"ABANG GUE UDAH SADAR!"Gadis itu berseru senang sambil melompat bangkit dari kursi, lalu berlari menyusuri koridor rumah sakit menuju ruangan rawat Abang nya.
Janoko dan Aysel yang melihat itu hanya bisa mengerjap. Keduanya mengedip-ngedipkan mata, dan saling bertukar tatap dengan bingung.
Setelah mendapatkan chat dari Sang Papa yang berisi kabar bahwa Heru sudah membuka mata. Rain langsung segera melesat ke sana. Dia rindu Abang nya itu.
Rain membuka pintu ruangan dengan sekuat tenaga, lalu berlari melesat menghampiri ranjang Heru. Disana Heru masih terbaring, tapi matanya sudah terbuka. Ada Bastian juga disisi sang pemuda. Keduanya langsung menoleh saat Rain datang.
"Akhirnya... Abang gue sadar juga." Gadis itu menghampiri Heru dengan senyuman sumringah.
Heru mengerjapkan mata beberapa kali dan menoleh pada Bastian yang tersenyum hangat, kemudian netranya berlatih pada Rainanda yang sudah berdiri disamping kirinya.
Raut bingung terpatri di wajah sang pemuda, saat meneliti wajah gadis di hadapannya.
"Her, Lo lama banget tau tidurnya? Cape gue nungguin Lo bangun," keluh Rainanda.
"Lo siapa?" tanya Heru dengan alis bertaut dalam.
Rain terperangah. Mata gadis itu melebar dan bibirnya setengah terbuka, saking terkejutnya atas pertanyaan Heru. Rain menoleh pada Sang Papa yang berdiri diseberangnya, di sisi kanan Heru.
Pria itu pun ikut membisu sambil menatap kedua anak itu secara bergantian dengan sorot mata tak menentu.
"Gu-gue Rain. Gue adek Lo..." sahut Rainanda sedikit terbata-bata.
"Adek gue...?" Heru kembali memicingkan mata, dan memiringkan kepalanya yang terbalut perban, untuk menatap lekat wajah Rainanda.
Rain mengangguk yakin. "Iya, gue adek Lo."
Heru meluruskan pandangan ke depan dengan wajah linglung seolah tak mengerti apapun, sementara Rainanda melirik pada Papa nya yang malah menggelengkan kepala samar. Rain tak tau apa artinya ini semua? Apakah Heru Amnesia?
"Kalo emang gue Abang Lo...." Pemuda itu kembali menengok pada Rainanda. Raut serius terpancar di wajah tampannya. "Coba panggil gue Abang," pintanya pula.
Rain membisu dengan wajah cengo. Bastian menunduk menahan tawa, tapi tak lama kemudian tawa itu menyembur dari mulut Heru sendiri.
"Ck... Lo mah, ah! Gak lucu tau?!" gerutu Rainanda yang memasang wajah cemberut.
"HAHAHAHA...." Heru tertawa puas setelah berhasil mengerjai adiknya itu. Dia ber-high five ria dengan Sang Papa yang sudah bisa di ajak bekerjasama untuk menggoda bungsu mereka.
Tanpa Heru duga tindakan Rainanda selanjutnya, gadis itu menghambur ke pelukan Heru, dan mendekap hangat tubuh saudaranya itu.
Seketika tawa yang tadinya membahana langsung senyap. Heru menunduk melihat Rain bersandar dengan nyaman di dadanya. Tangan kanannya terulur membelai lembut surai halus Adiknya.
"Kenapa, dek...?" tanya pemuda itu dengan lembut.
"Lo tidur nya lama banget, gue khawatir. Gue takut Lo ilang," kata Rainanda sembari mendekap erat raga Heru. Seolah benar-benar takut kehilangan Abang nya itu.
Heru terkekeh kecil dan membalas pelukan adiknya. "Gue gak akan kemana-mana, kok. Gue bakalan tetap disini, jagain adek gue."
"Gue sayang sama Lo, Bang." Rain menenggelamkan wajahnya di dada Heru.
Heru melirik pada Bastian yang tersenyum haru, melihat pemandangan menyejukkan kedua putra putri nya itu. Damai sekali rasanya, ketika melihat anak-anak itu saling berpelukan dan menyayangi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BIG BABY {PRETTY BOY} ✓
Ficção AdolescenteAlzelvin Arshaq. Seorang anak manis beraura gula. Pemilik senyuman semanis madu. Aroma wangi, sebagaimana Kuntum Bunga Melati. Memikat Kupu-kupu untuk hinggap pada Taman hati. Tak hanya Kupu-kupu yang terpikat pada manisnya itu, bahkan Elang yang te...