"Lo yakin ga perlu ke rumah sakit?"
"Engga perlu, Sira."
Amora Keylani terus menerus mengelus perutnya. Sejak pertengkarannya dengan sosok Anizhar tadi siang perutnya tiba-tiba menjadi tidak nyaman. Bahkan dia beberapa kali ke toilet untuk memuntahkan cairan bening.
"Kita titipin kado ini aja deh, Mor. Gue was-was banget, masih ga enak ya?" Sira menatap gelisah tangan Amora yang terus menerus mengelus perutnya. Saat ini mereka sedang berada di toilet sembari menunggu pesan dari Varga.
Usulan Sira tentu saja ditolak tegas oleh Amora. Gadis itu kekeh pada pendiriannya. "Gue udah menyanggupi undangan bu panti, ga bisa batal gitu aja."
"Bu panti pasti ngerti lah kondisi lo yang gak enak badan."
"Ga mau."
"Ck, bebal!"
Ting!
Suara dentingan dari ponsel Sira membuat mereka mengalihkan fokus. "Varga udah nunggu di parkiran. Yuk!"
Amora menghela napas, dalam hati berdoa semoga perutnya baik-baik saja hingga acara selesai.
.O.
Begitu memasuki pelantaran panti Asuhan, Amora disambut oleh pelukan Ibu Panti.
"Ibu kangen kamu, Amora."
"Mora juga kangen ibu."
Mereka berdua berpelukan mencurahkan rasa rindu yang cukup lama terpendam. Selanjutnya, tidak lupa Amora mempernalkan kehadiran Sira dan Varga kepada ibu panti.
"Mari masuk, Abi dan keluarganya sudah di dalam."
Mendengar nama itu membuat Amora bersemangat.
"Abi, lihat siapa yang datang."
"KAK MORA!"
Sebuah pelukan hangat langsung Amora berikat tatkala melihat wajah adik tersayangnya. Gadis itu sedikit membungkuk untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Abi.
"Varga. Kamu di sini?"
Amora dan Abi melepaskan pelukan mereka. Atensi mereka berpindah pada orang tua Abi dan Varga yang tampak akrab.
"Ternyata Abi anak om?"
Lelaki paruh baya yang berdiri di hadapan Varga mengangguk. "Iya, kami bertemu kembali tiga tahun lalu."
"Selamat om, Varga turut bahagia."
"Pasti Varga." Pria paruh baya itu menepuk pundak Varga. "Abi, perkenalkan ini Om Varga."
Abi melirik Amora, saat Amora mengangguk anak lelaki itu mengulurkan tangannya ke arah Varga. "Abi, salam kenal om!" sapanya riang hingga menampakkan gigi-gigi kecilnya.
Varga mengelus puncak kepala Abi. "Selamat ulang tahun, boy!"
"Abi, Kaka juga bawa Kaka Sira. Dulu Abi pengen ketemu sama temen kaka kan."
Abi mengangguk dengan polos, anak lelaki itu bergerak menuju Sira yang langsung dipeluk oleh Sira. "Astaga Abi, kamu lucu banget!"
"Siraaa, pelukan lo brutal banget!" Tegur Amora.
Sira lantas menguraikan pelukannya, gadis itu mencubit pelan pipi Abi. "Maafin. Selamat ulang tahun Abi!"
"Makasih kaka cantik!"
"Duh gue melting!"
Reaksi Sira membuat mereka sontak tertawa.
Tidak membutuhkan waktu lama, acara pun segera dimulai. Abi duduk diapit oleh kedua orang tuanya dan saat tiup lilin mereka bersama-sama menyanyikan lagu ulang tahun. Dari tempat duduknya, Amora melayangkan tatapan bangga kepada adiknya itu. Sudah tiga tahun mereka tidak berjumpa dan ternyata Abi masih mengingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
APRICITY
Teen Fiction"Lo hamil tapi gak tahu siapa ayahnya. Bahkan lo ga mikir gimana lo bisa hamil. Kalau ga tolol apa namanya, bego?" ──── Amora Keylani, gadis beruntung yang memperoleh beasiswa prestasi di Biantara High School. Hidupnya yang biasa-biasa saja membuat...