Mata elang Rainanda menatap fokus pada sebuah foto dalam bingkai hitam dengan teliti. Objek dalam foto itu adalah dua orang remaja yang memiliki wajah hampir seiras. Rain mengenali salah satunya adalah Janoko, tapi dia tidak mengenali remaja yang satu lagi.
"Samudra." Janoko yang mendapati kebingungan di wajah Rainanda pun buka suara dan mulai menjelaskannya. "Prasasti Samudra Shaquille."Rainanda menoleh sembari mengangguk kecil dan kembali menatap bingkai foto berukuran sedang di tangannya. "Namanya antik. Sama kaya nama Lo," komentar gadis itu.
Mereka kini duduk di ruang tamu rumah Janoko. Bertiga dengan Elvin juga, tapi sekarang anak manis nan polos lugu itu tengah bermain dengan ikan-ikan hias peliharaan Janoko, di akuarium yang tak jauh dari sofa tempat Janoko dan Rainanda duduk.
"Dia adik kandung gue," sambung Janoko menatap sendu objek foto yang ada di tangan Rainanda. "Umurnya sepantaran sama Elvin, cuma beda tiga tahun dari kita. Dia udah meninggal setahun yang lalu, karena penyakit gagal jantung yang dia derita sejak kecil."
"Lo pernah liat gue ke makam malem-malem, kan? Itu gue abis ziarah ke makam dia dan Mama..." sambung Pemuda itu.
Rain menoleh pada Janoko dengan sedikit terkejut, tapi dia berusaha mengontrol ekspresi nya. Tak mau membuat Janoko merasa dikasihani.
"Dia mirip sama Elvin, Rain." Janoko menggulirkan netra ke arah Elvin yang duduk membelakangi mereka, sambil bermain dengan ceria bersama ikan-ikan kecil yang berwarna-warni.
"Gue rasa enggak," sahut Rainanda kembali meneliti wajah Samudra di dalam foto itu dan membandingkan dengan wajah Elvin.
"Mata mereka... sama persis. Setiap kali gue natap mata Elvin. Gue ngerasa lagi bertatapan sama Samudra," ungkap Janoko dengan tatapan kosong pada punggung Elvin.
Memang benar. Sejak pertama kali bertemu dan bertatap mata di hari pertama MOS, Janoko meluruh kala menatap mata Elvin. Dia seperti melihat sosok adik kesayangannya.
Samudra dan Elvin memiliki tatapan mata yang sama. Tatapan polos tanpa dosa yang mampu menyihir siapa saja, hingga membuat orang-orang menuruti apapun permintaan nya atau sebaliknya. Membuat si anak itu menurut apapun yang orang katakan.
Semakin hari, semakin mengenal. Janoko pun menyadari sebegitu polosnya mereka berdua. Benar-benar sama, hal itu tentu membuat Janoko Dejavu akan sosok Samudra.
"Samudra punya keterbelakangan mental. Dokter bilang dia menderita Peterpan Syndrome yang membuat Samudra gak bisa tumbuh menjadi anak remaja seusianya. Sikap dan tingkah laku Samudra stuck di masa anak-anak. Dia bertingkah kayak bocah, selalu bikin ulah, gak bisa diem. Sampai kadang-kadang dia celaka karena tingkahnya itu," beber Janoko dengan jujur dan terbuka.
Seolah dia benar-benar percaya pada Rainanda, bahwa gadis itu akan menyimpan baik-baik ceritanya ini tanpa menghakimi atau membully
Rain pun terperangah. Dia ingat Mama nya pernah berkata sesuatu yang sama tentang Elvin tempo hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BIG BABY {PRETTY BOY} ✓
Novela JuvenilAlzelvin Arshaq. Seorang anak manis beraura gula. Pemilik senyuman semanis madu. Aroma wangi, sebagaimana Kuntum Bunga Melati. Memikat Kupu-kupu untuk hinggap pada Taman hati. Tak hanya Kupu-kupu yang terpikat pada manisnya itu, bahkan Elang yang te...