"Jadi gue kan barusan ikut rapat sebentar buat classmeet semester ini. Nah! Kali ini lombanya ada lima jenis-"
Terdengar sorakan senang dari kelas 11-A karena mereka akan bersenang-senang selepas melalui pekan UTS yang melelahkan. Tak terkecuali bagi bumi yang juga ikut merasa antusias karena ini kali pertamanya mengikuti classmeet di sekolah barunya.
Kevin lalu memukul-mukul papan tulis menggunakan spidol dan melanjutkan ucapannya, "Lomba yang pertama basket kategori laki-laki dan perempuan, masing-masing tim terdiri dari 5 orang. Terus ada voli, ketentuannya sama juga kayak basket. Nah! Yang tiga lomba terakhir nih, agak laen..." tukasnya sembari melirik teman sekelasnya "Penasaran nggak?"
"Cepetan, anjir!" ucap Tiara dengan sedikit emosi.
"Tiap tim basket dan voli harus ada cheers nya..."
"AANNJIINGG, DI KELAS INI NGGAK ADA YANG IKUTAN CHEERS!"
"Dan yang terakhir... dance. Solo. Cowok sama cewek dan harus ada koreografi duet di akhir penampilan. Dahlah."
Bumi memukul mejanya dengan bersemangat, "GUE YANG DANCE!" membuat seluruh orang yang berada di dalam kelas itu meliriknya dengan tatapan dramatis.
Daisy menampilkan ekspresi cengo lantas berkata, "Lo yang bener aja dah" dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dan semua orang pun juga tidak mempercayainya.
"Classmeet kali ini nggak ada yang afk yaa, soalnya kita udah kekurangan anak nih... malahan ada yang dobel lombanya" ujar Kevin sembari mencatat nama-nama pesertanya "Jadi di kelas ini yang ngedobel Bumi sama Erina ya. Gue catat dulu..."
Jujur saja, selama ini Daisy hanya menjadi penonton karena memang ia tidak suka kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik. Nilai mata pelajaran olahraganya saja yang paling rendah. Oleh karena itu, ia sedikit was-was namanya akan di ikut kan dalam acara sekolah kali ini.
"Daisy, ikut cheers ya?"
"What the fuck? Eh-nggak! Maksudnya, gue roll depan aja enggak bisa?!" tukasnya "Please, yang lain aja, gimana?"
Kevin menghela nafas, "Lo mau ikutan basket atau voli?"
Daisy tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti cheers karena ia pun juga tidak bisa bermain voli, apalagi basket.
Dan disinilah Daisy berada. Di pinggir lapangan dengan membawa pom-pom warna-warni dan mengikuti arahan Erina sebagai anggota ekstrakurikuler modern dance yang setidaknya sedikit mengerti tentang tarian dan sebagainya.
"Gimana kalau formasi pertamanya di bikin kayak segitiga gitu? Something basic... maaf ya, gue kurang ngerti kalau soal cheers." tukas Erina
Daisy tertawa kecil, "Kan ini cuma classmeet, enggak se serius itu-"
"Gila! Kirain kelas sains A bakalan milih buat bayar denda ketimbang perform soalnya kan kalian identik sama anak-anak yang pendiem aja waktu ada kegiatan di luar kelas." celetuk salah satu orang yang tidak Daisy ketahui namanya.
Tawa formal milik Erina menguar, "Yaa, kita kan juga mau berpartisipasi aktif walaupun memang jarang menang."
"Kalau gue sih mending jadi penonton aja daripada tampil tapi malu-maluin."
"Anjing lo! Pergi sana!" ujar Tiara dengan berang "Pinter aja enggak, pake ngata-ngatain!"
Daisy melerai mereka berdua seraya berkata "Nggak perlu gitu, kita lihat nanti hasilnya kayak gimana..."
Yang tidak Daisy sangka, ternyata ia memang cukup ambisius di dalam segala hal. Termasuk kali ini.
Jikalau biasanya Daisy menggunakan ponselnya untuk mencari latihan soal, kali ini ia menggunakannya untuk menonton puluhan video pemandu sorak yang ada di salah satu kanal youtube beserta tutorialnya.
Ia lantas mulai mengganti seragam sekolahnya dengan seragam olahraga dan memulai pemanasan di ruang studio tari yang saat ini sepi itu.
Di hadapan sebuah kaca yang sangat besar, ia dapat dengan jelas mengoreksi gerakan badannya dan mengikuti penjelasan dari video-video tersebut. Daisy meringis kesakitan. Ia lupa untuk melakukan pemanasan dan memutuskan untuk langsung mempraktekkan gerakan yang ada di dalam video youtube yang sedang ia putar saat ini.
Ia bahkan memikirkan chanting yang akan digunakan sewaktu lomba nanti. Nafasnya terengah dan hendak mengambil botol air nya sebelum akhirnya terkejut karena keberadaan Bumi yang tiba-tiba masuk ke dalam studio.
"Daisy?! Lo ngapain?" tanyanya dengan terkejut dan diikuti oleh hadirnya Erina yang ternyata berdiri di belakang lelaki itu.
"Latihan sendiri..." jawabnya singkat. "Kalian juga mau latihan?" tanya Daisy sembari menandaskan isi botolnya.
Erina mengangguk, lantas tertawa "Gue tahu kalau lo itu orangnya ambisius banget tapi, gue nggak nyangka kalau lo juga ambis di hal yang nggak begitu penting kayak gini."
Daisy ikut tertawa, "Gue ke-trigger sama ejekan anak kelas sosial yang kemarin, jadinya begini deh... nanti lo lihat ya koreo yang udah gue pelajarin hari ini. Oh iya! Gue juga udah bikin chants. Nanti tinggal kita pilih terus diskusiin aja bareng yang lain."
Daisy memilih latihan di pojok kiri studio sementara Erina dan Bumi menciptakan koreografi untuk penampilan kolaborasi mereka. Sejenak, perempuan itu tertegun karena ia baru menyadari bahwa Bumi sangat tertarik dalam bidang seni. Entah itu melukis, maupun seperti saat ini. Menari.
Tubuhnya seolah ikut mengalun bersama musik yang sedang mereka putar. Baik dari segi gerakan maupun ekspresi, Bumi terlihat sangat lihai dalam menggerakkan tubuhnya. Ia terlihat sangat bahagia dari kilauan yang ada di matanya sekarang.
Bumi seperti menjadi dirinya sendiri. Dan itu membuat Daisy ikut tersenyum, menyadari bahwa lelaki itu dengan nyaman menunjukkan sisi dari dirinya yang tak pernah Daisy lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get: A+
Fanfiction"Apaan banget deh! Annoying!" dengusnya tak suka tatkala mendengar orang yang menempati ranking satu bukanlah dirinya lagi, melainkan anak pindahan super menyebalkan yang sayangnya mempunyai lesung pipi manis seperti idolanya. "Kesal sama gue, Dais...