4. That Promise

1.8K 179 9
                                    

Hari ini dirinya beralasan sekolah, tapi berangkat sendiri. Toh, ayahnya sedang pergi ke luar kota, dan Jaeun menurutinya saat ia bilang duluan, tak usah menunggu nya. Ia memakai motor sport yang ada di garasi, kemudian memakai helm untuk keselamatan.

Mengendarai nya dengan kecepatan tinggi, dan menyalip banyak kendaraan. Ketika memperlambat kendaraan nya karena lampu merah, dia hanya tertegun dalam otaknya yang penuh tanya.

Kenapa ia menerima ciuman itu? Sudah lupakan saja, iya, lupakan. Jangan bawa perasaan. Ikuti permainan yang akan membuat kesempatan memanfaatkan nya. Tapi, ciuman itu.. terasa lembut dan membuatnya kecanduan.

Tin!

"Anjirlah, gara-gara ingat kemarin jadi gak liat lampunya dah berubah warna," gumamnya dalam helm full face nya. Dia malah diklakson karena melamun.

Kembali dirinya memacu mesin motornya. Dan sampai pada suatu tempat bangunan yang kosong dan sepi. Namun di dalamnya ada sebuah parkiran motor dn mobil bejejer.

"Wah, nona Wakil. Ada tamu yang tak diundang datang ke sini."

Dengan wajah masih tertutup helm full face, ia memandang orang yang baru saja melangkah dengan penuh rindu. Sudah berapa hari? Atau Minggu? Ia tak tau kabar nya. Eunseo dengan masker yang setia di wajahnya waspada memandangnya.

"Eunseo. Son Eunseo. Bisa bicara berdua." Helm full face itu dibuka dan ditaruh di atas tangki motornya. Kemudian turun dari motornya.

Bisa dilihat yang lain seperti waspada dengan segala gerak geriknya.

"Ah.. dan salam juga sama Luda. Aku rindu padanya," ujarnya pada Eunseo yang terperangah.

Mengenai Luda, hanya ia dan Bona yang mengetahuinya, Karen memang Eunseo yang meminta Bona memprioritaskan Luda daripada dirinya, ia sangat menyayangi Luda. Tak ada yang tahu akan hal itu. Eunseo merengut dan menodongkan senjata.

"S.. siapa kamu sebenarnya?"

"Eunseo.. kamu kebiasaan kalau panik pelatuk pistol nya belum ditarik." Sooji terkekeh dan melangkah perlahan, memegang tangan Eunseo dan membetulkan nya.

Dengan pistol yang ditodongkan kepadanya, Sooji mengarahkan nya ke jantungnya.

"Aku masih bisa merasakan timah panas itu menembus jantung ku."

Mengingat itu hanya dapat membuat Eunseo berkaca-kaca. Dan mulai menangis.

"Uwaaaa..."

Yang lainnya malah tertegun melihat orang asing itu memeluk Eunseo erat, yang dibalas Eunseo tak kalah erat.

"Bodoh~ sepupu bodoh."

Ucapnya yang terbata-bata dan tenggelam di bahu tegap Sooji.

"Ye.. sepupu bodoh mu ada di sini," bisiknya pada Eunseo.

_-_-_-_

Harin menatap ke belakang, tepatnya kursi Sooji yang kosong. Dari awal pelajaran sampai istirahat ke dua, Sooji-nya belum datang, dan tak mengabarkan apapun padanya.

Ingin rasanya bertanya pada teman-teman Sooji, itu malah akan membuat curiga. Matanya mengarah pada handphone nya dan chat nya yang belum dibaca.

Sooji❤️
Terakhir dilihat kemarin

Sooji
Kamu gak masuk hari ini?
Sayang
Kok gak ada kabar?
Kalau gak sibuk lagi balas ya?

Hanya dapat menghela napasnya, dengan kasar meletakkan handphone nya ke meja. Membuat seseorang yang duduk di sebelahnya terkaget.

"Harin? Kamu gakpapa?" Tanya nya, ia adalah Wooyi. Tangan nya memegang bahu Harin perlahan, namun disentak Harin.

"Wooyi.. kita udah gak sedekat itu. Jadi berhenti ngikutin aku!"

Harin berdiri dari tempatnya setelah mengatakan itu pada Wooyi, membuat perhatian anak-anak kelas menjadi pada mereka. Do ah mengajak Harin ke belakang sekolah.

"Dia makin dingin, Do. Padahal sebelum nya gak begini."

Harin terlihat lesu, tangannya merogoh saku dan mengeluarkan rokok nya. Do ah yang melihat itu mengambil rokok itu.

"Sooji pernah bilang ke kamu, gak boleh ngerokok lagi."

"Apa dia masih peduli padaku? Mungkin saja jika aku merokok dia bisa melihat ku lagi dan memberi perhatian nya padaku seutuhnya."

Frustasi. Itu yang dapat Do ah rasakan saat menatap Harin yang tengah duduk termenung. Dengan membetulkan kacamata nya, ia berucap.

"Segitu cinta nya kamu sama dia?"

Pertanyaan itu tentunya terngiang-ngiang dipikiran Harin. Dan dengan mantap menjawab, "iya, aku udah sejatuh itu sama dia."

Do ah diam-diam mengepalkan tangan nya membuat rokok itu remuk seketika. Dan membuangnya ke tong sampah. Mereka berdiam diri sampai waktu istirahat selesai.

"Sooji gak nepatin janjinya!" Batin Do ah. Ia mengajak Harin kembali ke kelas.

"Aku bakal buat perhitungan."

Just You and Me [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang