"KAREN!!!" Anak manis itu berjalan menghampiri Rainanda yang tengah duduk lesehan di atas karpet ruang keluarga. Dikelilingi oleh berbagai Novel koleksinya.Novel-novel tersebut Rain sembunyikan di lemari pakaian nya. Saat Sang Papa berangkat keluar kota, maka Novel-novel yang tersembunyi itu baru bisa menampakkan diri dan berpesta ria.
Rainanda menoleh. Dari arah dapur Elvin datang membawa dua gelas susu dan sepiring biskuit gandum kesukaan Rainanda.
"El bawa Susu sama Snack buat Karen. Dimakan, ya?" kata pemuda itu seraya meletakkan nampan yang dia bawa ke atas meja di samping Rainanda.
"Kenapa gak minta bawain bibi aja?" tanya Rain melihat Elvin begitu rajin membawakan itu semua, padahal ada Assisten rumah tangga yang bertugas melakukannya.
"Gak papa, biarin aja bibi nya istirahat. Udah malem, kasian," jawab Elvin seraya duduk bersila disamping Rainanda dan melahap biskuit gandum yang dia bawa.
Rain hanya tersenyum sambil berbisik dalam hati, betapa baiknya hati pemuda ini. Kalaulah seluruh dunia tau, ada laki-laki setulus dan sesuci Elvin, mungkin akan banyak sekali saingan nya.
"Karen suka banget baca novel fiksi, ya?" tanya Elvin menatap Rain dengan mulut yang sibuk mengunyah.
"Iya," jawab Rain seraya meraih sekeping biskuit gandum dan melahapnya. "Emang Lo gak suka baca?"
Elvin menggeleng pelan sebagai jawaban. "Emang apa sih, Kak. Sensasi nya baca novel begitu?"
Rain menutup buku novel yang dia baca, lalu memperbaiki posisi duduk nya lebih tegap dan menatap Elvin lekat. "Dari tulisan-tulisan dalam buku ini, bisa membuat otak kita berimajinasi. Menggambarkan setiap situasi yang kita baca dalam otak kita sendiri. Kayak nonton film."
"Bedanya. Ini kita lihat dengan mata imajinasi, bukan dengan mata telanjang kaya biasa," jelas Rainanda.
"Oh... gitu. Berarti setiap kejadian yang ada di novel yang kakak baca, itu kayak berputar di kepala kakak. Gimana momen momen itu terjadi, gitu?" ulang Elvin mencoba memahami.
Rainanda tersenyum puas dan menjentikan jarinya. "That's right, itu dia poin nya."
Elvin pun tersenyum kecil menatap Rainanda dengan mata menyipit. "Kayaknya El gak bisa deh, Kak. El pernah coba, tapi bukannya berimajinasi. El malah ketiduran pas baca buku cerita. Ngantuk banget, gak tau kenapa, kalo liat huruf huruf berjejer gitu. Apalagi tulisan yang panjang lebar, mata El tuh gak kuat, suka langsung mau minta istirahat."
Rainanda tersenyum dan mencubit pipi Elvin gemas. "Itu tandanya Lo emang males baca aja. Emang sih, El. Gak semua orang punya imajinasi yang tinggi, cuma beberapa persen dari penduduk bumi yang bisa menciptakan imajinasi nya sendiri. Seperti penulis-penulis Naskah ini."
Elvin mengangguk paham sambil mengelus pipinya yang sempat di cubit Rainanda tadi. "Karen paham banget kayaknya soal kayak ginian. Kakak emang minat bidang ini, ya?"
"Iya..." jawab Rainanda seraya menarik nafas panjang, lalu meluruskan pandangan ke depan dengan sorot mata teduh. "Gue punya cita-cita pengen jadi sutradara."
"Sutradara?" Elvin mengangkat sepasang alisnya tertarik.
Rain mengangguk dan menoleh pada Elvin dengan air muka penuh asa. "Gue pengen mewujudkan imajinasi gue jadi nyata. Gak cuma dalam pikiran aja. Dalam sebuah karya nyata berupa film, yang gue sendiri bakalan mengarahkan aktor-aktor nya berlakon dalam setiap cerita."
Elvin tersenyum bangga. Membayangkannya saja Pemuda itu sudah turut bahagia. Apalagi jika nanti impian Rainanda benar-benar terjadi. Elvin akan menjadi orang paling bahagia, ketika Rainanda berhasil mencapai impiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BIG BABY {PRETTY BOY} ✓
Teen FictionAlzelvin Arshaq. Seorang anak manis beraura gula. Pemilik senyuman semanis madu. Aroma wangi, sebagaimana Kuntum Bunga Melati. Memikat Kupu-kupu untuk hinggap pada Taman hati. Tak hanya Kupu-kupu yang terpikat pada manisnya itu, bahkan Elang yang te...