batas toleransi kami untuk kalian adalah ranking 3 paralel, namun kami semua berharap bahwa nama kalian tidak akan bertengger di angka 3. Terutama untuk anda, Daisy. Prestasi anda sedari awal masuk sudah sangat memukau kami.

Dan untuk perlombaan sains, anda berhasil lolos ke tahap selanjutnya. Satu minggu lagi kelas olimpiade akan dibuka lagi, kami semua berharap anda berhasil membawa medali di Singapore nanti. Untuk bahasa Inggris, saya tidak mau lagi mendengar aksen yang tidak jelas itu. Belajar lebih lagi, dan duduki kembali ranking 1 itu. Sangat memalukan ketika melihat posisi itu direbut oleh anak baru itu, bukan?"

Daisy hanya bisa memgangguk dalam diam, ia tidak berani membantah dan membela dirinya karena disini, ia lah yang membutuhkan bantuan mereka, ia juga yang lalai dalam pelajarannya.

"Akan kami tingkatkan lagi kedepannya." mulutnya dan Rayya seolah sudah terbiasa mengucapkan kalimat itu tanpa berpikir lagi.

Mereka berdua menghela napas lega, "Lo ranking 2? Tumben banget? Pantesan mereka pada kaget..." tanya Rayya dengab syok "I mean, lo kayak ranking 1 abadi di kelas sains. Bukan berarti lo nggak belajar tapi, ada sesuatu yang ganggu lo?"

"Gue sebenernya kerja paruh waktu. Mungkin itu yang bikin fokus gue terganggu."

"Hah?! Gila! Lo masih di ranking 2 aja udah bagus banget, anjir! Kalau gue jadi lo yang harus belajar sambil kerja, kayaknya gue udah di depak dari daftar beasiswa hahaha. Semangat ya, Day! Lo udah keren banget kok! Semoga beruntung pas di Singapore nanti!"

Daisy menghela nafasnya sekali lagi sebelum beranjak pergi.

How To Get: A+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang