38. Bonus Chapter 3 : Punishment

694 70 8
                                    

Attention, warning!
Inside there is 18+ content
Violence and harsh words

_-_-_

Mata nya melihat tiga orang itu dengan tatapan kaget. Kondisi ketiganya beragam, namun sama sama diikat.

Sang ayah, dengan adanya beberapa lebam dan ada sedikit bekas bakaran di pipi kanannya. Sang ibu, yang bajunya sudah robek berantakan, dan terakhir neneknya yang tak terluka, tapi ada sedikit lusuh.

"Apa maksud semua ini?" Tanya gadis itu ada dua gadis lainnya yang saling bertatapan.

Bona tersenyum tipis dan melangkah ke arah meja dekat tiga orang itu duduk.

"Seperti yang gue bilang ke Lo perantara nya Sooji. Lo harus buat keputusan," katanya sambil duduk di atas meja yang di sampingnya sudah banyak peralatan eksekusi.

Mata Harin sedikit bergetar, Sooji yang ada di sampingnya pun merangkul lembut pundak sang kekasih.

"Tapi, kenapa harus ayah, ibu, dan nenek gue?!" Seru Harin sedikit membentak. "Kamu juga, Ji. Kenapa gak ngasih tau aku apa yang sebenarnya terjadi?"

Bona mengelus beberapa barang yang ia sukai. "Di sini, gue yang tanggung jawab, Rin. Gue cuman butuh keputusan Lo."

Harin menatap sang ayah yang perlahan mendongak. Menatap gadis itu dengan sendu

"Harin.. sayang. Jangan dengerin psikopat itu, dia jahat, Rin.." ujar sang ayah dengan sedikit terbata-bata.

"Diam!" Bentak Bona ke laki-laki itu.

"Bona!" Bentak Harin. Sooji sedikit terkejut menatap Harin.

"Sayang, ini untuk kebaikan kamu.." bisik Sooji yang membawa Harin ke pelukannya. "Jangan dengerin keluarga kamu lagi, ya? Mereka gak pantes untuk kamu bela."

Harin menenggelamkan wajahnya ke pundak Sooji.

Bona menghampiri napas dan menatap di sejoli itu. Lalu berkata, "gue cuman kasih Lo dua pilihan, Rin. Lo mau semua perbuatan Baek ini, atau Lo serahin mereka ke penjara. Tenang aja, pilihan itu tetap menguntungkan Lo, karena nantinya warisan Baek akan jatuh pada Lo."

Gadis itu perlahan melepaskan pelukan Sooji, dan menatap serius pada Bona. "Gue.. gak boleh milih untuk lepasin mereka?"

"Gue cuman kasih dia pilihan, dan tak termasuk ke dalam pilihan gue untuk buat mereka lepas dari jerat gue, Harin."

Sooji mengelus kepala Harin. "Rin, they deserve this.."

Harin menarik napasnya dan membuang napasnya dengan berat. "Gue.. gak bisa kalo gue balas perbuatan mereka dengan semua peralatan Lo itu. Gue harap Lo kasih mereka ke polisi, kak Bona.."

Bona terkekeh pelan. "Gue tahu Lo bakal pilih itu. Sebenarnya gue gak bakal percaya kalo polisi yang bakal urus kasus mereka. Jadi, pertama-tama gue mau bawa pengacara, dan membuat Lo jadi satu-satunya pemilik harta Baek."

"Jangan gila kamu!" Teriak laki-laki itu, sang ayah.

BUGH!

"Akh!"

Bona memukul wajah nya begitu saja, membuat ujung bibirnya berdarah. Harin dan Sooji berjengkit kaget.

"Bona.." geram Harin yang akan melangkah ke arahnya, tapi Sooji menahan tubuhnya.

"Harin, calm down.." bisik Sooji.

"Padahal gue udah siapin banyak barang.."

"Akh sialan, anak tak tau diuntung!" Bentak wanita yang diikat. Membuat Harin menegang.

"Sudah kami adopsi, dan ini balasan kamu terhadap keluarga Baek yang terhormat? Harin?" Desis wanita itu, dan menatap Harin dengan tatapan marah.

"Memang tak seharusnya kami mengadopsi anak durhaka seperti mu. Dasar anak pungut!" Bentak neneknya, tubuhnya berusaha mengikat tali, tapi tapi itu begitu kuat mengekangnya.

Tubuh Harin mundur dan hampir limbung jika tidak Sooji tahan. Hinaan itu, terasa nyata dan membuat sakit hatinya. Ia tak menyangka, bahwa Baek benar-benar buruk.

"Seharusnya kamu menjadi one of Hyun Joong's slaves! Entah kenapa tua bangka itu malah mengangkat mu sebagai cucu! Sialan, kau malah menganggu rencana hebat kamu, Harin.." geram ayahnya.

Membuat tubuh Harin bergetar takut, sedih, dan marah, juga kecewa di tempat berdiri nya sekarang. Air matanya mulai mengalir. Membuat Sooji menggertakkan giginya, lalu berjalan mendekati tiga orang tak tahu diri itu.

BAGH!

"Argh!" Raung si laki-laki paruh baya itu.

Menendang kera wajah si laki-laki Baek itu, membuat dia gigi depannya patah begitu saja. Mata Sooji menggelap.

"Jangan hina pacar saya, kalian manusia buruk!" Seru Sooji, dan kembali menendang dadanya, sampai kursi itu terhitung dan jatuh ke belakang.

"Jangan sentuh suami saya, brengsek.." Bona membengkak mulut nyonya Baek itu dengan kain yang sudah diracun.

Harin mundur dan punggungnya menyentuh dinding, kakinya begitu lemas dan akhirnya merosot ke bawah. Harinya begitu sakit ketika dilemparkan hinaan dan cacian dari orang-orang yang sudah dianggap keluarga nya sendiri.

Padahal dirinya sedari kecil sudah melakukan semua hal yang keluarga Baek minta padanya. Tapi itu masih kurang? Begitu serakahnya mereka, bahkan terhadap seorang anak kecil pun mereka menutup mata. Seakan tak peduli bahwa umur yang begitu muda, seharusnya mendapatkan nikmatnya masa remaja, kasih sayang, dan banyak hal.

Tapi ia malah dicekoki berbagai ajaran-ajaran menyakitkan mental dan fisik. Kesendirian itu mencekiknya, ruangan hampa itu semakin menyempit. Membuat dirinya tak bebas bergerak. Dirinya hanya bisa memeluk lututnya dan memejamkan mata dengan erat.

Ia sadar, bahwa hatinya sudah hancur dari awal dia masuk ke dalam keluarga Baek. She broke into pieces.

Namun, satu hal yang ia bahagiakan. Adalah bertemu sosok itu, gadis ceria, yang malah menjadi cahayanya. Mata nya yang terpejam kembali terbuka, karena yang ia kira bahwa jika membuka mata nya hanya ada kegelapan kini cahaya itu kembali meneranginya, membuat bayangan sedih dan hancurnya menjadi kembali rapi.

Tangan meraih tubuh itu, kehangatan itu, terang itu, sosok itu. Pelukan hangat di berikan padanya. Membuatnya mendongak. Senyuman itu, membuat dirinya ingin ikut tersenyum.

Ia kira dia tak pernah bisa bahagia. Sosok itu selalu berada di sisinya, semenjak pertama kalinya mereka berdua bertemu. Ia ingin memiliki gadis itu, hanya untuknya.

Sekarang ia tahu sosok yang memeluk nya itu menyatukan lagi kepingan yang telah hancur. Memperbaiki dirinya, dengan cinta perhatian, yang selama ini tak ia dapat sebelum nya.

"Sooji.."

"Iya sayang, ini aku. Kamu sudah aman, jangan mengingat hal-hal buruk yang mereka katakan padamu. Karena sekarang mereka tak akan berbuat jahat padamu lagi."

Detik itu juga, dinding kokoh yang ia bangun runtuh, tangisan itu terdengar dalam ruangan. Tangisan bahwa ia sudah bebas, dan tak lagi tercekik. Pelukan erat dan hangat itu membuat nya nyaman dan merasa aman.

"Sooji~" suara serak nya menyapa telinga gadis yang memeluknya.

"Iya sayang.."

"Do not ever leave me. I don't want to be alone anymore."

"Iya, tentu, sayang. I will never leave you. Karena, aku mencintaimu, Harin. Atau aku bilang, Sung Harin?"

Harin terkekeh dalam tangisnya, dan semakin mengeratkan pelukan itu.

Bona tersenyum saat melihat keduanya dari tempat nya berdiri. Dan menghela napas. Kembali memfokuskan diri pada 'hukuman' yang pantas bagi mereka.

"Kalian pantas mendapatkan hukuman, Baek."

Just You and Me [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang