Hujan deras di sertai guntur tak menghentikan aksi puluhan anak muda yang sedang berjoget ria diatas lantai dansa sebuah ballroom hotel bintang 5. Mereka memancarkan aura ceria tanpa celah, tanpa peduli jika saja di luar sana terjadi bencana alam.
"Dasar manusia-manusia munafik," hardik seorang gadis yang tanpa minat bergabung bersama yang lain.
"Sensi banget, Mor. Nih makan."
"Gak ah, gue kenyang."
Sira Saraswana menatap tubuh sang sahabat dengan seksama. "Makan apaan lu, badan kerempeng gini. Makan lah, lumayan gratis."
Gadis yang tak lain merupakan Amora Keylina memutar bola matanya. "Biarin, daripada lu gendut."
"Dih dasar body shaming. Gue gendut karena gue bahagia. Emang elu, daritadi muka masam mulu. Jelek tahu!"
"Gue mau pulang," respon Amora singkat sembari menatap pemandangan dihadapannya tanpa minat.
"Tahan dulu nape sih Mor. Noh diluar hujan, lo ga takut kesamber petir apa?"
Amora menatap wajah sang sahabat. "Justru itu! Kalau tahu begini gue bakal tidur di rumah sembari menikmati hujan."
"Heh peang, gimana caranya lu menikmati hujan tapi lu nya ngorok!"
"Ya gitu...pokoknya gue mau balik!"
Sira buru-buru mencekal pergelangan tangan Amora sebelum gadis itu kabur. "Yaelah mor, jangan gitu lah. Kalau lu pergi gue sama siapa? Lo kan tahu gue cuman punya lo."
"Bla...bla...bla...bomat gue mah."
Bibir Sira menekuk ke bawah. "Dengar ya Amora sayang, tahun lalu kita ga bisa join, ya kali sekarang lu malah ngebet pulang. Coba lo lihat ke sekeliling lo deh, banyak makanan lo bisa makan aja. At least lu makan atau minum semua yang ada di sini sebelum balik."
"Okey fine." Amora dengan paksa melepaskan cekalan tangan Sira. Sedetik kemudian dia mulai mengambil langkah berkeliling meja makanan.
Sira yang awalnya bingung pun lantas membelakkan mata. Amora mengitari meja tempat semua hidangan tersaji dan dia mulai mencicipi satu-persatu hidangan yang disajikan. Saat tangannya meraih sebuah gelas terakhir, Sira buru-buru menghentikan.
"Lu gila?!"
"Apaan sih?"
"Astagfirullah, Mora. Haram itu haram, jangan di minum." Tunjuk Sira pada secangkir minuman merah pekat di tangan Amora.
Amora mendengus. "Lo kan yang bilang at least kita harus makan dan minum semua yang di sini." Kemudian dengan tekad ingin pulang, Amora meneguk hingga tandas minuman itu.
"Mora!"
Tak!
Amora meletakkan gelas itu di meja dengan kasar, kemudian dia menatap sahabatnya. "Minuman terakhir. Bye gue pulang!"
"Astaga Mora!" Teriakan Sira yang tidak dihiraukan Amora sebab gadis itu telah menghilang dari balik lautan manusia.
.O.
"Oh my god, kepala gue puyeng ya Gusti." Di dalan lift, Amora memegangi kepalanya yang berdenyut. Pengalaman kali pertama meneguk segelas Alkohol ternyata mampu membuat kepalanya terasa ditimpa oleh besi puluhan ton.
Ting!
Saat pintu lift terbuka, Amora lantas bergegas keluar. Tetapi, baru lima langkah keluar lift sembari memegangi kepalanya, seseorang menabrak Amora hingga membuat tubuh Amora limbung dan terjatuh. Amora meringis merasakan nyeri di pantatnya, samar-samar dia mendengar suara seseorang.
"Lo ga papa?"
Amora tidak menjawab, gadis itu hanya mengangkat telapak tangan kirinya, dengan tangan kanan masih memegang kepala yang berdenyut. Niat hati ingin bersikap kuat, justru tubuhnya limbung dan berakhir pingsan di hadapan orang asing.
3.05.2024
KAMU SEDANG MEMBACA
APRICITY
Teen Fiction"Lo hamil tapi gak tahu siapa ayahnya. Bahkan lo ga mikir gimana lo bisa hamil. Kalau ga tolol apa namanya, bego?" ──── Amora Keylani, gadis beruntung yang memperoleh beasiswa prestasi di Biantara High School. Hidupnya yang biasa-biasa saja membuat...