28. Duo

881 107 22
                                    

In the same day.

"Yo, gimana, Ji? Badan Lo enakan?" Tanyanya pada orang yang masih tiduran malas di ranjang.

Sooji menatap sinis gadis yang duduk di kursi roda di samping ranjang nya. "Apasih, sok akrab banget Lo, Bon."

"Eh gue kakak lo ya." Kesal Bona.

Sooji membuat wajah menye-menye. "Bodo, gua mau nanya ayah nanti. Mana ada gue punya kakak kayak Lo!"

Gadis yang duduk di kursi roda hanya menatap datar pada sang adik, berdecih pelan. Tak bertahan lama keheningan terjadi, Bona nampaknya menyentuh topik utama, yang ingin sekali dia bicarakan.

"Sooji.. Lo sama Harin gimana?" Tanyanya sambil menyamankan dirinya pada kursi roda.

Sooji terdiam dan mengerucutkan bibirnya. "Kalau diingat-ingat, gue di rumah sakit, kok dia gak pernah sama sekali jengukin, ya? Malah ketua kelas yang nengokin gue mulu."

Bona terkekeh pelan, "iyalah. Kan Lo tau gue pake tubuh Lo, jadi setau dia Lo udah siuman dah beraktifitas."

Gadis itu merapatkan bibirnya dan mengangguk, "iya juga ya."

"Bona.. gue kangen sama dia." Lanjutnya.

Gadis yang dipanggil terdiam dan menghela napas, tangan nya meremas pakaian rumah sakitnya. "Lo kan udah enakkan, besok atau lusa udah bisa sekolah, Ji."

"Tapi kangen, pengen peluk, dicium, dipukpuk~"cemberut Sooji sambil menaikkan selimutnya. "Udah ah, sana Lo, gue mau istirahat. Mau cepet-cepet keluar dari rumah sakit."

Bona terkekeh kecil dan perlahan memudar. Menatap lantai dengan perasaan tak karuan.

"Kalau gitu, gue keluar dulu, ya."

"Hmm."

Dirinya mengayunkan roda dari kursinya ke arah pintu, dan keluar dari ruang rawat Sooji. Di luar ada Doah yang menunggunya, kepalanya mendongak menatap Doah. Wajah Doah agak mengerut khawatir.

"Bona.."

Bona menggeleng dan tersenyum tipis, "jangan khawatir, Doah. Gue gakpapa."

Doah menghela napas dan beralih ke belakang Bona, membantu mendorong kursi roda nya.

"Gue ngerasa agak bersalah sama Sooji." Kata Bona sambil menatap ke depan.

"Kenapa?"

"Karena.. gue ambil kesempatan buat deket sama pacarnya."

"Nggak, Lo gak ambil kesempatan. Lo cuman menjalani kehidupan 'nya'." Tepis Doah, sambil melangkah masuk ke dalam kamar rawat Bona.

Keduanya kini di dalam kamar, suara pintu tertutup terdengar. Doah ke depan Bona dan berjongkok di depan Bona, mengambil kedua tangan nya.

"Sekarang, kita mikirin ke depannya aja, ya? Jangan ingat-ingat itu lagi. Fokus ke 'kita' bisa?" Gadis berkacamata itu menatap Bona dengan penuh harap.

Bibirnya terbuka untuk merespon. Tapi satu kalimat ini mampu membuat Doah tak berkutik.

"Lo itu.. sebenarnya suka gue, ya?"

Doah terkekeh tak percaya. "Apa selama ini, kurang jelas, Bon?"

Bona menghela napas berat. Tangan nya melepas tangan Doah perlahan, tangan kanan nya terangkat menepuk-nepuk pelan kepala Doah. Senyuman tipis terpapar di bibir Bona.

"Terima kasih udah bantuin gue. Tapi untuk saat ini, jangan dulu ya? Jangan berharap dulu, please. Jangan."

Doah menahan napas, dia sadar ini belum waktunya. Perlahan mengangguk kecil seperti anak-anak.

"Sowrry.." cicit Doah. Membuat Bona jadi gemas.

"Gak.. seharusnya gue yang maaf, karena buat Lo sakit hati."

"Gak. Lo gak usah minta maaf, gue tau kok. Gue bakal nungguin." Doah berdiri di depan Bona.

"Apa.. gue beralih aja ke Doah? Tapi gue rasa gak semudah itu.."

_-_-_-_

Harin tengah duduk di sofa bertatapan dengan Jaeun yang mengalihkan pandangannya.

"Maaf selama ini gue buat Lo gak nyaman. Terlebih mengenai Pyramid Game itu, dan kejadian tempo lalu, gue mukul Lo sampe pingsan, Myeong Ja eun." Ujar Harin sambil menghela napas, dia dengan tulus dan bersungguh-sungguh minta maaf.

Keduanya berada di rumah Sooji, tentu Harin lagi-lagi dibawa ke sini untuk keamanannya.

Jaeun yang mengalihkan pandangannya menggigit bibir bawahnya dan menatap Harin.

"Aku gak bisa jawab aku lagi, selain maafin kamu. Aku sadar aku sendiri yang buat kamu begini. Aku pengen kita baik-baik aja, bahagia bareng kayak dulu. Tapi aku takut kamu masih trauma. Maafin aku yang dulu pengecut." Jelas Jaeun, sambil mengepalkan tangan nya, marah ada dirinya sendiri.

Harin menggeleng, dia menggenggam tangan Jaeun lembut. "Jangan minta maaf, Jaeun. Gue terlalu jahat untuk dimaafin. Gue yang buat Pyramid Game ini, jadi gue bakal tanggung jawab."

Jaeun menatap genggaman itu. Dan mengelusnya. "Kamu tau.. aku sama Sooji, sama yang lain, akan selalu dipihak kamu. Sooji sesayang itu sama kamu, Myeong Soeun."

Mendengar nama lamanya terucap dari bibir Jaeun, membuatnya merinding. Dan mata Harin berkaca-kaca.

"Jadi jangan merasa sendirian, Soeun."

_-_-_-_

Berita mengenai bangkrut nya perusahaan Baek, mengakibatkan investor perusahaan Kim meningkat. Dari brankarnya, terlihat Bona sedang sibuk dengan iPad dan telepon di telinganya.

Sedangkan, Sooji sedang bermain handphone. Tentu melihat history chat dengan Harin. Sooji berada di ranjang, dengan Bona di kursi roda nya. Ia sering menghampiri Sooji.

"Ih, Bon. Lo ngapa wa Harin gini dah, dingin banget! Ini juga, kek Lo gak pernah pacaran aja!" Oceh Sooji.

Bona memejamkan matanya menahan kesal. "Lo gak usah ledek gue, gue emang gak pernah pacaran!"

Sooji menganga mendengar itu, dan menegakkan tubuh nya, menatap Bona dengan serius. "Beneran?"

"Lu kira gue bohong? Gue susah kayak gitu."

Sooji tersenyum miring, "mau gue kasih tips gak? Siapa tau Lo pacaran ntar, atau ada yang suka sama Lo. Gue yakin nih tips bakal berhasil."

Menatap Sooji dengan berpikir. "Lo.. gak macem-macem, kan?"

Sooji menggeleng, padahal dalam hati tersenyum misterius. Menunjukkan jari peace.

"Yakin! Ini bakal berguna. Sini, gue bisikkin."

Bona dengan agak ragu mendekat kepada Sooji. Dan Sooji berbisik di telinga Bona.

Mendengar itu wajah Bona memerah.

"Apa gue coba aja ke Doah?"

Just You and Me [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang