10. Please Take Me With You

1.4K 154 45
                                    

Perlahan pelukan itu dilepas dan ia berbalik menghadap gadis-nya. Ia menghela napas.

"Aku di sini, selalu disisimu, Harin."

Tangannya merengkuh tubuh gadis itu, membawanya ke pelukan yang menenangkan, mengelus rambut nya lembut.

"Janji?"

Sosok itu, yaitu Sooji diam dan mencium kepala Harin dengan penuh rasa, entah itu perasaan apa. Tapi dia enggan menjawab dengan benar.

"Aku gak bisa janji-"

Harin mendorong Sooji menjauh ketika mendengar sepatah kalimat itu. Dan menatap wajah nya dengan tajam.

"Kenapa?"

Sooji perlahan tersenyum. Itu membuat Harin lebih tenang. Pipi itu ditangkup oleh gadis di depannya. Bibirnya dikecup singkat dan lembut. Penuh makna.

"Aku gak bisa janji, karena walau aku mungkin gak selalu di sisi kamu." Lalu jari telunjuk ku menunjuk dadanya, tepat di mana hatinya berada.

"Aku ada di hati kamu selalu. Aku gak janji benar-benar sebagai sosok nyata di hadapan kamu. But I will continue to try to always be with you." Lanjut Sooji.

Harin menggigit bibir bawahnya, menahan haru pada Sooji yang dengan benar-benar menjelaskan maksud perkataan.

Dia hanya takut, takut jika Sooji, orang yang paling dirinya percaya, orang yang tahu luar dan dalam hatinya. Sooji, adalah orang pertama yang Harin beri tahu akan rahasia semua ini. Akan membuangnya!

"Ji.."

Bugh!

Bugh!

Mereka terkaget saat pintu kamar digedor dari luar. Harin memegang kemeja lengan Sooji dengan kuat., ketakutannya kembali. Sooji yang menggertakkan giginya.

"Baek Harin. Jangan di dalam terus, kakek mu telah datang, sopanlah sedikit!" Teriak orang itu dari luar.

"I.. iya ayah!" Seru Harin, mencoba menstabilkan suaranya.

"Gimana nih, Ji?" Isaknya sembari mendongak menatap Sooji.

"Aku bareng kamu, gakpapa kan? Kita ke bawah bareng."

Sooji memegang sisi kepala Harin yang masih panik. Apa sebegitu trauma nya gadis di hadapannya ini saat bertemu dengan kakek tua itu? Ya memang tua bangka itu kejam. Tapi itu juga berlaku pada cucunya sendiri?

"I'm here.."

Harin menarik napas dalam-dalam dan dihembuskan perlahan saat Sooji menyarankan nya seperti itu. Lalu sesaat kemudian Harin membetulkan penampilan nya. Sooji sebenarnya ingin menyarankan sesuatu.

"Harin?"

"Ya?" Harin menoleh padanya saat di depan cermin.

"Aku punya rencana.. tapi apa kamu kerja sama?"

_-_-_-_

Kaki nya perlahan menuruni tangga, sendirian. Walaupun dalam hatinya dia gelisah tentang rencana itu, dan sempat menolak. Tapi, mau bagaimana lagi?

"Cucu ku, sayang. Sini, Baek Harin."

Dengan ragu dan bimbang, Harin mendekati sang kakek yang tersenyum tipis. Senyuman itu sangat menyebalkan. Tangannya ditarik mendekat.

"Harin? Gak kangen Kakek?"

Dari anak tangga, yang tak terlihat oleh CCTV, Sooji terduduk dan di genggamannya ada sebuah kamera kecil. Di tempelkan ke tempat tak terlihat, mengarah ke arah ruang tamu itu, ke arah Harin dan kakek tua itu.

"K.. kangen," jawab Harin dengan senyum terpaksa, dan setengah hati. Tangan sang kakek dengan nakal menyentuh dagu Harin.

"Emang cucu kesayangan saya kamu ini."

Mereka hanya berdua. Neneknya, ayah dan ibunya masing-masing di kamar tanpa ingin mengganggu keduanya. Sooji yang menyadari itu menjadi khawatir dan menggertakkan giginya. Diam-diam meremas besi tangga.

"Apa gue bawa Harin pergi dari sini?" Tanya Sooji dalam hati.

Harin meremas gaun tidurnya. Kakek itu ternyata mesum, pikir Sooji.

Sooji menekan earphone di telinganya. Dengan berbisik, "Eunseo.. semua terlihat jelas?"

"Iya. Jelas!"

"Oke. Kalau ketahuan, Lo tahu kan, kamera kecil ini ada sistem penghancuran diri?"

"I know, I'm the one made this camera, bro~"

Sooji terkekeh. Lalu menatap Harin yang nampak tak nyaman.

"Harin, kata nenek, kamu hampir buat rencana saya itu hancur?"

Sooji yang hendak turun untuk menyelamatkan Harin, terhenti. Sepertinya ini suatu informasi.

Harin terhenyak, "A.. aku akan memperbaiki itu, kek."

"Kamu tau kan apa hukuman nya, jika kamu membuat semuanya berantakan? Ini semua kerja keras saya! Jangan hancurkan itu."

Harin menunduk takut. "Baik.. kakek."

Kakek itu menghela napas berat. Tubuhnya berdiri dan menggenggam pinggang Harin. "Kalau begitu, sekarang-"

Sooji dengan cepat turun dn berpura-pura beracting. "Harin, kamu lama banget~"

Saat dia tiba di lantai bawah, kakek itu dengan cepat melepaskan tangan nya. Membuat Harin sedikit bernapas lega. Padahal tubuh nya sudah bergetar.

"Kita kan mau kerja kelompok." Dengan cepat Sooji memeluk Harin, seakan telah bosan menunggu lama.

"Ma.. maaf, ya. Aku kan tadi bilang ada urusan sebentar," sahut Harin dengan senyuman tenang, disaat dirinya sudah dipeluk Sooji dan dibawa agak menjauh dari sang kakek.

Sang kakek kembali duduk, dan berdeham. "Siapa?"

Sooji melepaskan pelukan itu perlahan, namun tubuh mereka masih dekat tak berjarak. Kemudian mata nya seakan terkejut karena terdapat sosok lain di sini.

"Loh, maaf saya mengganggu. Kenalin saya Sooji, Sung Sooji!"

Tubuhnya maju dan sedikit membungkuk memperkenalkan diri, membuat tubuh Harin di belakang tubuhnya.

Mata kakek itu seperti melihat mangsa baru. Dan berdeham pelan, "Sung Sooji, ya? Saya kakek nya Harin. Baek Hyun Joong."

"Aku kenal kau kakek tua, kejam, mesum, banjingan. Ih sebel. Untung dia gak tau kalau ini aku, Kim Bona." Batin Sooji dengan makian.

Ia tersenyum tipis dan mengangguk. "Maaf ya, Kek. Saya ganggu, tapi tugas kelompok nya besok harus dikumpul secepatnya. Jadi, aku pinjem Harin nya ya?"

"Ah.. iya silahkan." Kakek itu mengalihkan pandangannya. Sooji tersenyum dan keduanya berpamitan. Dengan Harin digenggam erat oleh Sooji, menaiki tangga menuju kamar Harin.

Saat di dalam kamar Harin, Sooji mengunci pintu itu dan menghela napas lega. Harin hanya menunduk dan duduk di tepi tempat tidur.

"Harin.. kamu gak bilang, kalau-"

Mata merah itu menatapnya, dan bibirnya bergetar. "Sooji~"

Sakit.. hatinya sakit saat mata penuh kerapuhan itu menatap nya. Kakinya melangkah mendekat dan memeluk Harin. Mengelus rambut nya lembut dan penuh ketenangan.

"Yeah, i'm here."

"Bawa aku pergi dari sini.. tolong bawa aku!"

Just You and Me [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang