"Untuk apa kamu datang lagi kesini?" ketus Wisnu, tanpa mau menatap anak perempuan yang hadir di ruang tamu Keluarga Wardhana pada sore Sabtu ini. Bersama seorang pemuda yang pernah dia benci."Mas!" tegur Widya menatap suaminya penuh peringatan.
Satu-satunya yang menyambut kedatangan Rainanda dan Heru hanya Widya. Wanita itu terlihat bahagia melihat Rainanda mau menginjakan kaki lagi di rumah mereka.
"Rain cuma mau pamitan sama Papa dan Mama. Rain udah memutuskan untuk tinggal dengan Papa kandung Rain aja. Rain gak akan ngerepotin Mama dan Papa lagi," ucap anak gadis itu menatap Widya dengan binar mata yang masih sama. Hangat dan penuh cinta.
"Rain...." Widya seketika langsung memelas seraya meraih lengan anaknya.
Suara tawa remeh terdengar dari seorang pria yang berdiri di depan jendela kaca membelakangi mereka. "Bagus, kalo memang begitu. Tidak ada lagi beban di ke keluarga ini. Dasar anak tidak tau diuntung! Sudah dibesarkan, malah lebih memilih pergi."
Rain, Heru dan Widya melotot mendengar ucapan menusuk yang di lontarkan Wisnu. Begitu nyata menusuk relung hati Rainanda.
"Maaf, Pah. Kalo Rain selama ini jadi beban buat Mama dan Papa. Rain minta maaf sebesar-besarnya. Rain juga belum bisa ganti, semua biaya yang Papa keluarin buat besarin Rain, tapi Rain janji. Nanti kalau Rain udah kerja, Rain bakalan ganti," ucap anak itu dengan tabah. Tak ada getar pada nada bicaranya. Kali ini Rain sekuat mungkin menahan tangis agar tidak terlihat lemah dan kalah.
Widya menggelengkan kepalanya sambil menggenggam tangan Rain dan mengusapnya pelan. "Enggak, Nak. Gak perlu. Jangan dengerin dia. Semua uang itu bukan milik dia. Semuanya biaya hidup kamu itu tanggungan Mama. Mama ikhlas, Nak. Mama ikhlas untuk anak Mama, Rainanda."
Rain menatap Widya dalam. Jadi selama ini wanita itu kerja siang dan malam di butik, pergi ke sana sini. Itu semua demi membiayainya.
Oh, tuhan. Betapa luas nya kasih ibu, kepada anak yang bukan darah dagingnya ini. Kenapa wanita setulus Widya, bisa di pertemukan dengan laki-laki tidak punya hati seperti Wisnu?
"Mah... terimakasih banyak atas semuanya, ya? Rain janji. Suatu saat akan Rain ganti," ucap gadis itu dengan mata berkaca-kaca.
"Enggak, Nak. Gak perlu kamu ganti. Bagi Mama, melihat kamu hidup bahagia dengan pilihan kamu aja, udah lebih dari cukup. Mama akan ikut bahagia, kalau anak Mama bahagia. Mama ikhlas..." bisik Widya diiringi rentetan air mata rela. Walaupun dia menyayangi Rainanda, tapi dia ingin anak itu bahagia.
Rumah ini seperti Neraka bagi Rain. Seharusnya Widya sadar, Rain tidak pernah betah berada di rumah. Seharusnya Widya menyerahkan Rain pada Bastian sejak dulu. Agar Rain tidak lagi di siksa oleh Wisnu.
"Iya, Mah. Rain bakalan bahagia, Rain janji." Sejurus kemudian anak itu turun dari sofa, dan mencium tangan Widya. Di atas pangkuan sang wanita dia menenggelamkan wajahnya. "Makasih banyak, Mah. Rain sayang sama Mama. Makasih udah sayang sama Rain."
Widya menangkup wajah anaknya lembut sambil mengusap pipi tirus Rainanda. "Tetap jadi anak Mama ya, Nak? Tetap jadi Rainanda kesayangan Mama."
Rain mengangguk seraya mengulum bibirnya membentuk senyuman simpul. "Rain tetap anak Mama Widya, selamanya."
Heru menatap haru momen ibu dan anak angkat itu. Terlihat olehnya cinta tulus Widya untuk Rainanda, kasih sayang tanpa pamrih yang di berikan Sang wanita. Cukup mengantarkan Rainanda hingga tumbuh remaja, setelah itu akan di lanjutkan dengan kasih sayang Papa dan Abang nya.
"Sudah selesai pamitan nya?" Suara berat Wisnu menginterupsi momen haru itu. "Saya muak mendengar suara tangisan kalian. Kalau sudah, cepat pergi dari sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BIG BABY {PRETTY BOY} ✓
Teen FictionAlzelvin Arshaq. Seorang anak manis beraura gula. Pemilik senyuman semanis madu. Aroma wangi, sebagaimana Kuntum Bunga Melati. Memikat Kupu-kupu untuk hinggap pada Taman hati. Tak hanya Kupu-kupu yang terpikat pada manisnya itu, bahkan Elang yang te...