Amora terlonjak kaget tatkala kedua iris cokelat gelapnya menangkap sosok sang sahabat bersama Varga berdiri di luar kelas menunggu dirinya.
"Lama amat."
Amora melirik sosok tinggi di samping sahabatnya, "gue nyelesaiin tulisan dulu. Kalian sudah lama nunggu?"
"Enggak. Yuk!" Sira menarik tangan Amora untuk berjalan bersama menuju kantin.
Setibanya mereka di kantin, Amora merasa seluruh pandang mengarah pada mereka. Lebih tepatnya ke arah sosok Varga yang mengekori mereka sejak tadi.
"Varga kenapa ngikutin kita mulu sih?" Bisik Amora pada Sira.
"Katanya sih sekalian."
Amora mengangguk, mungkin setelah mereka mengantri makanan dia dan Varga akan berpisah. Tidak mungkin bukan Varga satu meja dengannya.
Sayangnya, hal itu benar-benar terjadi. Sekarang Varga duduk dihadapannya dan Sira. Lelaki yang masuk dalam jajaran Most Wanted Biantara High School itu tampak tenang memakan makanannya dengan lahap meski banyak pasang mata menatap ke meja mereka. Berbeda dengan dirinya dan Sira yang kebingungan.
Amora menyikut tubuh Sira, berharap sahabatnya itu peka. "Geli, Mora."
"Lo udah tahu kalau dia bakal gabung sama kita," bisiknya yang membuat Sira menggeleng.
"Sumpah gue ga tahu."
"Kalian ga makan?"
Amora tersenyum canggung. "Makan kok."
"By the way, Varga...Lo ga gabung sama Anizhar?" Sira menunjuk bangku yang dimana telah terisi Anizhar dan Chana. Bahkan kedua manusia itu juga ikut memandang meja mereka. Tentu saja dengan pandangan tidak suka.
"Gue ga mau jadi obat nyamuk."
"Ta-tapi kan biasanya lo bareng mereka." Lanjut Amora dengan berbisik, gadis itu memandang sekitar.
Varga turut memandang ke sekitar kantin, sontak yang tadinya meja mereka dipenuhi oleh perhatian dari setiap mata, kini telah terasa lega. "Selamat makan, tidak perlu memperdulikan pandangan orang lain."
Ucapan Varga sontak membuat Amora dan Sira kembali saling sikut. Mereka pun melanjutkan aksi makan mereka yang sempat tertunda.
"Kalian udah sahabatan sejak kapan?" tanya Varga disela makan.
"Sejak kelas 10. Kita sama-sama murid beasiswa, jadi cepat akrab deh," terang Sira membuat Varga menyerit.
"Namun, kalian seperti sahabat sejak kecil."
"Mungkin karena kita yang saling melengkapi. Btw, kita juga satu kost jadi ya akrab banget deh."
"Bewtul!" Sira menelan makanan dalm mulutnya. "Apalagi ada anggota baru diantara kita!" ujarnya dengan semangat hingga membuat Amora melotot dan menyikut perut sahabatnya itu.
"Anggota baru?" Ulang Varga.
Sira menatap Amora panik. "Anu...gue sama Amora ada pelihara anabul!
"Di kost kalian boleh pelihara hewan?"
Amora menggeleng. "Kucing kampung. Setiap hari kita selalu kasih kucing kita makanan. Hehehe."
Lelaki itupun tertawa kecil. "Pasti kucingnya gemuk-gemuk."
"Betul! Mirip Sira."
Sira yang dikatai mirip seperti kucing pun melemparkan tatapan protes. "Gue ga gendut ya! Gue medium!"
"Pfftt! Gak papa gendut, justru gemesin seperti kucing gue yang di rumah."
Blush!
Duhh, mendengar ucapan manis Varga membuat kedua pipi Sira memerah bak tomat matang.
KAMU SEDANG MEMBACA
APRICITY
Teen Fiction"Lo hamil tapi gak tahu siapa ayahnya. Bahkan lo ga mikir gimana lo bisa hamil. Kalau ga tolol apa namanya, bego?" ──── Amora Keylani, gadis beruntung yang memperoleh beasiswa prestasi di Biantara High School. Hidupnya yang biasa-biasa saja membuat...