"Suruh anak itu ke rumah gue sekarang. Kalo mau dapet maaf, dia harus bawa peralatan keperawatan. Kalo perlu pake pakaian perawat serba putih."Itulah isi sebuah voice note dari Rainanda yang di kirimkan pada Janoko. Elvin, Aysel, Rio, Kevin, Alex dan Janoko mendengarkan nya bersama-sama. Setelah mendengarkan perintah itu, mereka sama-sama termangu.
"Alat dan pakaian perawat? Kita kudu cari dimana?" tanya Kevin kebingungan.
Tak ada jawaban. Semuanya diam kebingungan.
"Di rumah gue aja! Disana ada peralatan medis punya bokap gue, dia kan Dokter? Mudah-mudahan baju perawat juga ada. Kalo gak ada... gue tanya temen bokap dulu," usul Elvin.
Janoko tersenyum seolah mendapatkan Ilham. "Ayo, buruan! Sebelum dia berubah pikiran."
Anak-anak itu segera bangkit dan keluar dari rumah Janoko, untuk menyiapkan segala sesuatu yang di minta Tuan Putri Alodie Rainanda.
Mereka ke rumah Elvin. Mengubek-ubek ruang kerja Dokter Alvian Arshaq, mendiang Ayahanda dari Alzelvin Arshaq.
Mengumpulkan semuanya. Mulai dari yang terkecil. Plester, Kasa, alkohol, obat merah, jarum suntik, stetoskop, alat tensi darah, selang infus sampai cairan infus.
Aysel membongkar lemari di ruangan itu demi mencari seragam perawat laki-laki. Namun sayangnya, pakaian itu tak dia temukan.
"Baju perawat gak ada disini. Adanya Jas Dokter," ucap Aysel sambil mengangkat Jas putih yang masih terpasang nama Sang Dokter disana.
"Ya... kan bokap nya Dokter? Bukan perawat," celetuk Rio di sambut dengan tatapan tajam dari teman-temannya.
"Udahlah... beli aja ke pasar bentaran," usul Alex.
"Siapa yang mau beli?" tanya Aysel.
"Gue aja!" seru Janoko berinsiatif. Tanpa di perintah, dia langsung melangkahkan kaki keluar rumah, dan beranjak menggunakan motor nya.
Meninggalkan teman-temannya di rumah itu yang masih mempersiapkan segala sesuatu. Aysel berinsiatif memesankan berbagai makanan kesukaan Rainanda. Mulai dari Donat Dancow, Strawbery Sandwich, sampai Jus Alpukat sambil menunggu Janoko kembali membawa pakaian perawat lengkap.
...o0o...
"Aku keserempet motor gara-gara apa?" tanya Rainanda dingin."Gara-gara nyusulin El ke arena balapan," jawab Elvin sambil menunduk dalam.
Pemuda dalam balutan pakaian serba putih itu tertunduk layu. Tak berani menatap Rainanda. Menemui gadis itu seorang diri saja rasanya tak punya nyali, tapi jika tidak begini, dia akan terus tersiksa dalam rasa berdosa dan rindu yang menggebu-gebu.
Janoko dan yang lain hanya mengantarkan sampai gerbang rumah Rainanda saja, setelah itu mereka lepas tangan.
Merasa sudah membantu Elvin secara maksimal. Mulai dari peralatan hingga pakaian. Selebihnya mereka bantu doa saja, sebab mereka juga masih gentar berhadapan dengan Rainanda. Apalagi Janoko masih trauma setelah di tampar oleh gadis itu.
"Jadi... kamu harus tanggung jawab?" pancing Rainanda menatap pemuda di hadapannya datar.
Elvin mengangguk kuat-kuat. "Iya, El pasti tanggung jawab, Karen. El bakalan nurutin apapun yang Karen mau."
Rain tersenyum samar. Gadis itu berdiri dengan bertumpu pada tangan kanannya di pinggiran sofa, kemudian berjalan mendekat pada Elvin. Sampai di hadapan pemuda itu. Rain mengulurkan jemarinya, untuk mengangkat dagu sang pemuda agar mereka saling bertentang mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BIG BABY {PRETTY BOY} ✓
Fiksi RemajaAlzelvin Arshaq. Seorang anak manis beraura gula. Pemilik senyuman semanis madu. Aroma wangi, sebagaimana Kuntum Bunga Melati. Memikat Kupu-kupu untuk hinggap pada Taman hati. Tak hanya Kupu-kupu yang terpikat pada manisnya itu, bahkan Elang yang te...