Sinar matahari sudah merebak pada seluruh penjuru bumi, pertanda Sang Raja siang perlahan mulai naik ke tahta tertinggi. Tetes embun membasahi dedaunan hingga terjun bebas ke bumi, lalu lenyap saat bersatu dengan tanah basah. Hawa dingin masih tersisa setelah hujan semalam.Mungkin itu pula alasan, mengapa kedua remaja belia itu tak kunjung membuka mata. Di ruang Keluarga kediaman Wardhana. Sepasang remaja masih terlelap dalam tidur mereka.
Seorang gadis masih tertidur telentang di atas karpet, dan Seorang pemuda terlelap sambil memeluk kaki gadis disampingnya. Mereka tidur dengan posisi berlawanan. Rain di samping kaki Elvin dan Elvin disamping kaki Rain. Mungkin karena itu, Elvin menjadikan kaki Rain sebagai guling untuk nya.
Suara kokok ayam jantan mulai bersahut-sahutan, suara itu lah yang mengejutkan salah satu dari keduanya.
Rainanda lebih dulu terjaga. Gadis itu membuka mata perlahan sambil mengernyit menyesuaikan cahaya yang masuk, karena cukup menyilaukan mata. Rainanda menggeliat untuk merenggangkan persendian dan menguap kecil.
Saat ingin menggerakkan kaki, dia tercekat karena merasa kaki kanannya terkunci. Sontak Rain pun menunduk.
Disana dia mendapati Elvin yang sedang tidur menyamping dan memeluk kakinya. Rain juga baru sadar saat menoleh ke kanan, dia dapat melihat kaki pemuda itu disamping kepalanya.
Rainanda mendudukkan diri dan menatap pemuda yang masih terlelap itu sambil geleng-geleng kepala. Diam-diam gadis itu menahan senyum nya, kala melihat gaya tidur Elvin yang seperti itu. Seperti anak kecil yang ketakutan, lantas memeluk kaki ibu nya.
Tangan lentik Rainanda terulur menyentuh rambut lurus sang pemuda berwajah belia. Di belai nya rambut halus bak helai sutra itu. Dia usap dengan penuh rasa sambil menyelami pahatan wajah sempurna tanpa cela.
Betapa indahnya mengawali pagi dengan menatap wajah menawan ini. Ingin rasanya Rainanda mengulang kebiasaan ini setiap hari. Dia ingin mematri wajah ini setiap kali dia menutup mata di malam hari, dan dia ingin menemukan wajah yang sama saat membuka mata kembali.
Pagi? iya, pagi.
Damn!!!
Rain melebarkan matanya sambil menoleh ke sekeliling. Hari sudah terang. Gadis itu lalu melemparkan pandangan ke arah jam dinding yang menempel di gembok ruangan. Ternyata sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.
"Shit!!"
Rain menepuk pundak Elvin dan mengguncangkan nya. "El... El, bangun, El!"
"El, bangun! Udah pagi," seru Rainanda seraya menepuk pipi, pundak, bahkan menarik tangan Elvin agar segera bangkit.
Ini sudah hampir kesiangan. Mereka harus cepat bersiap, jika tidak akan terlambat ke sekolah.
Elvin yang baru sadar hanya melenguh pelan, dan berusaha membuka mata nya yang masih berat. "Euh.... Kenapa, Kak?"
"Udah setengah tujuh, ayo bangun! Nanti kita kesiangan," kata Rain seraya bangkit berdiri, dan menarik lengan Elvin supaya mengikuti nya juga.
Elvin yang masih setengah sadar pun ikut bangkit. Walaupun sempoyongan. Dia mengucek matanya yang sayu dan menatap Rainanda terpaku.
Rain berdecak sebal. Anak ini benar-benar! Bukannya bergegas, malah ngebug dulu. Alhasil Rain yang kehilangan kesabaran pun meraih pundak Elvin, mengarahkan tubuh pemuda itu seutuhnya pada dirinya. Dia menangkup pipi Elvin dan menepuk-nepuk pipi itu beberapa kali agar Sang empunya raga sadar.
"Bangun, bangun, bangun! Mandi, terus siap-siap dalam sepuluh menit!" titah gadis itu sambil mengapit kedua pipi Elvin cukup kuat sampai bibir pemuda itu maju beberapa senti.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BIG BABY {PRETTY BOY} ✓
Teen FictionAlzelvin Arshaq. Seorang anak manis beraura gula. Pemilik senyuman semanis madu. Aroma wangi, sebagaimana Kuntum Bunga Melati. Memikat Kupu-kupu untuk hinggap pada Taman hati. Tak hanya Kupu-kupu yang terpikat pada manisnya itu, bahkan Elang yang te...