CHAPTER 5 : RAHASIA

210 19 0
                                    


Anak muda itu dari tadi terlihat mondar-mandir di pinggir kolam renang, sambil memasukkan kedua tangan kedalam saku celana pendek berwarna hitam. Dalam balutan kaos hitam polos, dia membiarkan angin malam menerpa tubuhnya dengan tenang.

Pikirannya berkecamuk memikirkan kegiatan besok disekolah. Ada ketakutan, dan kekhawatiran dalam hati atas sesuatu yang belum terjadi. Elvin merasa gundah dan gelisah, memikirkan berbagai hal yang mungkin akan dia hadapi.

Sang Mama yang menyandari kegelisahan Putra Semata wayangnya pun datang menghampiri, dan menyentuh pundak kokoh Sang anak. "Kenapa anak mama, dari tadi Mama liat kaya gelisah gitu? Ada masalah?"

Elvin menoleh dengan wajah gundah. Perlahan pemuda itu menganggukan kepala.

"Kenapa, Nak? Cerita sama Mama," kata wanita itu sambil mengusap rambut legam Elvin.

"Besok ada jurit malam disekolah, Mah. Sebagai penutupan MOS. Kita semua kemungkinan nginep disekolah dan.... Uji nyali." Elvin menjelaskan dengan lemas tak bertenaga. Menceritakan nya saja Elvin sudah merasa energi nya terkuras. Sebenarnya berkeliling sekolah bukanlah sebuah masalah, asalkan tidak malam hari. Elvin takut kegelapan.

"Jurit malam?" Yunda membulatkan mata menatap Sang anak. "Disekolah?"

Elvin mengangguk sambil menunduk dengan bibir yang ditekuk kebawah. Yunda menjadi gemas dibuat nya, lantas memeluk raga sang anak. Walaupun dia hanya bisa bersandar dilengan Elvin, karena anak itu sudah lebih tinggi dari dirinya.

"Gak Papa, Nak. Kan El gak sendirian? Ada yang lain juga, ada Kakak Kakak senior juga. Jadi gak perlu takut, ya?" bujuk Yunda sambil mengusap punggung Elvin.

"Iya, sih... tapi kan tetep aja gelap, Mah. El gak suka," keluh anak itu pula.

"Oke, biar El gak takut. Mama bakal siapin semuanya. Mama bawain El senter yang bisa di pegang, sama bisa di pake di kepala. Terus Mama siapin Baju dingin juga buat besok, ya?" cerocos Yunda pula.

Elvin tak menjawab, dia hanya menghela nafas sambil menggelengkan kepala. Yunda terkekeh melihat wajah lesu anaknya. Dia sudah tak bisa menahan gemas, lantas mengecup pipi anak itu lalu berbalik untuk beranjak darisana.

"Semangat, anak Mama.... Nanti kamu pasti ada yang jagain disana," ucap wanita itu pula.

Elvin menolehkan kepala ke arah Mamanya dengan alis bertaut. Dia menatap punggung wanita itu yang berjalan menjauh menuju kamarnya. "Siapa?" gumam Elvin dengan penuh kebingungan.

Mengabaikan itu semua. Elvin memilih untuk meyakinkan dirinya, karena satu-satunya yang dia butuhkan saat ini adalah persiapan mental. Bukan barang-barang seperti yang Mamanya sebutkan, karena keberanian yang akan menjadi modal untuk menyelesaikan misi nanti malam.

...o0o...

Terdengar suara langkah kaki menggema menuruni tangga. Disusul oleh sosok gadis cantik berambut panjang sepinggang. Rainanda dalam balutan Kemeja flanel hitam kombinasi abu-abu dan Celana Chinos Dark grey turun, sambil menentang Skateboard kesayangannya ditangan kanan. Sebuah headset putih tergantung dilehernya.

Mata gadis itu bergerilya mencari keberadaan Sang Mama, yang akhirnya dia temukan tengah duduk seorang diri diruang tengah sambil menonton televisi. Senyuman cerah terbit di wajah Rainanda, dengan cepat gadis itu menghampiri Widya.

"Mah," panggil anak itu sambil mengambil posisi duduk di samping Sang Mama.

Widya menoleh melihat kehadiran anaknya. Wanita itu mengangkat kedua alisnya tanda bertanya.

"Papa terbang, ya?" tanya Rain memastikan.

Widya mengangguk sambil meneguk orange juice. "Iya, tadi sore."

MY BIG BABY {PRETTY BOY} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang