Pak Bondan memijit tulang Pelipisnya dengan kesal, di depannya kini berdiri delapan murid yang sering bermasalah di sekolah.
Berantem, bolos di jam pelajaran, tawuran, tidak memakai atribut lengkap, dan masih banyak lagi. Hanya satu murid yang tidak pernah bermasalah yaitu Dilla.
Beberapa menit yang lalu, setelah geng Flo dan juga geng Angga berkelahi, Bara selaku ketua OSIS langsung menghampiri mereka dan menggiring menuju ruang BK.
"Kali ini kalian bikin masalah apa lagi? " ucap Bondan menatap jengah murid-murid yang berpenampilan urakan di depan seberang mejanya.
Tidak ada satupun yang menyahut, membuat Bondan menghela napas jengah.
Wajahnya seketika menatap Dilla yang masih sesegukan akibat habis menangis."Dilla! Apa kamu di bully lagi oleh Flo? " tanya Bondan.
Dilla sama sekali tidak menjawab pertanyaan Pak Bondan dan hanya melirik Angga yang berada tepat di sampingnya.
"Tidak perlu takut nak, jika memang Flo mengganggu kamu lagi, Bapak akan memberi sanksi yang sesuai untuk dia! " ucap Bondan dengan senyuman lebarnya.
"Bukan saya yang mulai duluan, tapi dia!" balas Flo.
"Eh ngomong lo kutil gajah! " lanjutnya lagi sambil menatap Dilla.
Dilla sama sekali tidak mau membalas omongan Flo. Tangannya terus memegangi ujung seragam Angga.
Bondan yang melihat Dilla ketakutan segera menyuruhnya untuk pergi dari sana.
"Dilla segera obati luka mu itu, saya tau kamu tidak bersalah! " ucap Bondan.
Dilla yang mendengar itu segera pergi ke UKS untuk mengobati lukanya.
"Loh pak gak bisa gitu dong! Yang salah itu jelas dia, kenapa dia gak di hukum juga kayak kita! " ucap Flo tidak Terima.
"Tidak perlu di jelaskan pun saya tau Flo! Kamu yang selalu mengganggu Dilla!" balas Pak Bondan.
"Apaan coba! Kalian semua juga tau kan yang mulai duluan dia! " Flo berkata sambil melihat teman-temannya.
"Iya Pak! Masa iya kita doang yang di hukum, kan dia juga ikut berantem sama kita! Harusnya dia juga di hukum! " balas Siska.
"Kenapa bapak pilih kasih banget sih! Mentang-mentang dia anak beasiswa bapak jadi gak adil! " lanjut Cindy.
"Dilla itu anak baik, jadi dia tidak mungkin mengganggu kalian duluan! " Bondan menatap semua murid yang bermasalah di depannya.
"Bapak aja yang gak tau busuknya dia. " ucap Flo pelan.
"Sudah saya masih ada urusan! Bara! Kamu kasih mereka hukuman, saya harus mengurus sesuatu! " ucap Bondan, dia segera mengambil berkas-berkas yang ada di mejanya.
"Kalau mereka melawan, tambahin semua hukumannya! " Bondan segera pergi dari ruangannya dan menghilang dari balik pintu.
"Lo semua lakik gak sih! Diem bae kayak patung! Jangan mentang-mentang dia cewek lo terus lo diem aja kalo dia salah! " ucap Flo menatap semua anggota Angga disana.
"Ikut gue! Semua hukuman kalian gue yang urus! " Bara segera keluar di ikuti oleh delapan murid yang bermasalah.
"Kalian bakal di bagi dua tim! Tim satu bersihkan sampah yang ada di belakang sekolah! Tim dua mengepel koridor sekolah sampe bersih! " ucap Bara melihat semua orang yang di depannya.
"Gue tim satu! Sama temen-temen gue! " Flo segera merangkul kedua temannya yang ada di kanan dan kirinya.
"Seharusnya lo itu jadi tim dua! Masa iya cowo-cowo ngepel koridor sih! " kata Adit.
"Bo-doh a-mat! " balas Flo, dia menekan setiap. Kata-katanya.
"Kurang satu! " balas Bara.
"Rizal! Rizal ikut sama kita! " kata Siska langsung menarik Rizal yang hampir di tarik oleh David.
Flo melirik Siska yang masih memegangi tangan Rizal.
"Yauda ayo kerjain sekarang! Gue pengen cepet pulang! Muak liat muka topeng monyet! " balas Flo segera pergi meninggalkan teman-temannya.
"Biasa aja dong! " David ingin mengejar Flo yang sudah menjauh. Tapi dia langsung di tahan oleh Aris.
Dari kejauhan Flo mengangkat tangannya dan mengacungkan jari tengah untuk David, yang membuat David semakin geram di sana.
Siska, Cindy dan juga Rizal segera menyusul Flo yang sudah jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zey story(transmigration)
Novela JuvenilFOLLOW AKUN AUTHOR DULU YA SEBELUM BACA CERITANYA!! Awal cerita ini mungkin ngebosenin, tapi coba deh baca 10 bab aja emmm kalo ketagihan lanjut, kalo nggak boleh pamit.. Kehidupan seorang zey berubah ketika dirinya menyadari bahwa dia mengalami s...