9. All Of These

1.3K 154 14
                                    

Sooji memukul samsak bertubi-tubi, setiap gerakan yang dia kerahkan, adalah seluruh amarah nya pada setiap pukulan yang diberikan Dayeon dan teman-temannya. Eunseo yang menatapnya dari kursi hanya menghela napas berat.

"Lo marah karena apa sih? Itu rencana Lo sendiri, loh."

Tentu itu rencananya, hanya saja dia greget. Rasanya ingin bejek-bejek wajah tiga orang anak toge itu, terlebih salah satu orang itu menyebabkan Sooji masuk rumah sakit.

"Ya.. gue cuman mau memperkuat diri aja." Kilahnya, perlahan melepaskan saring boxingnya, dan perban yang menutupi tangannya.

Kekehan dari bibir Eunseo terdengar di ruangan yang memang hanya mereka berdua. "Kita punya dua bukti sekarang, Ji. Satu, CCTV dari paint-ball itu. Kedua, yang temen Lo kirim. Apalagi?"

Dengan terengah-engah Sooji melangkah ada Eunseo yang memberikan minuman padanya. Keringat yang menetes menambah pesona gadis Sung itu. Lalu duduk di sebelah sepupu nya itu.

"Gue mau memutar balikkan keadaan, Eunseo. Lo tau kan, sebusuk apa Pyramid Game itu.

Mereka bersandar pada panggung Boxing itu, terdiam sejenak.

"Terlebih ada cucunya kakek tua Baek yang  pelaku utamanya, 'kan?" Tanya Eunseo menggesekkan hidung dengan jari.

Sooji terdiam. "Kayaknya gue gak bisa balas dendam melalui dia."

Eunseo yang mendengar itu merasa heran. "Maksudnya?"

Sooji menatap botol plastik digenggamnya, dan meremasnya keras. Merusak botol itu seketika.

"Itu bukan cara gue. Juga, gue cuman pake dia buat mempertemukan gue sama Baek itu aja," jawab Sooji sambil bangkit berdiri.

"Bukan karena hal lain kan, Ji?"

Saat akan melangkah menuju pintu, pertanyaan itu juga menjadi perhatiannya selama ini. Apa sebenarnya yang menjadi dasar ia ingin dekat dengan Harin? Atas rasa kasihan, atau benar-benar sayang?

Lagipula, Harin sayang padanya sebagai Sooji, bukan sebagai Bona.

_-_-_-_

My Harin
Online

Sayang
Sibuk gak?
Kamu mau gak nginep, kan weekend nih.
Now

Setelah menyelesaikan ritual mandi dan berpakaian Sooji melihat notifikasi dari Harin. Terlihat janggal, namun dengan cepat dirinya menjawab pesan tersebut.

Memang gak papa?
Aku sih mau mau aja:D
Read

Gakpapa, sayang.
Aku tungguin ya.
Now

Buru-buru Sooji menyiapkan beberapa baju dan memasukkan nya ke dalam tas. Lalu berjalan turun dari tangga. Melihat ayahnya tengah menonton televisi dan Jaeun yang sedang di dapur.

"Ayah. Aku mau nginep di rumah temen ya."

Ayah nya langsung menoleh padanya, juga Jaeun yang mendengar dari dapur, dengan cepat menghampiri Sooji. Dan berdiri di samping Sooji.

"Temen? Siapa?"

Jaeun buru-buru menyahut, "Mereka ada tugas kelompok, paman. Besok aja Jaeun bakal kerja kelompok, loh, paman."

Sooji terdiam dan melirik Jaeun yang mengedipkan matanya. Gadis itu serasa sudah tahu kemana dia akan pergi. Mungkin setelah kejadian ini, Jaeun akan meminta penjelasan.

Ayah Sooji hanya ber-oh ria saja mendengar itu. "Bilang dari tadi dong, Ji. Kalau kamu mau nugas. Jadi nugas di mana? Biar ayah antar."

Sooji menyengir dan melangkah ke pintu cepat-cepat. "Gak perlu, Yah. Aku sendiri aja. Aku pergi dulu ya, ayah, Jaeun."

Ayah nya hanya tertawa pelan sembari menggeleng menatap anaknya yang sudah menghilang dari pandangannya. Jaeun hanya menghela napas diam-diam.

Dalam perjalanan, dengan motor nya, Sooji menyalip beberapa motor dan mobil yang ada di depannya, saking khawatir sekaligus senang bertemu Harin. Jangan ditiru untuk ngebut nya ya, adik-adik, kakak-kakak, semuanya.

Akhirnya ia di depan pagar rumah Harin. Bukan rumah, lebih tepat Mansion. Megah coi. Sooji di hadang sementara di depan pagar dan ditanyai security. Tak lama itu Harin keluar untuk menghampirinya.

"Cepet banget kamu ke sini, Ji."

"Aku ngebut," Cengir Sooji.

Harin menggeleng pelan, "Astaga, gak boleh ngebut kamu, sayang. Bahaya."

"Abis nya kangen."

Harin mengerucutkan bibirnya mendengar itu. "Kok kamu jadi buaya?"

Sooji hanya terkekeh menanggapi nya.

Keduanya masuk ke kamar Harin. Selama langkah ke kamar Harin. Sooji sedikit mengawasi dan melirik sekeliling. Menganalisis setiap sudut. Beberapa kamera CCTV, dan sepertinya Harin tak sendiri di rumah ini.

Pintu itu terbuka, membuat Sooji tersenyum menatap kamar Harin. Feminim, cocok untuk Harin, dn aroma kamar ini sama seperti Harin. Pintu itu dikunci oleh Harin. Matanya melihat-lihat figura yang ada foto-foto Harin.

Tiba-tiba sepasang tangan melingkar di perutnya. Harin memeluknya dan mengeratkan pelukannya itu. Kepala gadis itu tenggelam di punggungnya, meredamkan suara lirih itu.

"I'm scared, Ji."

Mendengar itu, Sooji menegang. Dia berhenti melihat-lihat foto-foto itu dan memfokuskan diri pada Harin yang sedang memeluknya dari belakang. Tangan kanannya perlahan mengusap kedua tangan Harin yang ada di perut nya.

"Kakek datang malam ini~"

Getaran apa ini? Apa arti sesak di dada ini? Suara serak Harin yang didengar nya sekarang, juga tangannya sedang meremas kaos putih yang ada di dalam kemejanya.

Just You and Me [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang