13. Trap

1.2K 136 42
                                    

Suara decakan lidah terdengar di dalam toilet itu. Padahal Harin mengejek Sooji, karena mesum dan seperti menolak. Tapi terbuai juga. Dengan tubuh yang masih di atas wastafel, dan Sooji yang berdiri di antara pahanya.

"Hnn.. Soojihh."

Mendengar itu membuat Sooji tersenyum di dalam ciuman itu. Tangan Harin berada di lehernya, dan keduanya menikmati itu.

Tapi karena mereka harus mengambil oksigen, ciuman itu terlepas. Dan napas mereka yang berat berbenturan. Wajah memerah menghiasi.

"Kamu ganas ih, Sooji!" Gemas Harin dengan memukul bahu Sooji sekali lagi.

"Kamu yang buat, Rin." Terkekeh pelan dan memeluk pinggang Harin, kepalanya bersembunyi di ceruk leher gadisnya itu.

"Kok aku.." dengus Harin, tapi dirinya akui, kalau Sooji, she's such a good kisser. Tangan nya terangkat mengelus rambut Sooji yang bersembunyi di lehernya. Geli sih.

Perlahan Sooji menegakkan tubuh nya, dan jarinya meraba bibir Harin yang masih basah itu. "Tapi, Baby. Harus aku akui," kata Sooji menatap intens bibir itu.

"A.. apa?" Gugup Harin, sentuhan itu membuatnya berdesir.

"Your lips are so soft, Harin~"

_-_-_-_

Grak!

"Akh shh.."

"Apa itu? Ciuman, bibir Harin gak suci lagi, karena ciuman dengan sampah kayak Lo!" Ejeknya.

Saat dirinya dan Harin berpisah di toilet itu, seorang gadis menariknya ke belakang sekolah dan mencekiknya. Kilat seperti ingin mencabik-cabik wajah Sooji.

"Sooji. Bukankah waktu itu gue udah bilang ke kita, jangan dekat-dekat Harin gue!"

Gadis itu meremat pegangannya di leher seseorang di depannya, perkataannya hanya seperti komedi bagi Sooji. Ia, dicekik oleh orang yang sama dengan kecelakaan di Paint-ball itu.

"Kenapa? Lo gak bisa dapetin hari Harin dengan baik-baik, sekarang Lo mau pake cara curang?"

Dengan agak terbata, karena sesak, Sooji berdecih. Matanya yang memerah marah, tangan nya yang mencoba meremas lengan gadis di depan.

"Diam Lo, Sung Sooji!"

Terbatuk-batuk dirinya saat napas nya mulai melemah karena diperkuat oleh gadis di hadapannya ini. Tapi kekehan dari mulutnya hanya semakin memanaskan hati sang pencekik.

"Lo.. itu udah gila, ya? Wooyi?"

Sooji mendongakan wajahnya dengan ekspresi tengil. Lalu dengan reflek kakinya menendang perut gadis itu, Wooyi, dengan keras.

DAGH!

"AKH! ANJING!"

Sakit itu pasti. Wooyi meringis lalu membalas nya dengan menampar Sooji. Di belakang sekolah itu sepi, hanya mereka berdua. Tamparan itu membuatnya berdecak, Wooyi adalah gadis yang tak pandai bela diri. Ini akan menyusahkan dirinya jika ia memakai gerakan boxing.

Rambut Sooji digenggam dan diantukkan ke dinding. Menyebabkan sekelibat ingatan masuk ke dalam otaknya.

"Sejak Lo pindah ke sini. Harin makin jauh dari kita sahabatnya. Dari gue yang terus di sisinya. Sung Sooji, Lo adalah sebuah kesalahan."

Ingatan saat itu. Insiden kecelakaan Sung Sooji yang sebenarnya.

"Shit." Gimana Sooji merasa ada darah yang mengalir dari keningnya. Sudah, sudah habis kesabarannya.

Dia berbalik dan menggunakan jab boxing. Pukulan itu cepat dan mengarah lurus ke bagian wajah Wooyi. Membuat Wooyi terjatuh dan meringis sakit.

"Waduh! Sorry sorry! Gue mukul nya ke-kerasan ya~" panik Sooji. Dan membantu Wooyi bangun, tapi nak itu malah pingsan.

Akhirnya Sooji menggendong Wooyi ala bridal-style. Dan melangkah ke arah UKS.

"Cok. Jangan mati, lemah juga nih, Wooyi."

_-_-_-_

Sooji menghempaskan tubuhnya ke sofa, mereka telah sampai di rumah Sooji. Perasaan Sooji seperti tidak enak, setelah melihat Wooyi pingsan. Dan dibawa pulang oleh orang tua nya.

"Ji, sayang.?"

"Woi Sooji!"

Tubuhnya berjengkit kaget, dan menatap dua gadis yang memanggil nya itu. "Eh kenapa?"

"Kamu kenapa?" Tanya Harin yang mengecek kening Sooji, khawatir kalau gadis itu sakit.

"Gak.. gak papa, Rin." Sooji tersenyum.

"Tapi kayak mikirin sesuatu, deh?" Curiga Jaeun.

"Dah. Gak ada, gak ada!"

Langkah pelan dan gagah itu terdengar di ruang tamu itu, seorang laki-laki paruh baya, yaitu ayah Sooji. Wajahnya terlihat marah, membuat Sooji bisa menebak apa yang akan terjadi.

"Harin, Ja Eun. Kalian mandi gih!" Seru Sooji, menatap keduanya. Karena merinding akan aura dari ayah Sooji, keduanya menangguk dan pergi dari sana setelah berpamitan pada ayang Sooji.

Degup jantung nya bersiap, mendengarkan apa yang akan ayahnya ucapkan. Tapi, yang dia dapatkan, ayahnya memberikan handphonenya, dan menyuruhnya untuk memainkan video yang tertera.

Saat menonton membuatnya membulat. Dan mendongak pada ayahnya.

"Sooji, apa selama ini ayah mengajarkan mu untuk membully temanmu? Orang tua nya baru saja menelepon ayah. Video ini udah tersebar di internet!" Bentak ayahnya di depannya.

"Ternyata, aku dijebak."

"Ayah. Apakah ayah percaya ada anak sendiri, jika aku bilang yang sebenarnya?" Tanya Sooji sambil meletakan handphone ku di meja.

"Kebenaran apa yang mau kamu bilang, Hm?"

Wajah keras ayahnya terlihat. Tangan terkepal erat. Mata keduanya saling menatap datar.

"Seperti, jangan pernah bangunkan macan tidur. Maka, aku gak mungkin melawan, jika bukan mereka duluan yang ganggu aku, Ayah."

_-_-_-_

Just You and Me [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang