34. Love you

890 96 24
                                    

Kini Sooji bersandar lesu di sofa, matanya melihat handphone ditangannya. Ayahnya sebentar lagi sampai. Dia harus tahu bagaimana kebenaran dari apa yang terjadi antara nya dengan Bona.

Benarkah mereka kakak adik atau bukan. Dia tahu, bahwa seharusnya dia tak mempertanyakan keaslian surat tes gen dari rumah sakit, tapi rasanya penasaran, apa yang terjadi di masa lalu.

"Ayah pulang!" Surat bariton itu melesak masuk, membuat Sooji langsung berdiri dan menghampiri sang ayah yang baru saja melewati pintu.

"Ayah. Lama banget pulangnya dari luar kota." Sedikit memanyunkan wajahnya, Sooji membawa oleh-oleh dari ayahnya.

Ayah ya terkekeh pelan, dan mengusap rambut Sooji lembut. "Yah, ayah harus urus bagian cabang yang hampir bangkrut, ini saya ayah pulang hanya untuk mencari investor yang ingin membantu."

Sang ayah terlihat kemas, rasanya dia tak tega bertanya begitu. Tapi dia tak bisa menunggu lama lagi.

"Ayah duduk dulu, bisa? Ada yang mau aku omongin."

Sang Ayah sedikit menyernyit tapi tetap mengikuti sang anak ke ruang tamu. Keduanya duduk berseberangan.

"Kenapa, Ji?"

Sooji menghela napas, dan menatap lurus pada sang Ayah, "ayah.. apa aku punya kakak?"

Ketika mendengar pertanyaan itu, sang ayah membulat. "A.. apa?"

"Apa aku punya kakak, ayah?" Sooji mengulangi pertanyaan nya. Wajah serius dari anaknya mampu sang ayah tak berkutik.

Lelaki paruh baya itu hanya bisa menghela napas, dan menatap sang anak. "Iya."

Gadis itu menegakkan tubuh nya, "Sooji gak salah dengar kan, Ayah?"

Gelengan kepala itu merespon nya. "Sewaktu bayi, ayah memiliki dua anak. Kamu dan kakakmu, ayah bahagia sekaligus sedih, karena harus kehilangan istri ayah."

"Tapi ayah tak tahu, bahwa ada yang mengincar kalian. Ayah kehilangan fokus, membuat kakak kamu hilang tanpa jejak, gadis yang malang, bertahun-tahun lamanya ayah cari, tak ditemukan dimanapun."

Gadis itu menggigit bibir bawahnya. "Ayah, jika Sooji bilang kakak ada di dekat Sooji. Apa ayah percaya?"

Sang ayah berhenti, dan mendongak menatap Sooji. "Maksudnya?"

"Ya, kakak sekarang udah ada di dekat aku. Masih hidup dan sukses," ujar Sooji tersenyum senang, walau matanya berkaca-kaca saat mendengar kebenaran dari sang ayah, bahwa dia benar-benar memiliki kakak.

"Benarkah, ayah ingin bertemu." Penuh harap suaranya terdengar.

_-_-_-_

"Pemirsa, dilaporkan bahwa seorang anak CEO ternama milik Kim Juk Pal, dengan inisial KD menghilang secara tiba-tiba, dikabarkan orang berinisial KD ini terakhir dilihat berada di daerah sekolah—"

Televisi itu dimatikan, lalu menatap wajah polos gadis yang berbaring di brangkar ini. Dirinya mengelus pipi gadis itu pelan. Dsn tersenyum kecil.

"Doah, cepet bangun, ya? Kamu udah hampir seminggu tidur, loh. Gak capek, bangun, ya? Ayah kamu nungguin kamu, temen-temen kamu, Harin, Sooji, juga.. aku nungguin kamu."

Bona menahan tangisnya, dan mengusap kecil kelopak mata nya, dan menghela napas. Mengecup pelan bibir pucat gadis itu, lalu tertidur di tangannya yang dilipat disisi tempat tidur.

Tapi tak dirasa olehnya, bahwa gadis itu baru saja menggerakkan tangan nya sekilas. Tak lama Bina tertidur pulas, tapi Doah malah terbangun. Matanya menyesuaikan lampu di kamar itu.

Lengannya tanpa sengaja menyentuh kepala Bona. Membuatnya menggulirkan matanya ke samping kiri, dimana orang itu yang selalu dirinya cintai. Bona.

"Bo.. na." Ujarnya lirih dibalik alat pernapasan itu. Lalu bibir pucat nya tersenyum, tangannya yang agak kaku itu mengelus rambut sang terkasih.

Bona yang merasakan ada pergerakan, mengerjap pelan dan menegakkan tubuh nya. Matanya membulat ketika sudah memastikan apa yang terjadi di hadapannya.

"Doah.." Tubuhnya berdiri dan melihat Doah yang tersenyum kepadanya.

"H..hai."

"Tunggu aku panggilin dokter dulu, kamu ada yang sakit?" Tanya Bona dengan cepat menekan tombol panggil untuk dokter.

Doah menggeleng pelan, "air.."

Bona dengan cepat mengambil teko dan menuangkan air ke gelas. Membantu Doah meminum air putih itu.

Gadisnya telah siuman, suatu kelegaan dari kekhawatiran yang selalu dia timbun, kini sirna ketika melihat sang gadis telah membuka matanya kembali.

Bona merasakan hawa panas di matanya, seperti rasanya mengalir jatuh ke pipinya ketika melihat gadis di depannya bisa menyapa senyum nya.

Doah tersenyum tipis dalam pucatnya dirinya, tangan kirinya terangkat pelan, menghapus air mata yang jatuh dari sang terkasih. Walaupun, dia ingat bahwa gadis yang di depannya ini umurnya lebih tua darinya.

"Don't cry, you crybaby." Ejeknya pelan sambil terus memegang pipi kanan Bona. Bona mengabaikan ejekan itu, air matanya masih mengalir. Tak peduli akan ejekan.

Tapi, Bona tersenyum dalam tangis bahagianya. Tangannya terangkat memegang tangan Doah yang ada di pipinya. Bona menempelkan kening nya di kening Doah. Kedua nya memejamkan mata.

"I love you, Doah. Jangan tinggalin aku lagi." Bisiknya.

_-_-_-_


"Nak.. ayah begitu bahagia kamu sudah siuman. Ayah sangat bersyukur." Tuan Seo mencium kening Doah lembut mengirimkan ujaran syukurnya.

Bona tersenyum dari samping nya. Sedangkan, Doah hanya bisa terkekeh pelan.

"Ayah~" Bibir Doah merengut ketika sang ayah malah menciumnya di depan Bona. Sedikit malu, karena dirinya sudah besar, tapi terlihat seperti anak-anak jika ayahnya memperlakukannya seperti itu.

Tuan Seo dan Bona tertawa kecil bersamaan, menatap Doah yang manja.

Bona melirik tuan Seo, dan kembali menatap Doah. Jarinya mengelus pipi Doah. Tuan Seo pergi sebentar untuk mengurusi beberapa hal mengenai obat-obatan Doah. Dan meninggalkan keduanya itu di dalam ruangan itu.

"Cepat sembuh, ya, Doah. Aku akan selalu ada buat kamu. Jangan pernah kamu tinggalin aku ya? Aku.. aku takut banget, saat aku dengar kamu masuk rumah sakit. Please, jangan buat kamu dalam bahaya lagi." Bona menatap sendu Doah, masih memejamkan matanya.

Doah tersenyum tipis, dan menjawab, "jika aku tak melakukan apa-apa kemarin, Sooji bisa ditabrak, Bona.."

Bona terdiam dan menggeleng. Dan sedikit mendekati wajah Doah.

"Sudah lebih baik kamu beristirahat lah. Aku akan bangunkan kamu saat jam makan." Bona berdeham sedikit.

Doah sedikit menyernyitkan dahinya, Dan akhirnya mengerti. Malah tertawa kecil.

"Kamu terlihat imut, Bona."

Just You and Me [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang