Bab 12

332 11 0
                                    

Di sebuah ruangan yang berukuran besar, terdapat dua manusia berbeda umur. Disisi meja nampak pria yang sudah berumur tapi ketampanannya tidak luntur dari wajahnya.
Dan di sebuah sisi nya lagi, terdapat pemuda berumur delapan belas tahun , duduk menghadap wajah pria di depannya.

"Huh, " nampak pria didepannya menghela napas sejenak.
"Papa akan memindahkan kamu kesekolah lain Rafka! Sudah cukup selama ini kamu berbuat ulah! " ucap pria itu sedikit meninggi mengingat seberapa sering anaknya berbuat masalah di sekolah.

"Dan soal yang membunuh temanmu, papa akan terus mencari pembunuhnya! " lanjut Wijaya pada putranya.

"Papa pikir mudah nyari mereka? Nggak pa! Rafka udah berusaha selama ini! Terus gimana sama orang yang udah nabrak gadis itu? " tanya Rafka masih dengan tatapan datarnya.

"Papa sudah menjebloskan dia ke penjara. Tapi dia tetap mengatakan tidak sengaja! Jadi papa rasa ini tidak ada hubungannya dengan kematian teman mu itu! " Wijaya benar-benar lelah dengan semua masalah anak bungsunya ini.

"Papa yakin ini nggak ada hubungannya sama temen Rafka? Papa yakin udah nyelidiki orang itu dengan benar? Kalo sampek ini semua ada hubungannya sama kematian temen Rafka, orang itu harus nerima dua kali lipat sama apa yang di rasain temen Rafka! " ucapnya penuh dendam.
Pemuda itu berlalu dari ruangan kerja papanya.

Wijaya menatap punggung anaknya yang menghilang di balik pintu.
Kemudian dia mengambil telpon genggamnya dan mencari nama seseorang, lalu dia memencet tombol memanggil dan langsung di jawab oleh orang tersebut.

"Robert, urus semua surat pindah sekolahnya Rafka! " pinta Wijaya kepada sekertarisnya.

"Baik Pak! "

Kemudian Wijaya menghela napas lagi. Semenjak kematian sahabat Rafka,Tomy. Anaknya menjadi pribadi yang dingin, arogan, tertutup dan selalu bertindak gegabah.

Dia akan terus menyusut masalah ini hingga ke akarnya, sampai Rafka benar-benar bisa mengikhlaskan kepergian sahabatnya.

Tidak ingin terlalu larut dalam pikirannya, Wijaya mencari daftar sekolah yang pantas untuk anak bungsunya. Dan dia menemukan sekolah yang cukup populer di jakarta untuk saat ini.

Wijaya mengetikkan sesuatu dan mengirimkannya pada Robert.

Setelah itu dia melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

                           

                             ✧❁❁❁✧✿✿✿✧❁❁❁✧

Sudah terhitung satu minggu Zey berada di dalam tubuh Flora. Sudah satu minggu pula dia bersekolah di SHS. Dan selama itu pula sudah beberapa kejadian yang dia alami.

Seperti beberapa hari yang lalu, padahal dia tidak sengaja menabrak gadis yang sudah di klaim sebagai pacar most wanted di sekolahnya.

Niatnya ingin membantu gadis itu berdiri tapi sebelum tangan itu sampai kebawah, seseorang telah menghempaskan tangannya kasar.
Mengatakan bahwa dia tidak akan berubah, dan tetap di cap sebagai antagonis di sekolah.

Bahkan pernah juga gadis itu dihukum karena tidak memakai atribut lengkap dan mengakibatkannya berakhir mengepel koridor menuju toilet.

Tapi lagi dan lagi Flo harus berhadapan dengan gadis itu. Dia terpeleset karena lantai basah yang di pel oleh Flo, membuatnya terlihat jahat dimata semua orang yang melihatnya.

Tentu saja pangeran berkuda gadis itu tidak akan tinggal diam. Dia memarahi Flo dan menghina Flo dengan kasar.

Hey ayolah! Zey hanya ingin hidup tenang selama berada di tubuh Flo.
Tapi yang dia dapat selalu tidak pernah sesuai dengan apa yang ada di pikirannya.

Flo bangkit perlahan dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Niat ingin kesekolah hilang mengingat semua kejadian yang dia alami di sekolahnya.

Dia menatap datar cermin yang ada di kamar mandi, membayangkan bahwa yang di depannya ini adalah Angga si manusia yang membuatnya tertekan beberapa hari ini.

"Dasar topeng monyet! Lo nyari masalah sama gue? Gue ini lebih tau dari lo! Seharusnya lo bisa hormat sama gue! " ucapnya menggebu-gebu sambil memainkan tangannya seperti ingin mencekik bayangannya di cermin.

Zey story(transmigration) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang