23. Turn

1.2K 134 22
                                    

Tangan itu dengan sedikit gemetar memegang sisi pinggang gadis yang ada di pangkuan nya. Mereka berada di atas matras dan masih di dalam gudang.

"Ha.. Harin."

"Shh.. nikmatin aja, Sooji sayang~"

Bibir lembut itu perlahan menyentuh milik nya yang tebal. Ciuman memabukkan diberikan padanya. Memberikan gigitan hangat di bibir bawah. Hangat. Tubuh mereka sangat dekat. Ini membuat Sooji jadi turn on.

Sedikit desakan Harin melesakkan lidahnya ke dalam mulut Sooji. Erangan halus dari Sooji keluar, membuat Harin semakin memanas.

Kedua tangan nya mengalungkan indah di leher Sooji. Kepala keduanya bergerak. Sooji nampaknya tak ingin kalah, ia meraba tubuh Harin ke punggung nya.

Ciuman itu terlepas, dan membuat Sooji turun ke bawah mencium leher Harin dengan bergairah. Pikirannya kalang kabut.

"Sooji.." erang Harin saat lehernya tak sengaja dihisap keras oleh Sooji.

Sementara itu.

"Heh, lenong! Lo liat Harin gak? Sama Sooji? Ilang mereka berdua!" Ribut Yerim dengan lengan seragam nya yang sudah di lipat ke atas, menatap tajam Eunbyeol.

"Heh, Mak lampir! Jangan nanya gue lah! Gue kan dari tadi Lo suruh urus sebelah sini!" Seru Eunbyeol yang kesal, sambil mengangkat poster besar.

Yerim geram, dan pergi begitu saja meninggalkan Eunbyeol.

"Dimana tuh anak piyik! Jangan-jangan di culik Harin," gerutu Yerim menghampiri teman-teman nya.

Gudang.

Kini keduanya terengah-engah karena ciuman panas yang menyalurkan perasaan dan nafsu. Sooji menggertakkan giginya pelan.

"Sooji, kenapa berhenti?" Tanya Harin sambil menangkup pipi Sooji. Mengelusnya lembut. Matanya berkabut.

Membuat Sooji mendongak menatap mata Harin. "Hukuman apa kayak gitu coba?"

Gadis itu menatap tajam Harin, dan sadar juga akan posisi mereka kala ini.

"Hukuman dari aku kayak gitu kok."

"Diem, jangan-jangan kamu ngelakuin ini ke semua orang!" Kesal Sooji yang masih memegang sisi pinggang gadisnya. Dia jadi membayangkan Harin dengan gadis yang dijodohkan dengan Harin melakukan hal seperti ini.

"Ih, apaan! Mana ada!"

"Boong!"

"Buktinya mana, Sooji?!"

"Gak tau, Harin pembohong!"

"Ji.."

"Pemb-"

Cup..

Kecupan singkat Harin berikan pada bibir basah milik Sooji.

"Aku gak boong. Kamu pertamaku. Gak ada lagi selain kamu."

"Ish!"

Kecupan kedua, dan ketiga. Dan Harin kembali melumat bibir Sooji. Saat Sooji akan memundurkan tubuhnya, tiba-tiba ada suara nada dering yang menggangu mereka. Sooji tahu suara nada dering ini, berasal dari handphone nya.

Tubuh Harin di dorong pelan, dan di dudukan pada matras ke samping tubuh nya.

"Ih, Ji! Matiin hp kamu, ganggu aja," sungut Harin sambil berusaha menghentikan Sooji.

"Tunggu dulu! Gue mau angkat, ini penting." Setelah berkata begitu Sooji bangkit dari duduknya dan berdiri sedikit menjauh dari Harin yang tengah menunjukkan wajah cemberutnya.

Sooji mengangkat handphonenya saat melihat bahwa Do ah lah yang menelepon dirinya.

"Ya? Kenapa Do?"

"Ji! Ji adek Lo! Geber-geber dia di ranjang! Eh maksudnya kejang-kejang." Karena saking paniknya Do ah membuat gadis berkacamata itu typo kata-kata.

"Eh yang bener, njir!" Sooji langsung menegang mendengar itu.

"Cepet dah ke rumah sakit, tadi gue dapet kabar dari ayah! Gue gak bisa lagi bantuin anak-anak. Lo juga disuruh ambil bola malah ilang kayak jelangkung!" Cerocos Do ah di handphone nya.

"Iya iya! Dasar nyai," jawab Sooji lalu mematikan handphone nya. Dan melirik Harin.

"Rin, gue duluan ya. Ada urusan, tolong bilang yang lain gue izin pulang duluan."

Tubuh gadis itu langsung berdiri, dan mendekati Sooji, wajahnya sangat tak bersahabat.

"Lebih penting dari urusan kita?"

Sooji menatap Harin heran, "maksudnya?"

"Oh, jangan-jangan yang nelpon kamu selingkuhan kamu, terus dia minta ketemu! Kamu selingkuh ya!" Tuduh Harin, matanya sudah berkaca-kaca.

"Uji jahat.. Ayin Ndak suka!" Rengeknya.

Hal itu membuat Sooji panik dan buru-buru memegang pipi Harin yang mulai merengek.

"Hey.. hey kamu kok jadi gini. Kamu jangan nangis, abis urusan ini, abis ini aku bakal ke rumah kamu jemput kamu, okay? Jangan nangis, kayak anak kecil tau gak?"

Harin menggigit bibir bawahnya, "janji ya?"

Gadis itu mengulurkan jari kelingking nya, dan dengan cepat disambut Sooji. "Iya! Iya janji! Kalau gitu aku pergi dulu ya."

Harin mengangguk tak ikhlas. Sooji melangkah dan hampir menghilang di balik pintu gudang yang sudah dibuka, tapi kepalanya kembali muncul.

"Rin, kalo mau keluar sekalian bawa bola voli sama basket nya yak. Makasih, dadah!" Sooji langsung kabur setelah mengatakan itu.

"SOOJI!" Harin merengut tapi tetap mengambil bola-bola itu.

"Kenapa aku jadinya yang bawa," sungut Harin.

_-_-_-_

Motor itu akhirnya sampai di rumah sakit. Kakinya yang cukup panjang melangkah dengan cepat ke arah ruang rawat adiknya. Ketika ia membuka pintu itu, seseorang yang terduduk di atas ranjang itu perlahan menoleh padanya. Rasanya Sooji ingin memeluk nya, dan terharu menatap sang adik yang ternyata sudah siuman.

Gadis itu membulatkan mata ketika melihat Sooji. Dan menunjuk Sooji.

"Cok! Ngapa muka gue ada di situ?!"

Just You and Me [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang