06. APRICITY

4.8K 148 0
                                    

"Lo yakin enggak lupa masukin ke tas?"

"Gue yakin banget, Sira!" Ujar Amora frustasi mencari-cari topinya yang menghilang entah kemana.

"Buktinya sekarang topi itu enggak ada, Amora." Sama hal nya dengan Amora, Sira juga ikut frustasi. Sudah sepuluh menit sejak mereka mencari topi Amora, tetapi benda itu tidak kunjung tampak.

Amora mengelus peilisnya, menatap seisi tas yang telah berhamburan keluar. "Gue ga tahu lagi harus cari kemana."

Sekali lagi kami sampaikan kepada seluruh siswa Biantara untuk segera menuju lapangan tengah karena upacara bendera akan dimulai dalam 5 menit.

Pengumuman itu sontak membuat Amora panik. "Duh gimana dong, Sira."

Sira yang merasa kasihan dan tidak ingin sahabatnya itu dihukum lantas melepaskan topinya. "Lo pake ini!!"

"Gak gak mau, lo entar di hukum."

"CK! Gue kalau di hukum mah santai aja, tapi elu jangan! Gue ga mau lo pingsan dan berakhir membahayakan anak lo. Udah buruan pakai!" Sira meletakkan topi miliknya di puncak kepala Amora. Sebelum sahabatnya itu protes, Sira lebih dahulu menarik tubuh Amora menuju lapangan tengah.

"Gue ga papa, udah buruan baris sono!" Sira mendorong Amora pelan.

"Makasih Sira, nanti gue traktir!"

"Boleeee!"

Amora lantas segera menuju barisan kelas XII IPS 1. Sembari membenahi letak topinya, Amora menatap depan lapangan dimana Sira berada.

Sungguh sial, sebenarnya kemana topinya itu.

.O.

Setelah upacara, kegiatan Amora selanjutnya adalah pelajaran olahraga. Berbeda dengan di kelas sebelumnya, dimana olahraga berada di hari kamis, sekarang Amora harus melakukan pelajaran olahraga di hari Senin yang cerah ini. Setelah selesai berganti pakaian, Amora lantas bergegas menuju lapangan basket.

Setibanya di lapangan basket, seorang guru olahraga bernama Pak Agus telah menyuruh mereka untuk berbaris. Tanpa membuang-buang waktu Amora segera melaksanakan perintah tersebut.

Awalnya Amora sedikit kesulitan mencari barisan karena anak-anak IPS 1 sangat menghindari dirinya, akan tetapi kemudian dia membentuk barisan tersendiri di ujung.

"Materi hari ini adalah bola basket. Setelah melakukan latihan, bapak akan mengambil nilai kalian satu-persatu. Kemudian, kamu."

"Ya saya, pak?" Tiba-tiba saja Amora merasa gugup.

"Murid baru?"

Amora menggeleng. "Sa-"

"Dia murid beasiswa, pak! Bisa pindah ke kelas ini karena Anizhar!" Amora menoleh ke arah suara itu. Suara milik seorang teman sekelasnya yang menatapnya dengan tatapan jenaka.

Amora menatap Pak Agus, ketara sekali ekspresi tidak ramah dari guru olahraga itu.

"Meski kamu baru di kelas ini, saya tidak akan memberikan keringanan kepada kamu. Apabila kamu mengacau di kelas saya, siap menerima hukuman dari saya."

Glek!

"Baik, pak!" Balas Amora dengan was-was.

"Bagus, selanjutnya mari kita mulai!"

Sesuai arahan Pak Agus, mereka melakukan latihan terlebih dahulu. Tidak membutuhkan waktu lama, sebagian besar dari murid kelas XII IPS 1 telah mampu menguasai bola. Sedangkan sebagian kecilnya, termasuk Amora merasa kesulitan dengan bola oren itu. Berkali-kali bola yang seharusnya dia pantulan dengan benar, justru melenceng ke arah yang tidak diinginkan.

APRICITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang