Elvin duduk dengan sedikit gelisah dalam mobil Rainanda. Dia duduk disamping kursi kemudi. Pemuda itu melirik sesekali pada gadis yang tengah fokus mengendarai. Tanpa Elvin tau, gadis itu pun sadar bahwa dirinya tengah diperhatikan sejak tadi. Biarpun pemuda itu sembunyi sembunyi, tapi Rain memiliki kepekaan cukup tinggi.Lampu lalu lintas memancarkan sinar berwarna merah, kendaraan roda empat itu terhenti, diikuti oleh kendaran kendaraan lain pada rute yang sama. Rain menoleh dan mendapati Elvin yang tertangkap basah menatap dirinya. Cepat-cepat pemuda itu mengalihkan pandangan kedepan.
"Kenapa? Mau ngomong apa?" tanya Rainanda memecah keheningan.
Elvin berdeham pelan untuk menghilangkan kecanggungan, dia melirik dengan ragu pada Rainanda yang menunggu jawaban. "Karen... marah ya sama El?"
"Enggak," jawab Rain sambil berkedip dengan tenang. "Kenapa mikir gitu?"
"El liat tadi kakak marah marah sama Koko, pasti gara-gara El, ya?" tebak pemuda itu lagi.
Rainanda menghela nafas sambil meluruskan pandangan, menunggu lampu lalulintas bertukar warna. "Enggak marah, cuma lagi ngobrol aja."
"El... boleh gue minta satu hal sama Lo?" tanya Rainanda sembari menoleh lagi pada sang pemuda.
"Boleh..." jawab Elvin.
"Jangan terlalu deket sama mereka, ya?" pinta Rainanda.
"Emang kenapa, Kak?" Elvin menatap penuh tanya.
"Gue cuma takut Lo ketularan nakal kayak mereka. Image mereka di sekolah kita gak bisa di bilang baik, El. Mereka Bad Boy, berandalan. Suka bikin masalah dan melanggar aturan. Gue takut Lo ikutan kena masalah juga," jelas Rainanda seraya meluruskan pandangan, saat mendengar suara klakson kendaraan dibelakang.
Ternyata lampu sudah bertukar warna menjadi hijau. Gadis itupun kembali menjalankan mobilnya. Merasa tak mendapatkan jawaban, Rain melirik sekilas pada Elvin yang malah mendudukkan kepala.
"Bersedia?" tanya Rain meminta jawaban atas permintaannya.
Elvin menelan ludahnya perlahan. "Tapi, Kak. El seneng main sama mereka, ini pertama kalinya El ngerasain punya temen selain adek-adek dijalan."
"Kan ada gue?" sahut Rainanda pula.
"Kan Kakak sibuk sama OSIS. Mana bisa main sama El terus?" jawab Elvin sambil memainkan jemarinya. "Koko sama Alex baik kok, Kak. Mereka gak ngebully El. Kemarin emang iya, tapi sekarang enggak."
"Bukan itu masalah nya, El...." Rainanda menghela nafas panjang. Mendapati raut sedih terpatri di wajah Elvin, lantas membuat nya jadi tak enak hati.
Rain tak suka wajah menawan itu menampilkan kesedihan. Seketika rasa bersalah menyeruak dalam sanubarinya.
Naluri mengalahkan logika. Rainanda menghela nafas dan menelan segala keegoisan nya.
"Yaudah, kalo emang mau main sama mereka. Gak papa, yang penting inget pesen gue aja. Jangan terlalu ngikutin apa yang mereka lakuin, karena gak semua yang mereka lakuin itu baik. Bisa aja itu berbahaya dan melanggar norma," kata gadis itu pula.
Elvin mengangkat wajahnya menghadap pada Rainanda dengan binar mata cerah. "Jadi... boleh?"
Rain mengangguk dan berdeham sebagai jawaban. Senyuman seketika mengembang lagi di wajah Elvin. Pemuda itu kembali ceria setelah mendapatkan izin dari Rainanda.
"Makasih ya, Kak? El janji, El bakalan inget pesen Karen," kata nya pula.
Rain menoleh sekejap, demi mendapati senyuman termanis yang pernah dia jumpai, lantas dia pun ikut tersenyum tipis dan menganggukkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BIG BABY {PRETTY BOY} ✓
Teen FictionAlzelvin Arshaq. Seorang anak manis beraura gula. Pemilik senyuman semanis madu. Aroma wangi, sebagaimana Kuntum Bunga Melati. Memikat Kupu-kupu untuk hinggap pada Taman hati. Tak hanya Kupu-kupu yang terpikat pada manisnya itu, bahkan Elang yang te...