CHAPTER 19 : JEBAKAN CINTA

103 10 0
                                    


"Siapa yang ngajarin kaya gitu?" tembak Rain tanpa aba-aba.

Elvin yang tak siap dengan pertanyaan tersebut menoleh dengan raut terkejut. "A-apanya?"

"Buka baju ditengah lapangan, depan cewek-cewek pula." Rainanda tak menatap Elvin sama sekali. Mata elangnya fokus pada jalan raya yang tengah dia susuri.

"Janoko," jawab Elvin jujur.

Rain menghela nafas singkat sambil mencengkram stir mobil nya erat-erat. "El, gue pernah ingetin kan sama Lo? Gak semua yang mereka lakuin itu baik, dan gak semua yang mereka perintahkan itu bener."

"Buka baju di tengah lapangan di depan cewek-cewek, apa itu baik dan bener menurut Lo?" tanya Rainanda sambil melirik sekilas pada sang pemuda.

Elvin menggeleng seraya menundukkan kepala. Dia merasa malu dan berdosa, karena tau apa yang dia lakukan itu salah, tapi dia masih menuruti ajakan teman-temannya.

"Tuh, tau. Lain kali jangan di ulang lagi. Kalo mau ganti baju ke ruang ganti aja," sambung gadis itu pula.

"Tadi El mau ke ruang ganti, tapi takut Karen nunggu lama. Jadi El ganti aja disana," cicit Elvin perlahan.

"Gue gak masalah nunggu selama apapun, asal Lo gak jadi tontonan mata cabe-cabean," desis Rainanda dengan suaranya yang dalam. Sebisa mungkin dia tahan nada bicaranya, agar tidak terdengar menyeramkan dan membuat Elvin ketakutan.

Walaupun begitu. Elvin tetap dapat menangkap siratan amarah pada setiap kalimat dan gelagat Rainanda. Meski gadis itu tak menampilkan ekspresi apa-apa. Elvin tidak bodoh untuk menyimpulkan semuanya.

"Iya, Kak. El ngaku salah. El minta maaf," sesal Elvin sembari menatap Rainanda dengan mata sendu penuh rasa bersalah.

"Jangan diulangi lagi, gue gak suka." Rain masih belum mau menoleh pada Elvin, karena dia masih berusaha mengontrol emosi nya. "Satu lagi, jangan takut buat bilang enggak ke temen-temen Lo, kalo Lo ngerasa apa yang mereka tawarkan bertentangan dengan hati Lo. Ngerti?"

Belum sempat Elvin menjawab. Rainanda terus melontarkan peringatan dengan nada tegas pada Elvin. Terdengar penuh penekanan, seolah tak menerima bantahan.

Elvin tak mampu berkilah lagi, dia benar-benar di telak. "Ngerti, Kak."

Rainanda menghembuskan nafas lega. Cengkraman tangan nya pada stir mobil perlahan melemah. Kini perasaan nya sudah stabil.

Elvin memberanikan diri menengok pada Rainanda, dan menatap lekat wajah ayu yang masih belum sudi bertentang mata dengan dirinya.

"Karen masih marah, ya?" tanya Elvin dengan hati-hati.

"Enggak," jawab Rainanda singkat, tapi Elvin tak percaya.

Pemuda itu memiringkan kepalanya untuk menatap lebih dekat wajah Rainanda. Dekat sekali, bahkan jarak hidung mancungnya dan pipi Rainanda hanya tinggal satu jengkal saja.

Rainanda diam-diam mencuri lirik melalui ekor mata, dia dapat melihat Elvin yang semakin mengikis jarak di antara mereka. Seketika gemuruh dalam dada kembali melanda. Rain berusaha menenangkan jantungnya.

Bisa bahaya bukan, jika dia serangan jantung tiba-tiba dijalan? Mereka bisa celaka.

"Bener...?" Elvin mencoba memastikan lagi.

"He'em..." sahut Rainanda yang masih menahan diri untuk tidak menoleh sama sekali.

Mata elangnya bergerak kesana-kemari untuk memastikan kondisi, sambil melirik pemuda yang masih setia menatap wajahnya. Tanpa Rainanda sadari, mobil di depan mereka ternyata berhenti karena ada kemacet di depan sana.

MY BIG BABY {PRETTY BOY} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang