13. APRICITY

90 6 0
                                    

Tidak terasa kehamilannya telah memasuki bulan ketiga. Saat check up kemarin sore, Amora diminta untuk lebih berhati-hati dan perbanyak istirahat. Dia dilarang melakukan aktivitas berat, terutama di usia tiga bulan ini dirinya merasa lebih mudah lelah. Amora menjadi lebih sensitif, mood nya naik turun dalam sekejap, bahkan kemarin sore juga dia menangis hebat gara-gara Sira pulang terlambat padahal dia ingin Sira memasakkan telur untuknya.

Dia tahu jika Sira tidak bisa memasak, tetapi masalahnya dia ingin memakan masakan sahabatnya itu.

"Oh ayolah Amora, gue salah maafin gue." Bahkan Sira nyaris ikut menangis saking bingungnya cara menenangkan ibu hamil itu.

Di usia tiga bulan ini pula, Amora merasakan perutnya semakin menonjol. Bahkan Amora harus selalu memakai pakaian longgar yang sangat kebesaran dengan tubuhnya agar tonjolan di perutnya tidak terlihat. Seragamnya pun juga ukuran besar, Amora sengaja membeli seragam baru dengan uang tabungannya.

Cukup menyulitkan. Setiap malam, Sira selalu mengusap-usap punggungnya yang mudah pegal. Dia harus banyak berterima kasih kepada gadis itu.

"Curiga anak lo bakal mirip gue." Itulah kalimat yang Sira lontarkan setiap kali Amora merepotkan gadis itu.

Seperti saat ini, Amora sedang berbaring di UKS karena tiba-tiba merasakan tidak nyaman pada area perutnya. Itupun berkat paksaan Sira dan saat ini gadis itu tengah pergi mengambil dompetnya yang tertinggal.

"Oh wow, lihat siapa ini?" Suara tirai yang ditarik dan keributan membuat Amora membuka kelopak matanya.

"Bagus ya. Sekolah gratis ehh enak-enakan bolos di UKS." Angela bersama antek-anteknya melabrak Amora yang tengah istirahat di UKS.

Amora sontak perlahan memposisikan diri menjadi duduk. Menatap pintu UKS yang sedikit ramai karena suara keras Angela.

"Berisik."

"Sombong banget! Hey, anak miskin kayak lo ga pantas leha-leha di sini!"

Amora membutar bola matanya. "Terus? Lo kira ini sekolah nenek moyang lo?" Balas Amora.

Gadis bernama Angle itu terkekeh. "Bitch, seenggaknya gue keluar duit banyak untuk bayar semua fasilitas di sekolah ini."

"Duit bokap lo," ralat Amora.

Wajah Angela tampak semakin kesal. Gadis itu tampak berpikir sejenak sebelum kembali berbicara dengan angkuh, "gue dengar, dana sokongan lo terancam ilang ya?" bicaranya dengan nada mengejek.

Keterkejutan Amora ditangkap oleh kedua mata Angel. "Kalau lu butuh duit bisa hubungi gue. Kebetulan, gue punya nomor om-om yang bisa lo peras duitnya. Hahahaha." Ucapan Angela mengundang gelak tawa mereka.

"Kalau pun beasiswa gue di cabut, gue ga akan ngemis ke elo."

"Hahaha. Lo pikir, lo bakal mampu bayar uang sekolah ini? Enggak, bitch! Cewek miskin kayak lu ga akan mampu sekolah di sini tanpa sokongan dana amal. Hahaha."

Hal lain di bulan ketiga kehamilannya ini, Amora cukup malas untuk meladeni ejekan orang lain. Hal hasil, daripada membalas ucapan Angela yang membuat kepalanya semakin pusing, lebih baik dirinya pergi dari UKS.

"Terserah lo deh!"

Kepergian Amora seakan tidak direstui oleh semesta. Begitu gadis itu hendak pergi, sosok lain muncul dari balik tembok membuat beberapa anak membuka jalan. Amora mendengus, bertanya-tanya mengapa orang itu kemari?

"Minggir."

Anizhar menampilkan senyum sinisnya. "Gue dapat aduan. Ada seorang murid beasiswa yang menyalahgunakan previlage dan dengan santai membolos pelajaran."

APRICITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang