CHAPTER 13 : BULLY

155 10 0
                                    

Elvin keluar dari perpustakaan dengan tumpukan buku paket kimia di kedua tangga nya. Sengaja dia ditugaskan oleh guru mapel untuk mengambil buku disana. Sendirian? Iya, karena tak ada satupun yang mau menemani nya.

Dikelas, Elvin memang tidak memiliki teman. Tak ada yang mau berteman dengan nya. Entah alasan apa yang membuat mereka begitu. Mungkin karena hasutan Riki dan Geng nya yang menyebarkan berita, bahwa Elvin memiliki keterbelakangan mental dan penyimpanan seksual, karena itulah teman-teman sekelas menjauhinya.

Jahat memang, dan Elvin sama sekali tidak mempedulikannya. Yang dia tau tugasnya hanya belajar dikelas, tak masalah jika tak ada yang menemani nya. Toh, diluar kelas dia memiliki lebih banyak teman yang berkualitas. Rainanda contohnya. Ada Janoko, Alex, Kevin, Rio dan lainnya yang bersedia menerima Elvin apa adanya.

Elvin berjalan pelan menyusuri koridor utama, menuju kelasnya yang ada di gedung timur tanpa tergesa-gesa, karena dia membawa cukup banyak buku. Takut nya nanti malah terjatuh berceceran. Beruntung koridor tengah sepi, karena jam pelajaran sedang berlangsung, dan semua murid ada di kelas masing-masing.

Walaupun masih ada beberapa yang diluar. Untuk Kelas yang sedang mendapatkan giliran olahraga, serta Beberapa siswa-siswi bandel yang bolos dan memilih ke kantin.

Saat melewati lapangan. Elvin dapat melihat sekelompok pemuda yang tengah bermain bola. Ada Janoko dan Rio yang sedang mendapatkan jam olahraga. Elvin menggulirkan netra, mencari keberadaan seseorang yang seharusnya juga berada disana, karena orang itu sekelas dengan Janoko.

Dimana Rainanda? pikirnya.

BRUK!!!

Saking asiknya memandang ke lapangan. Elvin sampai lupa memperhatikan jalan. Alhasil dia menabrak tubuh seorang siswa yang tiba tiba muncul dari belokan koridor kelas XII.

Ralat. Bukan menabrak, tapi ditabrak dengan sengaja. Bukankah Elvin berjalan begitu perlahan tadi? Seharusnya dia tidak melakukan kesalahan.

"Maaf, gue gak sengaja." Meskipun begitu, Elvin tetap meminta maaf dan langsung menunduk dengan refleks. Tanpa melihat wajah sosok yang menabraknya.

Buku-buku yang dipegangnya jatuh berhamburan ke atas koridor. Jadi dia harus membereskan nya. Orang itu masih ada disana, berdiri di depan Elvin.

Saat Elvin berjongkok memungut buku-buku tersebut, sepasang kaki yang berdiri didepannya malah dengan sengaja menendang buku-buku itu menjauh.

Elvin melotot tak percaya. Dia perlahan mengangkat wajahnya, demi mematri wajah siswa tersebut. Dia semakin tak percaya setelah mengenali orang itu. "Kak Heru?"

"Kenapa? Gak terima?" tantang Heru dengan angkuhnya. Dia lalu membungkuk sedikit, meraih rahang Elvin dan mencengkeramnya kuat.

Elvin menjerit tertahan. "Akk- Lepas, Kak." Pemuda itu meronta memegangi tangan Heru, berusaha melepasnya. Namun sayangnya, dia tak punya cukup tenaga.

Heru menyeringai melihat ekspresi kesakitan Elvin, dan malah mengencangkan cengkraman nya. "Lepasin sendiri kalo bisa!"

Elvin meronta sekuat tenaga sampai urat-urat lehernya menonjol dari balik kulit nya yang putih.

Heru lagi-lagi tertawa melihat itu. Setelah puas, dia melepaskan cengkeramannya dengan menyentak dan mendorong tubuh Elvin kebelakang, sampai pemuda itu jatuh terduduk. "Cupu!"

Seolah belum puas. Tak sampai disitu. Heru kembali menghampiri Elvin dan menjambak rambut pemuda itu.

"Argh... sakti, Kak..." rintih Elvin sambil meringis menahan perih, merasakan rambutnya seperti akan lepas dari kulit kepala. Tenaga Heru tidak main-main.

MY BIG BABY {PRETTY BOY} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang