"Udah lah, Ma. El gak mau ribet-ribet lagi kaya kemarin. Selain ngerepotin diri Mama sendiri, Mama juga udah buat El telat dihari pertama El sekolah."
"El dihukum sama Senior gara-gara telat."
"El dibully temen-temen gara-gara bawa bekel ke sekolah, El mau jajan di kantin aja."
Pagi-pagi tadi Elvin sudah merengek pada Mama nya, meminta agar wanita itu tidak cerewet lagi seperti kemarin. Agar dia tidak terlambat lagi dan tidak dihukum lagi. Jujur, tubuh Elvin rasanya lelah sekali setelah push up delapan puluh kali, dan berjemur selama satu jam lebih dibawah terik mentari. Dia jera, dan tidak mau mengulangi lagi.
Sang Mama pun akhirnya pasrah, dia menuruti kemauan anaknya dan memberikan uang jajan tambahan. Walaupun jajan Elvin sudah dijatah setiap bulan, tapi sang mama hanya khawatir anaknya kehabisan uang, sebab tau Elvin adalah orang yang royal ketika megang uang.
Alhasil, Elvin berakhir disini. Di kantin SMA Tenggara. Dia telah mengikuti rangkaian acara hari ini dan merasa haus sekali. Tadi dia berjemur di lapangan untuk menyaksikan demo ekskul, kemudian berburu tanda tangan Senior sebagai bagian dari perkenalan, ditambah lagi rentetan peristiwa menyebalkan saat dia dikerjain oleh senior-senior OSIS nya.
Langkah Elvin terhenti kala melihat seisi kantin ternyata ramai sekali. Ada rasa takut dalam hatinya untuk ikut berdesakan disana. Bukan apa-apa, tubuh El ini tergolong kurus dan kecil, dia takut terjepit jika turun kesana.
"Woi, Ma bro."
Elvin tersentak saat merasakan seseorang merangkul pundak nya. Saat menoleh, dia menemukan keberadaan Janoko disampingnya.
"Mau jajan?" tanya Janoko sambil menarik satu sudut bibirnya seperti senyuman sarkas, Namun, tergolong manis, sepertinya itu ciri khas seorang Prabu Janoko Karelio.
Elvin mengangguk perlahan.
"Yaudah, jajan sono. Kenapa malah bengong?" ujar pemuda itu sambil mengunyah permen karet di mulut nya.
"Gu-gue...." Elvin memikirkan alasan yang tepat agar dia tidak malu. Jika dia bilang dia takut kerumunan, pasti Janoko akan menertawainya. "Gue males, soalnya rame banget. Pasti sesek."
Janoko terkekeh kecil. "Gak papa, slow aja. Lo males ngantri, kan?" tebak pemuda itu pula.
Elvin mengangguk kecil sembari meluruskan pandangan pada kerumunan siswa-siswi yang berdiri di antara jejeran gerobak di dalam kantin sana.
"Sama gue gak pake ngantri, ayok ikut!" Janoko menarik tangan Elvin dan menerobos masuk ke dalam kantin.
"Hah?- eh...." Elvin yang tak siap akhirnya terseret masuk bersama Janoko.
Pemuda itu masih merangkul pundak Elvin dan membawa Juniornya itu ke arah gerobak bakso. Antrian panjang terlihat dari siswa-siswi SMA Tenggara yang sama-sama berlomba-lomba ingin mengisi perutnya, tapi Janoko dengan tidak sopan menerobos antrian itu dan berdiri di barisan paling depan bersama Elvin.
Sang pemuda yang lebih muda menautkan sepasang alisnya sambil melirik kebelakang. Terlihat wajah seorang siswi berkacamata yang cemberut, tapi tak berani bersuara. Dia hanya mencebik pelan dan sialnya, hal itu terdengar oleh Janoko.
Pemuda itu menoleh kebelakang dengan tatapan sinis. "Apa lu? Berani sama gua?"
"Eh- enggak," ujar sang gadis sambil senyuman canggung dan gelagat gelisah memperbaiki letak kacamata nya.
Elvin hanya menghela nafas dibuatnya. Janoko yang berbuat, tapi Elvin yang merasa tidak enak pada gadis dibelakang mereka.
"Mas, bakso dua posisi, ya?" pesan Janoko pada seorang pria paruh baya sang penjual bakso. Dia lalu menepuk pundak Elvin. "Stand minuman sepi tuh. Lo kesana, gih! Beli es teh dua."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BIG BABY {PRETTY BOY} ✓
Teen FictionAlzelvin Arshaq. Seorang anak manis beraura gula. Pemilik senyuman semanis madu. Aroma wangi, sebagaimana Kuntum Bunga Melati. Memikat Kupu-kupu untuk hinggap pada Taman hati. Tak hanya Kupu-kupu yang terpikat pada manisnya itu, bahkan Elang yang te...