22. membuncah

46 10 4
                                    

Daisy berlari di sepanjang koridor dengan senyuman lebar. Tubuhnya saat ini seolah terasa seringan kapas karena rasa bahagia yang mengalir di sekujur badannya. Di dalam hati ia berjanji bahwa ia akan membelikan apa saja yang Jasmine inginkan untuk makan malam nanti.

Saking senangnya, ia secara tidak sengaja membuka pintu kelasnya terlalu keras, menggemakan bunyi berdebam di dalam ruangan yang saat itu sedang sunyi karena pelajaran Kimia sedang berlangsung sekarang.

"Eh, maaf bu. Saya enggak-"

"Kenapa baru masuk? Kamu tahu kan peraturannya?" tanya bu Risa dengan nada kasar. "Kalau semisal kamu beralasan ada pelatihan olimpiade, saya tidak bakalan percaya."

Daisy meneguk ludahnya dengan gugup, ini adalah kali pertama ia membolos dan pertama kali juga dimarahi oleh seorang guru karena selama ini seorang guru killer sekalipun tidak pernah memarahinya dikarenakan ia adalah murid favorit.

Namun, ia tahu betul bahwa bu Risa adalah orang yang sangat disiplin terhadap waktu. Beliau bahkan tidak segan mengusir siswa yang terlambat masuk saat ia sudah menyelesaikam daftar absensinya, tidak memperdulikan apa latar belakang keluarganya.

"Itu-eh, anu..."

"Kamu keluar." tukasnya dengan cepat "Hitung-hitung untuk menyegarkan otak." imbuhnya dengan perlahan, menimbulkan nada terkesiap dari teman-teman sekelasnya. "Sekarang, siapa yang tidak mengerjakan PR minggu lalu?! Yang tidak mengerjakan, harap sadar diri dan bergabung bersama Daisy di luar" ucapnya.

Dari balik jendela, ia dapat melihat Bumi yang tengah terburu-buru menghapus beberapa jawaban yang ada di dalam bukunya. Ia bingung tetapi tidak memperdulikannya dan memilih duduk di kursi panjang yang ada di sekitar koridor.

Samar-samar ia mendengarkan nada tinggi berupa omelan yang dilontarkan oleh bu Risa kepada entah siapa. Tak lama kemudian Bumi keluar dari ruang kelas itu dengan cengiran lebar.

"Ngapain lo di sini?!" tanyanya dengan terkejut

Laki-laki itu terkekeh sembari menggaruk lehernya dengan gugup "Gue udah bikin PR tapi, nggak lengkap. Jadi, di suruh keluar deh sama bu Risa" jawabnya dengan nada yang sedikit senang.

"Nggak usah alesan. Gue tadi ngintip lo ngehapus jawaban yang udah lo tulis di buku. Kalau mau bolos, ngaku aja kali" jawabnya dengan senyuman yang tertahan.

"Nah, tuh tau! Lo kemana aja? Gue kira lo nggak masuk hari ini..." tanya bumi dengan penasaran.

Daisy tertawa kecil, "Gue bolos. Tas sekolah gue bahkan masih ada di area belakang lab Biologi. Untung nggak ketahuan!" ucapnya dengan antusias.

"Ckckck, jadi begini kelakuan murid top SMA Pembangunan Bangsa" tukas Bumi sembari menggeleng-gelengkan kepalanya dengan ekspresi dramatis.

Sontak saja itu membuat tangan Daisy dengan spontan memukul bahu milik lelaki itu, "Baru juga sekali!"

Bumi tertawa dan lantas mengangguk takzim "Ternyata, lo pinter juga bolosnya sampai-sampai nggak ketahuan." pujinya yang membuat Daisy tertawa terbahak-bahak.

"Apaan sih? Lebay banget! Oh iya, gue ketemu sama ibu lo tadi di koridor lantai tiga!"

Mata lelaki itu melebar, tanda bahwa ia terkejut "eh- loh? Kok bisa?"

Daisy mengangguk dengan antusias, "Katanya mau ngelengkapin pemberkasan lo. Gue kira tadi beliau nyasar, ternyata memang mau keliling-keliling aja.

"Gabut amat..." sebuah pukulan sekali lagi mendarat di lengannya "Dih?! Kenapa sih?"

"Nggak apa-apa. Gue punya fetish buat mukulin orang aja sih..." jawabnya dengan senyum jahil.

"Gue banget nih targetnya?" tanyanya "Sayang banget, padahal gue mau ajakin lo-"

How To Get: A+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang