CHAPTER 29 : STAR BOY

66 7 0
                                    


Larangan bukanlah pantangan, peraturan bukanlah halangan.

Begitulah kira-kira prinsip yang di pegang oleh para berandal SMA Tenggara, sekaligus kumpulan para pemuda famous yang pamor nya tengah melonjak tinggi, semenjak menjuarai Turnamen futsal antar SMA sebulan yang lalu.

Meskipun telah di larang oleh guru maupun anggota OSIS. Anak-anak itu tetap bebal berlatih futsal di lapangan SMA Tenggara. Walaupun ujian masih berlangsung. Seolah tak peduli pada peringatan, mereka tetap menerobos peraturan dan bermain dengan spontan.

Seragam putih abu-abu telah di tanggalkan, hingga menyisakan kaos putih dalaman dan celaan abu-abu saja. Ujian hari kelima pun telah mereka selesaikan, tinggal satu hari lagi. Mengingat beban yang tersisa satu hari itulah yang membuat mereka merasa lega.

Sepasang mata elang memperhatikan dari lantai dua gedung selatan. Netra nya menatap fokus pada seorang anak muda yang berlarian dengan rambut melambai-lambai ke udara. Persis saat pertama kali dia melihat pemuda itu, di hari pertama Masa Orientasi Siswa yang sudah berlalu hampir enam bulan.

Rainanda berbisik dalam hati dengan rasa tak menyangka, bahwa dia bisa mendapatkan sosok anak manis yang sanggup membuat nya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Dalam diam, gadis itu menahan senyuman. Tak hentinya dia mengucap syukur dalam hati, atas kebaikan Tuhan yang mengirimkan anak itu di kehidupan nya, sebagai malaikat penyelamat dari kesepian dan juga kegelisahan.

Gadis itu tersenyum. Tipis sekali. Sorot mata yang biasanya tajam itu melunak, kala menyorot pada sang pemilik hati. Bagaikan besi yang di panaskan. Watak yang tadinya keras langsung melunak seketika.

Sayangnya, senyuman gadis itu tak bertahan lama. Saat anak-anak Klub Futsal tersebut selesai berlatih, mereka langsung melipir ke pinggir lapangan.

Seperti biasa, di sisi lapangan selalu saja ada gadis-gadis centil yang haus perhatian. Mereka sedang cuci mata, dengan melihat ketampanan para pemuda yang hobby olahraga.

Salah seorang dari mereka menghampiri Elvin yang tengah berjalan menuju bangku tempat nya meninggalkan tas dan seragam putih.

Rainanda memperhatikan dengan seksama. Tatapan yang tadinya lembut, seketika berubah menjadi tajam seperti sediakala. Terlebih lagi ketika melihat interaksi gadis itu yang membuat nya panas hati. Tatapan anak itu benar-benar penuh puja pada kekasihnya, tidakkah gadis itu tau bahwa Elvin sudah berpunya?

"Hai, El..." sapa Tasya. Siswa kelas X IPA 2.

"Oh...- hai," balas Elvin berusaha ramah. Walaupun dia belum kenal dengan gadis ini.

"Eumm... aku tadi dari kantin, terus beli minuman lebih. Aku mau ngasih kamu," katanya seraya menyerahkan sebotol minuman soda pada Elvin.

Elvin menunduk menatap minuman itu penuh pertimbangan. Sebenarnya dia tidak pernah boleh minum soda oleh Mama nya, tapi jika di tolak, mungkin akan terkesan tidak sopan. Alhasil, Elvin menerima pemberian Tasya.

"Makasih, ya?" ucap pemuda itu dengan senyuman manis.

Rain yang melihat itu semakin panas dibuatnya. Apa-apaan? Kenapa Elvin tersenyum seperti itu? Senyuman itu seharusnya hanya tertuju untuk Rainanda, bukan untuk gadis lain.

Seseorang yang tengah berbaring di atas lapangan futsal mendapati gelagat murka Rainanda, sontak langsung berdiri dan menghampiri Junior nya. Dia saja panik melihat api angkara di mata Rainanda. Jika tidak segera di tanggulangi, bisa bisa membakar satu SMA Tenggara nanti.

Janoko berdiri di samping Elvin yang masih berbincang dengan Tasya. Elvin menoleh dengan tatapan penuh tanya, tapi Janoko hanya menjawab dengan gerakan ekor mata yang mengarah pada lantai dua gedung selatan, tepat di depan ruang OSIS.

MY BIG BABY {PRETTY BOY} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang