CHAPTER 7 : GELAR SENJA

179 18 0
                                    


"Di atas bumi ini ku berpijak
Pada jiwa yang tenang di hariku
Tak pernah ada duka yang terlintas
Ku bahagia
Ingin ku lukis semua hidup ini
Dengan cinta dan cita yang terindah
Masa muda yang tak pernah kan mendung
Ku bahagia"

Acara dimulai dengan bernyanyi bersama. Dipimpin oleh Sang Ketua OSIS. Sakti Shankara mengalunkan suara indah nya dengan lembut dan merdu, diiringi genjrengan gitar Heru Huanran yang bernuansa ceria.

Siswa-siswi Kelas X duduk di atas hamparan taman rerumputan dengan posisi melingkar, dan saling berangkulan sambil menghadap ke barat, dimana sang raja siang sudah bersiap kembali ke peraduan.

Mega merah menyala di cakrawala. Pada kaki langit, burung-burung beterbangan untuk kembali ke sarang. Semilir angin mendorong Sang Surya lebih cepat bergerak untuk beristirahat.

"Dalam hidup ini
Arungi semua cerita indahku
Saat saat remaja yang terindah
Tak bisa terulang
Ku ingin nikmati
Segala jalan yang ada dihadapku
Kan kutanamkan cinta tuk kasihku
Agar ku bahagia"

Tak hanya anak-anak kelas X. Para Senior pun ikut duduk di barisan depan sambil bertepuk tangan, dan menyanyikan lagu gembira itu bersama-sama. Mereka menyanyi dan tertawa. Tak ada lagi wajah-wajah garang yang menyeramkan, tak ada lagi suara bentakan, tak ada lagi perintah menegaskan. Hari ini hanya ada keceriaan.

Sengaja mereka tanggalkan itu semua. Mengingat tugasnya membimbing anak-anak ini sudah berakhir. Kali ini mereka harus bersikap ramah, demi memberikan kesan perpisahan yang manis agar membekas dalam ingatan.

"Adek adek semua. Dalam kesempatan ini Kakak mau ngucapin terimakasih pada kalian yang udah ngikutin semua rangkaian kegiatan dalam MOS dengan baik, menuruti semua perintah kakak kakak pembimbing dan mematuhi peraturan yang ada. Kakak mohon maaf kalau ada salah kata atau apapun yang tidak berkenan di hati kalian. Tolong di maafin, tapi yang perlu kalian ingat. Apapun yang kami lakukan beberapa hari ini, itu semua demi kebaikan kalian dan untuk melatih mental kalian, karena dihari hari seterusnya apa yang akan kalian hadapi mungkin lebih hebat dari pada kemari kemarin."

Sakti memulai sesi penyampaian pesan dan kesan kepada para Junior dengan penuh kerendahan hati dan senyuman tulus. Pidato singkat Sakti itu diakhiri dengan tepuk tangan dari seluruh siswa-siswi yang ada disana. Setelah selesai berbicara, Sakti menyerahkan microphone nya pada Rainanda selaku wakil ketua.

Rainanda berdiri dari duduknya sembari meraih microphone tersebut. Sejenak dia mematri satu-persatu wajah adik-adik kelasnya. Sorot mata Rainanda tak setajam biasanya. Kini sorot mata itu lebih teduh dan lebih hangat, bahkan mengalahkan hangatnya mentari senja.

"Tugas kami membimbing kalian mengenal seluk-beluk SMA Tenggara udah selesai selama tiga hari ini. Selanjutnya kita tetap akan ketemu tiap hari disini. So... sampai ketemu dalam momen yang baik, adik-adik." Rainanda terlihat tersenyum tipis begitu mengakhiri speech nya. Tak seperti Sakti tadi. Speech nya diakhiri dengan gemuruh tepuk tangan Siswa-siswi.

Pidato singkat Rainanda berakhir dengan keheningan. Berpasang-pasang mata itu melongo terpesona menatap senyuman Sang Wakil Ketua yang terkenal garang. Walaupun tipis, tapi mereka dapat melihatnya. Gadis itu tersenyum dengan binar mata bercahaya.

"Wah, Kak Rain senyum!!"

"Cakep juga, ya?"

"Kak jangan galak-galak lagi, ya? Yang kalem aja, hehe."

Dibawah langit senja, dalam hembusan angin yang menerpa rambut panjangnya. Gadis itu mengukir senyuman di bibir mungilnya, lalu dia kembali duduk setelah menyerahkan microphone pada Ayselia.

MY BIG BABY {PRETTY BOY} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang