8. Hidup dalam Kabut

66 7 0
                                    

💐 HAPPY READING 💐

"Dia udah lapor keluar?" Do Do Hee menghembuskan nafas panjang.

***

Seorang gadis dengan rok panjang berwarna pink dibalut kemeja crop dengan warna yang senada sedang berjalan. Ia kini berada di pantai, dengan cuaca yang di bilang tidak panas tidak mendung "seharusnya aku udah duga, Noh Su-ahn itu plin plan" ujarnya. Ia melipat kedua tangannya didepan dada.

Gadis itu adalah Do Do Hee, ia menikmati hembusan angin yang menerpa wajah mulusnya "udah lama aku ngga kesini" ia menatap satu keluarga kecil yang tengah duduk di bawah payung, keluarga itu berisi sepasang suami istri dan satu anak perempuan keci. Mereka bangun dan berlari mendekati pantai. Melihat itu Do Do Hee jadi ingat momen dimana ia dan kedua orang tuanya kepantai.

"Do-hee!" Teriak pria yang tak lain adalah ayah dari Do Do Hee.

"Cepat, Do-hee!" Sahut wanita.

Sepasang suami istri dan Do Do Hee kecil berlari mendekati tempat duduk yang beralaskan tikar dan satu payung agar mereka tidak kepanasan. Sepasang suami istri itu berlari di belakang sambil menangkupkan kedua tangannya agar air hujan tidak mengenai kepala sang anak.

Mereka duduk dan berteduh di bawah pohon. Do Do Hee kecil mencoba menetralkan deru nafasnya yang tersengal-sengal. Ia menatap sang ayah "padahal aku males keluar hari ini."

"Kamu sekarang lebih suka main sendiri? Ayah jadi sedih" ujar pria itu lesu.

"Ayah ngga punya temen? Main dong sama temen ayah."

Ibu Do Do Hee terkekeh. Do Do Hee kecil beralih menatap sang ibu. "Bener ayah ngga punya temen. Makannya kita harus temenin ayah main" ujar wanita itu sambil memeluk tubuh putrinya.

"Tapi kita ngga bisa main karena ujan" ujar Do Do Hee kecil menatap langit yang turun butiran-butiran air.

"Tenang aja. Ujannya cuma sebentar, pasti bakal reda."

Mereka semua menatap air yang berjatuhan dari langit.

Senyum Do Do Hee kecil merekah melihat hujan sudah reda "udah reda."

Ibu Do Do Hee menangkup satu tangan nya memeriksa apakah masih hujan atau tidak.

"Ayok kita main lagi!"

"Ayok" seru Do Do Hee kecil semangat.

Kedua pasang suami istri itu Manarik lembut putrinya mengajak kembali ke pantai.

Do Do Hee menyungging senyum tipis mengingat momen itu. Gadis itu berdesis "aku harus gimana kalau kalian selalu ninggalin kenangan di semua tempat yang aku datengin? Andai kalian bukan orang tua yang tulus, rajin dan baik itu." Ia menatap lekat keatas tepat di langit.

***

Joeng Gu-Won tengah duduk di atas gedung depan jam kuno besar, tempat ia mencari orang yang sedang ketakutan, kesepian dan sebagainya untuk ia dekati dan menawarkan kontrak. Tangannya memegang kalung salib, dan tatapan nya menatap kebawah.

"Aneh, kenapa hari ini tenang banget? Ini mustahil" cowok itu menatap bulan. Cahaya bulan malam ini bersinar sangat terang. Ia berjongkok.

***

Do Do Hee masih berada di pantai. Ia duduk dan meminum sebotol air. Ia menaruh botol itu dan menyalakan ponselnya. Disana layarnya menunjukan angka jam 12.06 malam, ia menghembuskan nafas "akhirnya lewat juga, ulang tahun aku yang terkutuk. Ia mendongakkan kepala.

Seorang pria berpakaian serba hitam berjalan mendekati Do Do Hee "maaf, anda manggil supir kan?"

Do Do Hee memposisikan kepala nya semula, ia melirik sekilas keadah pria di sampingnya "ya"

MY DEMONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang