CHAPTER 30 : CHILDISH BOYFRIEND

101 7 0
                                    


Elvin mendesah frustasi sembari melempar handphonenya ke atas meja. Dia lalu mengacak rambutnya sendiri. Pemuda itu merasa khawatir, bimbang, dan gundah, saat Rainanda tak kunjung mengangkat telepon dan tak mau membalas chat nya.

Dia sudah menuruti perkataan gadis itu untuk pulang bersama Janoko saja, sekarang Elvin tengah duduk lesehan membelakangi kolam renang, sementara Janoko sedang berlatih boxing dengan samsak yang menggantung tak jauh dari sana.

Janoko melirik pada Elvin dengan heran, lantas bertanya, "Kenapa sih, Lo? Kayak orang senewen aja, dari tadi misuh-misuh gak jelas."

"Karen gak ngangkat telpon gue, Ko..." adu Elvin dengan nada lemah.

"Masih ngambek kali," tebak Janoko sambil memukul-mukul samsak tinju nya.

Elvin menautkan sepasang alisnya menatap Janoko bingung. "Ngambek? Emang ngambek kenapa?"

"Gara-gara Lo di deketin cewek tadi lah! Mana Elo nya welcome banget lagi, kayak sales panci! Pacar Lo pasti sakit ati, geblek!" geram Janoko pada Elvin yang tak sadar atas kesalahannya sendiri.

Elvin berdecak kesal sambil memukul kepala nya sendiri. "Bego banget gue."

"Terus sekarang gimana dong, Ko? Telpon gue gak di angkat, chat gak di bales. Gue harus gimana?" bingung pemuda itu pula.

Janoko menghentikan kegiatannya dan menahan samsak tinju itu agar tidak menghantam dirinya. "Ya, menurut Lo?!" Pemuda itu malah balik bertanya dengan sewot, dan membuat Elvin semakin kebingungan.

"Ko...." Elvin merengek meminta jawaban yang jelas, atau sekedar taktik agar Rainanda tidak marah lagi padanya.

"Gini, nih! Kalo anak kecil gak ngerti apa-apa, tapi malah nekat pacaran," gerutu Janoko dengan wajah masam. Dia lalu berjalan menghampiri Elvin sambil melepas sarung tinju yang membalut kedua tangan nya. "Lo mau nya gimana?"

"Mau minta maaf da  jelasin semuanya ke Karen. Biar dia gak ngambek, tapi gue gak tau gimana caranya. Telpon gue aja gak di angkat," jelas Elvin pula.

"Lo samperin lah kerumahnya!" titah Janoko seraya mendudukkan diri di kursi besi.

"Nanti kalo dia makin marah, gimana?" tanya Elvin pula.

"Kemungkinan nya cuma dua. Pertama, Lo samperin dia sekarang, tapi dia masih marah. Cuma gak semarah tadi," kata Janoko menatap Elvin dengan raut serius, seolah sedang memberikan petuah. "Kedua. Kalo Lo gak bujuk dua hari ini, dia bakalan diemin Lo terus sampe... seterusnya. Emang Lo betah di diemin lama-lama sama Rainanda?"

Elvin menggeleng kukuh. "Di cuekin kaya tadi aja gue udah gelisah. Apalagi di diemin lama-lama. Mana tahan gue," jawabnya.

"Yaudah, samperin sana!" titah Janoko lagi.

"Oke!" Elvin pun buru-buru bangkit, tapi tertahan sebab seseorang menarik kerah belakang seragamnya. "Eh... -apa lagi sih, Ko?"

"Lo mau kesana dengan tangan kosong aja?" tanya Janoko sambil menahan tawa. "Di usir Lo, yang ada sama Rainanda!" Pemuda itu melepaskan tarikannya di kerah seragam Elvin hingga membuat tubuh junior nya itu terduduk lagi.

"Terus gue harus bawa apa?" pikir Pemuda itu pula.

"Masa nanya gue lagi? Lo pikir aja sendiri," ucap Janoko sembari menunjuk pelipis Elvin dengan jari telunjuk nya, lalu berdiri dan memakai sarung tinju yang sempat dia lepaskan tadi.

Elvin menggaruk kepalanya. Lagi-lagi kebingungan melanda. Janoko ini memberi tips setengah-setengah, harusnya dia membantu Elvin yang awam dengan masalah seperti ini.

Mata Elvin bergerilya mencari ide, kira-kira apa yang harus dia bawa untuk bisa mengantongi maaf dari Rainanda? Saat mengedarkan pandangan, pemuda itu tiba-tiba terpaku pada handphonenya.

MY BIG BABY {PRETTY BOY} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang