CHAPTER 11 : BERONDONG MANIS

176 13 0
                                    

"Tampang kamu memang manis
Tapi kamu masih bau amis
Anak kemarin belum cukup umur
Kamu masih bau kencur...." Sakti duduk diatas meja rapat, diruang OSIS sambil menggenjreng gitar milik Heru, dan bernyanyi dengan suaranya yang merdu.

Rainanda yang sedang berdiri didepan jendela ruangan, dengan pandangan berpusat pada lapangan pun menoleh, saat mendengar lirik lagu yang dinyanyikan oleh sahabatnya itu.

"Geli, geli, geli, lucu
Masa iya kamu naksir aku?
Aku ditembak
Usia selisih lima...." Ayselia turut menyambung lirik lagu tersebut sambil menggenggam batang sapu yang dia jadikan sebagai stand mic tiruan, untuk menggoda Rainanda yang tengah tersenyum miring karena merasa tersindir.

"Terong.... terong dicabein
Pasang aksi gaya dewasa
Godain cabe beneran...." Kedua remaja itu pun bernyanyi, memadukan suara mereka dengan heboh menatap pada Sang Wakil Ketua.

Heru yang duduk di depan monitor memutar kursinya, dan tertawa kecil melihat tingkah kedua remaja itu, dia beralih melihat ekspresi Rainanda yang sedikit tersipu-sipu. Heru mungkin sedikit gusar. Namun, hal itu tidak begitu dia pedulikan. Ada perasaan berkecamuk dalam benak yang tak dia temukan jawaban.

"Heh! Cabe, cabe... sembarangan! Emangnya gue cabe-cabean!" protes Rainanda menatap Aysel dan Sakti dengan gerlingan mata sinis.

"Ya... kan perumpamaan. Masa gitu aja gak paham? Ah, pura-pura bego Lo mah!" sahut Ayse seraya meletakkan sapu yang dia mainkan ke belakang pintu.

"Plot twist amat ya, temen kita? Dari kelas X gak pernah pacaran, sekalinya demen sama berondong. Hahaha," kelakar Sakti sambil meletakkan gitarnya ke atas meja.

"Pesona Pria setengah matang, ye gak Rain?" sahut Aysel pula sambil menyenggol lengan Rainanda.

Rainanda hanya geleng-geleng kepala sambil menyugar rambut panjangnya kebelakang, kemudian mendudukkan diri di kursi samping Heru. Melihat Rainanda yang tak menyanggah sama sekali, Heru pun sedikit keheranan. Dia sama sekali tidak tahu menahu akan cerita ini.

"Bentar, bentar. Ini berondong mana, nih? Gue kaga paham," kata Pemuda itu seraya mengangkat telapak tangannya kedepan sambil menatap Sakti, Aysel dan Rainanda secara bergantian.

Aysel memutar bola matanya dan menepuk pundak Heru. "Yaelah, Her. Masa lo nggak ngeh, sih? Itu lho... Si Cowok Cantik yang baca Puisi pas Gelar Senja kemarin. Nah, Puisinya itu dipersembahkan buat Rain. Sweet banget gak sih?"

"Lo tau darimana?" Heru mengangkat sebelah alisnya menatap Aysel yang berdiri dibelakangnya.

"Semua orang juga tau kali. Pas baca puisi, tuh anak matanya kemana. Fokus banget natap Rain, sampe gak ngedip. Kalo di inget inget romantis juga, ya?" Aysel menerawang menatap langit-langit ruangan dengan pandangan mata berbinar dan senyuman mengembang.

Entah apa yang dia bayangkan, sampai akhirnya Sakti mengusap wajah gadis itu dengan telapak tangan. Barulah dia tersadar. "Jangan mimpi, masih siang."

"Ck, lu mah! Buyar kan Halu gue jadinya," gerutu Aysel dengan wajah kesal.

Rainanda hanya tertawa melihat tingkah kedua temannya itu. Dia lalu berdiri meraih almamaternya. "Udah, ah. Gue mau pulang."

"Tumben?" tanya Heru menatap gadis itu keheranan.

"Ada urusan," jawab Rain singkat.

"Ah, elah. Paling urusan sama Pangeran," goda Sakti sambil melempar senyuman geli.

Rainanda tak menggubris, dia berjalan menuju pintu keluar sambil menahan senyum malu.

"Salam sama dedek gemes ya, Rain?!" teriak Aysel sebelum sosok Rainanda menghilang dari balik pintu, tapi bukannya sahutan yang di dapat Aysel. Malah acungan jari tengah Rainanda yang menjadi salam perpisahan mereka.

MY BIG BABY {PRETTY BOY} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang