04. APRICITY

2.6K 104 3
                                    

Biantara High School, tempat para orang berkuasa berada. Meski harga menempuh pendidikan di sini sangatlah mahal, semua itu sebanding dengan reputasi sekolah Biantara. Hanya mereka yang memiliki kekayaan yang dapat bergabung menjadi bagian dari Biantara.

Namun, hal itu tidak lagi berlaku hingga 5 tahun lalu. Dimana, untuk kali pertama Biantara High School membuka lowongan beasiswa bagi mereka yang bercita-cita menjadi bagian Biantara tetapi terhalang biaya. 5 beasiswa untuk siapapun yang berprestasi dan pada dua tahun lalu, Amora menjadi salah satu anak beruntung yang mendapatkan beasiswa tersebut.

Sesungguhnya Biantara bukanlah sekolah impiannya. Gadis yatim piatu seperti dia tidak pernah berani bermimpi untuk menjadi bagian dari sekolah elite ini. Dia sadar diri. Akan tetapi, berkat bujukan dari seorang anak di panti asuhannya dulu, Amora mencoba untuk mendaftar dan dari 200 peserta dia lah yang terpilih.

Amora Keylani masih sangat ingat jelas saat kali pertama dia menginjakkan kaki di Biantara. Memandang gerbang saja sudah membuat Amora berkali-kali tertegun berkat keindahan dari sekolah ini.

Sekolah mahal memang beda.

Itulah yang dia pikirkan dan sejak itu Amora mulai merencanakan masa depannya. Dia berencana untuk sekolah dengan benar dan lulus tepat waktu di sekolah ini. Dia ingin membanggakan anak-anak panti yang dekat dengannya. Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan kepadanya dan dia ingin berterima kasih kepada anak itu yang telah memaksanya mendaftar beasiswa di sekolah ini.

Namun, kini rencananya yang lulus tepat waktu sepertinya mulai mengalami hambatan. Rasanya, kesialan mulai menimpa Amora di semester akhir ini. Mulai dari hamil sebelum lulus hingga berurusan dengan para murid paling berkuasa di Biantara.

Saking berkuasanya, dia membuat Amora dipindahkan dari kelas awalnya. Darimana Amora tahu? Tentu saja dia tahu karena, tidak mungkin murid beasiswa seperti dirinya dipindahkan ke kelas paling populer.

Bagi murid beasiswa seperti dirinya, kelas IPS 1 adalah tempat yang haram untuk dikunjungi kecuali memiliki izin akses dari murid kelas itu. Dan kini, dia mendapatkan akses itu dengan cuma-cuma dari murid paling berkuasa di sekolah ini.

"Apa sih mau lo!" teriak Amora kesal tatkala lagi-lagi buku paketnya dilempar ke orang yang berbeda.

"Gak ada."

Amora menatap kesal sosok lelaki dengan tinggi 180 dihadapannya, gadis itu mengulurkan tangannya. "Balikin buku paket gue!"

"Gak mau."

"Anizhar!" Geram Amora kesal, nama itu mampu membuat Amora selalu emosi di masa kehamilannya ini.

Sementara pemilik nama itu hanya tersenyum jahat menatap sosok Amora. Dia mengeluarkan sebuah penyulut api mewah yang selalu dia bawa kemana-mana dan tanpa dapat dicegah tindakannya membuat Amora meraung.

"LO GILA! BAJINGAN GILA!"

Masa bodo dengan pantangan saat hamil, lelaki itu telah berhasil membuat amarahnya memuncak tatkala menyaksikan buku paketnya terbakar.

Amora semakin kesal saat pria itu membuang buku paketnya ke yang perlahan terbakar ke jendela. Tanpa memikirkan apapun, Amora segera berlari menuju lantai bawah, mengabaikan rasa sakit di perutnya.

"SELAMAT MENERIMA NASIB, BITCH!"

Sembari berusaha memadamkan api di buku paketnya, Amora mendongak. Dia melihat beberapa anak yang menyorakinya dari jendela, sementara itu diantara mereka ada sosok Anizhar yang tengah melayangkan senyuman penuh kemenangan.

"Tahan Amora, sebentar lagi lo lulus." Yakin Amora pada dirinya sendiri.

.O.

"Wah brengsek tu cowok!"

Respon Sira setelah mendengar cerita yang mengalir bagikan air dari mulut Amora.

"Setelah pulang bantuin gue cari buku pengganti ya." Melas Amora.

Buku paket yang terbakar tentu saja membuat Amora mendapatkan omelan dari penjaga perpustakaan sekaligus dia disuruh untuk mencari pengganti buku itu. Dengan kata lain, Amora harus mengeluarkan uang dimasa hematnya ini.

"Ok, nanti pake duit gue aja dulu."

Amora sontak menggeleng. "Gue masih ada kok."

"Gapapa lah, sekali-kali gue traktir lo."

"Apa-apaan, traktir kok buku. Hahaha." Kekek Amora.

Sira menggaruk belakang kepalanya. "Traktir kan bisa apa aja."

"Lo tuh ga um-"

Brak!

"Hey Babu!"

Amora dan Sira sama-sama terlonjak dari tempat mereka. Amora memegangi dadanya lalu menatap sosok pelaku. "Apa lagi?!"

"Pesenin kita semua makanan!" Titah lelaki itu.

"Kaki lo masih sehat, pesan sendiri sono!"

"Sayang, udh ga usah, biar Mera aja yang pesan." Saut seorang gadis cantik, sembari menunjuk sesosok gadis lain yang tengah menunduk di belakang mereka.

Amora berdecih, "cih ga cowo ga cewe nya sama-sama pemalas."

"Pemalas? Maksud kamu apa, ki-"

"Kenapa? Benar kok. Kalian punya tubuh yang sehat tapi doyan nyuruh-nyuruh orang, apalagi kalau bukan pemalas. Emang ya bocah yang kebiasaan dimanja, gedenya bakal males."

"Jaga ucapan lo, Amora!"

Brak!

Amora bangkit dari duduknya. "Tersinggung? Kenyataannya itu adalah fakta! Anak manja yang cuman bisa minta duit dari bokap-nyokap kayak kalian engga punya hak untuk sombong!"

"TAHU APA LO TENTANG HIDUP GUE!" Teriak tiba-tiba Anizhar tepat dihadapan Amora.

"GUE SANGAT TAHU! Lo! Lo! Dan Lo! Adalah anak orang kaya yang engga bisa apa-apa tanpa orang tua kalian! Koneksi dan uang kalian ga bisa bertahan tanpa dua itu!"

Saat tangan Anizhar terangkat, Amora enggan menutup matanya. Untunglah, tangan pemuda itu telah lebih dahulu ditahan oleh lelaki lain. "Jangan main tangan."

"Minggir." Lelaki itu tak bergeming, tetap mencekal lengan Anizhar.

"Varga, jangan halangi gue."

Lelaki yang tak lain Varga itu melirik Amora sekilas lalu berpindah menatap sahabatnya. "Lo dipanggi pak Bambang ke kantor."

"Nanti."

"Sekarang Nizhar."

Anizhar melepaskan tangannya dari genggaman Varga dengan pakasa. Lelaki itu menyugar rambutnya ke belakang. "Lo selamat kali ini," ujarnya kemudian berlalu pergi sembari menggandeng lengan sang kekasih.

"Lo fine?"

Amora mengangguk. "Makasih, Ga." Ujarnya dengan senyuman tulus.

"Nope. Silahkan lanjut makan."

Seusai mereka pergi, Amora langsung terduduk dan menundukkan kepala. Gadis itu memukul-mukul pahanya yang masih bergetar. "Sial!"

"Amora...."

Amora mendongak, gadis itu sedikit terhibur melihat wajah pias milik Sira. Padahal gadis itu yang berkata akan melindunginya, tetapi Sira justru lebih ketakutan dibanding dirinya. "Hahaha, muka lo kek orang nahan berak."

"Sialan lo Amora, nyawa gue berasa melayang untuk beberapa saat."

"Santai, kita ga bakal mati muda kok."

Respon Amora tidak membuat Sira tenang sama sekali.








────────

08.05.2024

APRICITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang